Akhir Tahun 2024: OJK ungkap Sektor Jasa Keuangan Sumbagsel Stabil dan Resilien, ini Penjelasannya

Selasa, 24 Desember 2024 15:38 WIB

Penulis:Nila Ertina

OJK
OJK (Ist)

PALEMBANG, WongKito.co - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) yang terdiri dari Sumsel, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Lampung, dan Bengkulu sampai dengan Oktober 2024 tercatat tumbuh positif, stabil dan resilien.

Kepala OJK Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung, Arifin Susanto dalam siaran pers, Selasa (24/12/2024)  menjelaskan per Oktober 2024, kinerja Perbankan di wilayah Sumbagsel mengalami pertumbuhan cukup baik, tercermin dari peningkatan aset sebesar 9,43 persen (yoy) sebesar Rp 348,34 triliun.

Fungsi intermediasi Perbankan juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, tercermin dari meningkatnya total penyaluran kredit/ pembiayaan berdasarkan lokasi Bank sebesar 11,43 persen (yoy) menjadi Rp306,71 triliun, yang didominasi oleh porsi Kredit Konsumtif sebesar 42,17 persen, dengan kualitas kredit bermasalah (NPL Net) yang masih terjaga di level 0,96 persen.

Kemudian, dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terjadi peningkatan 5,69 persen (yoy) menjadi Rp274,23 triliun dengan dominasi porsi dana Tabungan sebesar 53,80 persen.
 

Baca Juga:


Kredit/pembiayaan posisi Oktober 2024 didominasi oleh Sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan sebesar Rp57,21 triliun meningkat 13,02 persen (yoy) dengan market share 10,75 persen dari kredit/pembiayaan nasional pada sektor yang sama.

Namun ia menambahkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor ekonomi Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan yakni meningkat 51,15 persen menjadi Rp6,44 triliun.

Selanjutnya, dalam mendukung permodalan UMKM, shared penyaluran kredit/pembiayaan kepada UMKM mencapai Rp119,94 triliun atau 39,10 persen dari total penyaluran kredit di Sumbagsel, tumbuh 8,04 persen (yoy) dan di atas target minimal porsi penyaluran kredit/pembiayaan UMKM, tambah dia.

Sedangkan per September 2024, tercatat sebanyak 928.126 investor di wilayah Sumbagsel meningkat 14,82 persen (yoy).

Komposisi SID tersebut didominasi pada penggunaan instrumen reksa dana sebanyak 95,38 persen, dengan sebaran investor terbanyak di Sumatera Selatan (38,57 persen) diikuti Lampung (34,40 persen) dan Jambi (13,48 persen).

Sementara seiring dengan peningkatan kinerja pasar saham nasional, rata-rata nilai transaksi saham di Sumbagsel pada bulan September 2024 tumbuh menjadi Rp8,64 triliun.

Begitupun dengan rata-rata nilai penjualan reksa dana yang turut mengalami peningkatan secara nasional, penjualan reksa dana di Sumbagsel per Agustus 2024  tercatat tumbuh menjadi Rp480,70 miliar, mengalami peningkatan sebesar 88,26 persen (yoy).

Pada sektor IKNB posisi September 2024, nilai piutang pembiayaan di Sumbagsel mencapai Rp41,19 triliun, meningkat 1,68 persen (yoy), dan dari sisi jumlah kontrak mengalami peningkatan 24,45 persen menjadi 6,64 juta unit.

Adapun rasio Non Performing Financing (NPF) di wilayah Sumbagsel masih terjaga pada range angka terendah 2,90 persen dan angka tertinggi 3,89 persen di provinsi Jambi.

Jenis pembiayaan yang disalurkan didominasi oleh Pembiayaan Multi Guna, disusul Pembiayaan Investasi, dan Pembiayaan Modal Kerja.

Pendapatan premi sektor asuransi jiwa di Sumbagsel selama periode triwulan 1 2024 mengalami penurunan sebesar Rp45,10 miliar atau 5,41 persen (yoy). Penurunan tersebut juga berbanding terbalik dengan peningkatan nilai klaim yang mencapai Rp39,06 miliar atau 4,92 persen (yoy).

Baca Juga:

Sejalan dengan asuransi jiwa, di sektor asuransi umum juga mengalami penurunan akumulasi premi sebesar Rp114,01 miliar  atau 10,26 persen (yoy) dengan nilai klaim yang juga menurun sebesar Rp109,99 miliar  atau 32,89 persen (yoy).

Dalam satu tahun terakhir terjadi peningkatan pada aktivitas financial technology baik dari sisi lender ataupun borrower. Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah rekening lender sebesar 103,65 persen (yoy) menjadi 30.648 rekening dan peningkatan jumlah rekening borrower sebesar 31,10 persen (yoy) menjadi 683.435 rekening pada September 2024.

Namun Arifin mengatakan peningkatan jumlah rekening lender dan borrower tersebut, terdapat penurunan pada akumulasi penyaluran pinjaman kepada borrower sebesar 11,63 persen (yoy) menjadi Rp841,63 miliar, dan akumulasi dana yang diberikan oleh lender sebesar 10,23 persen (yoy) menjadi Rp35,22 miliar, dengan outstanding pinjaman per September 2024 sebesar Rp2,97 triliun.(ril)