Rabu, 15 Desember 2021 06:56 WIB
Penulis:Redaksi Wongkito
JAKARTA, WongKito.co, - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anthony J. Blinken pada awal pekan ini melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta.
Dalam pertemuan tersebut, Blinken menyatakan ketertarikan AS untuk investasi di dua sektor kunci perekonomian Indonesia yang kini sedang menjadi agrenda utama Jokowi, yaitu bidang infrastruktur dan kesehatan.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dalam konferensi pers usai mendampingi Jokowi, Senin, 13 Desember 2021. Dia mengatakan Blinken menyampaikan komitmen AS untuk bermitra dengan Indonesia dalam bidang investasi infrastruktur.
Baca Juga : 6.380 Debitur Terdampak Erupsi Semeru, DPR Minta OJK Fasilitasi Restrukturisasi Kredit
Tak hanya di bidang ekonomi dan investasi infrastruktur, Retno menambahkan bahwa AS juga menyambut baik keinginan Indonesia untuk berpartisipasi dalam rantai pasok bidang kesehatan global, sebuah agenda global yang baru-baru ini dibahas dalam pertemuan KTT G20 di Italia dan KTT PBB di Glasgow.
"Amerika Serikat juga menyambut baik keinginan Indonesia untuk berpartisipasi dalam supply chain bidang kesehatan. Secretary Blinken juga menyampaikan dukungan terhadap keketuaan G20 Indonesia," ujar Retno dikutip dari keterangan resmi, Selasa, 14 Desember.
Dia mengungkapkan bahwa dalam pertemuan itu Jokowi sangat berharap dukungan AS di bidang ekonomi, investasi, hingga kesehatan.
"Indonesia mengharapkan Amerika Serikat dapat menjadi salah satu mitra di bidang ekonomi. Pada saat Presiden bicara mengenai hubungan bilateral, termasuk di bidang investasi, dan Indonesia juga mengharapkan dapat menjadi bagian dari rantai pasok global untuk bidang kesehatan," papar Retno.
Retno mengatakan bahwa AS adalah mitra baik Indonesia. Indonesia akan terus mengembangkan strategic trust dengan semua negara dan semua mitranya.
"Strategic trust ini juga diperlukan untuk membangun dunia yang damai, stabil, dan sejahtera dan Indonesia memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk berkontribusi menciptakan dunia yang damai stabil dan sejahtera," ucapnya.
Sehari sebelum pertemuan tersebut, Ben Bland, seorang presenter televisi AS yang pernah mewawancarai Jokowi beberapa kali menulis di New York Times bahwa pertemuan antara Blinken dengan Jokowi merupakan sebuah langkah maju kedua negara.
Pasalnya, AS sebelumnya pernah "menghina" atau menganggap remeh Indonesia ketika Wakil Presiden Kamala Harris dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin melakukan perjalanan terpisah ke Asia Tenggara (ASEAN) awal tahun ini, mereka melewatkan Indonesia — yang oleh The Jakarta Post, surat kabar berbahasa Inggris terkemuka di Indonesia, disebut sebagai "penghinaan".
Tidak hanya itu. Di antara masalah dalam negeri dan daftar panjang tantangan kebijakan luar negeri AS yang harus ditangani, Indonesia juga terlempar dari agenda AS, bahkan ketika Joe Biden mulai melangkah di ASEAN.
Panduan strategis keamanan nasional sementara Biden, yang dirilis pada bulan Maret 2021, menyebut Singapura dan Vietnam, yang mendukung serangan balik AS terhadap China, sebagai mitra penting di ASEAN dan bukan Indonesia, negara dengan populasi Islam terbesar dan demokrasi ketiga di dunia.
Menurut Ben Bland, sudah saatnya AS menunjukkan kehangatannya dengan Indonesia, negara mitra pentingnya di kawasan Indo-Pasifik. Ketika Biden bertemu dengan Jokowi bulan lalu di Glasgow, dia memuji kepemimpinan Indonesia di Indo-Pasifik dan komitmen kuat terhadap nilai-nilai demokrasi.
"Pemerintahan Biden harus menggunakan kunjungan ini untuk memulai serangan pesona berkelanjutan untuk mendekatkan demokrasi terbesar ketiga di dunia itu," kata Direktur Southeast Asia Program pada Lowy Institute ini.
Dia menyarankan agar AS harus berkonsentrasi pada bidang kerja sama praktis dengan Indonesia, karena Jokowi adalah seorang eksekutor bukan seorang pemikir.
Beberapa sektor kunci yang bisa memenangakn hati Jokowi seperti perdagangan dan investasi, pembiayaan untuk pembatasan pembangkit listrik tenaga batu bara dan deforestasi, dan dukungan yang lebih besar untuk kampanye vaksinasi COVID-19 di Indonesia.
Selain itu, AS juga harus bisa membantu Indonesia keluar dari krisis ekonomi dan kesehatan yang dipicu oleh pandemi sambil mengurangi ketergantungannya pada China, yang hubungannya begitu berkembang di masa pemerintahan Jokowi.
Di bawah Presiden Jokowi, China telah menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia, menghabiskan miliaran dolar untuk pembangunan jalan raya baru, pembangkit listrik, dan jalur kereta api berkecepatan tinggi atau Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Yang paling mutakhir adalah bantuan vansin COVID-19 dari China yang telah mencapai 80 juta dosis.
"Jika pemerintahan Biden ingin menghilangkan garis China bahwa Washington adalah kekuatan yang tidak dapat diandalkan dan menurun, maka kerangka ekonomi Indo-Pasifik yang diusulkannya, yang dijadwalkan awal tahun depan, harus membawa beban yang nyata. Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia juga perlu mendapat perhatian khusus," tandas Ben Bland.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Daniel Deha pada 15 Dec 2021