Minggu, 27 Februari 2022 20:14 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA- Pascainvasi Rusia skala penuh ke Ukraina, kekinian Amerika Serikat dan sekutunya terus mencoba melucuti ‘Benteng Rusia’ . Salah satunya memutuskan bank-bank utama Rusia dari jaringan transaksi keuangan Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).
Pejabat senior pemerintahan Amerika Serikat mengatakan tindakan tersebut bertujuan untuk mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan dana US$630 miliar dalam cadangan mata uang asing bank sentral untuk invasi ke Ukraina dan untuk mempertahankan rubel yang jatuh.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Inggris dan sekutunya telah mengambil tindakan untuk menutup Rusia dari sistem keuangan global. Dia mengatakakn mereka akan terus bekerja sama untuk memastikan Putin membayar harga atas agresinya.
Baca Juga:
SWIFT sendiri mengatakan sedang bersiap untuk mematuhi pembatasan di bank-bank Rusia. Mereka telah terlibat dengan otoritas Eropa untuk memahami rincian entitas yang akan dikenakan tindakan baru dan bersiap untuk mematuhi instruksi hukum.
SWIFT adalah jaringan yang digunakan oleh bank untuk mengirim pesan aman tentang transfer uang dan transaksi lainnya.
Lebih dari 11.000 lembaga keuangan di hampir 200 negara menggunakan SWIFT. Ini menjadikannya sebagai tulang punggung sistem transfer keuangan internasional.
SWIFT adalah perusahaan koperasi di bawah hukum Belgia. Di situs webnya, dikatakan lembaga dimiliki dan dikendalikan oleh pemegang sahamnya yang mewakili sekitar 3.500 perusahaan dari seluruh dunia.
Sistem ini diawasi oleh bank sentral G10, serta Bank Sentral Eropa, dengan pengawas utamanya adalah Bank Nasional Belgia.
Menurut Asosiasi SWIFT Nasional Rusia, Rusia memiliki pengguna terbanyak kedua setelah Amerika, dengan sekitar 300 lembaga keuangan Rusia tergabung dalam sistem tersebut. Lebih dari setengah lembaga keuangan Rusia adalah anggota SWIFT.
Alicia García Herrero, kepala ekonom untuk Asia Pasifik di Natixis di Hong Kong, mengatakan melarang Rusia dari SWIFT akan menjadi pukulan serius bagi negara itu.
“ Ini masalah besar karena tidak ada pembayaran utang atau pembiayaan perdagangan yang dapat dilakukan. Ini lebih besar daripada menghentikan impor gas Uni Eropa dari Rusia,” kata García Herrero kepada Al Jazeera.
Nikolay Zhuravlev, wakil ketua Dewan Federasi pada bulan Januari 2022 pernah mengakui pengusiran negaranya dari jaringan adalah suatu kemungkinan.
Baca Juga:
Menurutnya SWIFT adalah sistem penyelesaian, ini adalah layanan. Oleh karena itu, jika Rusia terputus dari SWIFT, maka mereka tidak akan menerima mata uang asing. Tetapi pembeli, negara-negara Eropa terutama, tidak akan menerima barang-barang Rusia seperti minyak, gas, logam, dan komponen penting lainnya.” Apakah mereka tidak membutuhkannya? Saya tidak yakin,” kata Zhuravlev, dikutip dari kantor berita TASS Rusia.
Zhuravlev juga mencatat bahwa meski SWIFT cukup aman dan nyaman, itu bukan satu-satunya cara mentransfer uang. Dan keputusan seperti menangguhkan suatu negara akan membutuhkan kebulatan suara di antara anggota.
Secara taktis, keuntungan dan kerugian masih bisa diperdebatkan”, kata Guntram Wolff, Direktur think-tank Bruegel yang berbasis di Brussel Jerman kepada kantor berita AFP.
Secara praktis, dihapus dari SWIFT berarti bank Rusia tidak dapat menggunakannya untuk melakukan atau menerima pembayaran dengan lembaga keuangan asing.
Tetapi Rusia adalah pengekspor minyak dan gas yang signifikan hingga penguncian dari SWIFT dapat memiliki konsekuensi yang signifikan bagi negara lain juga.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Kamis mengakui larangan itu "sensitif" untuk beberapa negara Uni Eropa karena akan memiliki dampak besar pada mereka sendiri.
Guntram Wolff menambahkan secara operasional akan sangat memusingkan. dampaknya akan sangat besar bagi negara-negara Eropa yang melakukan perdagangan signifikan dengan Rusia yang memasok 41 persen gas alam benua itu.
Menurut Alicia García Herrero larangan semacam itu juga dapat memacu Moskow untuk mempercepat pengembangan sistem transfer alternatif, dengan China, atau negara lain, yang berpotensi melemahkan dominasi Amerika atas sistem keuangan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 27 Feb 2022