Palembang
Rabu, 24 Agustus 2022 19:29 WIB
Penulis:Nila Ertina
PALEMBANG, WongKito.co Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumsel, Ahmad Rizali menyebutkan meroketnya harga telur ayam disebabkan oleh dua faktor, yaitu kurangnya produksi dan akibat inflasi pangan global yang tinggi.
"Selain produksi ayam petelur menurun, kekinian inflasi pangan tinggi mencapai 10-11 persen," katanya melalui pesan WhatsApp kepada WongKito.co, Rabu (25/8/2022).
Rizali juga menambahkan kondisi ini tidak akan berlangsung lama, sebab pihaknya memrediksi dalam waktu 3 minggu ke depan produksi telur akan kembali pulih seperti sebelumnya.
"Produksi akan kembali stabil dan harga akan kembali turun sekitar 15 persen dari harga saat ini," ujarnya.
Baca Juga:
Kenaikan harga telur ayam negeri yang terjadi di hampir seluruh pasar tradisional di Kota Palembang ramai dikeluhkan bahkan sejumlah pedagang terlihat lesu akibat meroketnya harga jual telur yang mulai terjadi sejak dua bulan terakhir.
kelesuan tersebut tampak dari wajah Yatmi (52) yang tidak pernah berhasil menghabiskan satu peti telur ayam negeri yang dia ambil dari agen sejak 3 hari kemarin. Hal ini diakuinya cukup memprihatinkan, tak hanya bagi pembeli namun juga pedagang seperti dirinya.
"Telur ini sudah sejak lebaran kemarin terus mengalami peningkatan harga, semakin hari bukannya turun malah terus melonjak," katanya saat diwawancarai, Rabu (24/8/2022)
Disebutkan pula olehnya, kenaikan harga ini menyusul keterbatasan stok telur dari para peternak ayam sehingga meskipun permintaan pasar cukup tinggi akan tetapi upaya untuk memenuhinya sangat sulit.
"Sebetulnya untuk permintaan konsumen sendiri sangat tinggi apalagi di Palembang rata-rata masyarakatnya menggunakan telur sebagai bahan baku olahan pempek, tapi sekarang karena stoknya tipis harganya ikut naik," tambahnya.
Baca Juga:
Ia juga mengatakan harga telur yang meledak hingga diangka Rp 30 per kilogram ini menjadi sejarah termahal selama 14 tahun dirinya telah berjualan di Pasar KM 5 Palembang itu.
"Sebetulnya tidak masuk akal ya, ini harga termahal selama saya pernah jualan. Tapi gimana lagi, wong kami juga gakbisa maksa, faktor utamanya kan karena stok telur yang terbatas," ungkapnya pula.
Dia berharap kedepan agar pemerintah setempat dapat kembali memperhatikan kondisi kenaikan sejumlah sembako yang tidak hanya telur ini, mengingat banyak pedagang yang sudah mulai mewanti-wanti penurunan penjualan.
"Kalau sepi pembeli sejak kenaikan sejumlah komoditi tentu jelas. Sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan lagi bagi pemerintah, semua serba naik bahkan katanya mie instan kabarnya direncanakan 3 kali lipat," pungkasnya.(ros)