Kamis, 26 Agustus 2021 07:50 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA, Wongakito.co - Otoritas kesehatan di Guinea telah mengonfirmasi adanya satu kematian akibat virus Marburg, demam berdarah yang sangat menular. Sebelumnya, WHO telah memeringatkan terkait bahaya virus Marburg.
WHO menambahkan bahwa demam berdarah akibat virus Marburg mirip dengan Ebola.
Sebelumnya, pada tahun 1967 telah terjadi 12 wabah Marburg besar-besaran, dan kebanyakan terjadi di Afrika Selatan dan Timur.
Penyakit Marburg memiliki tingkat risiko kematian hingga 88%, tetapi bisa jauh lebih rendah jika pasien mendapatkan perawatan yang baik.
Virus Marburg dan Ebola merupakan anggota dari keluarga Filoviridae. Meskipun disebabkan karena virus yang berbeda, kedua penyakit tersebut bisa menimbulkan gejala klinis yang serupa.
Namun, kedua penyakit ini jarang terjadi dan memiliki kemampuan untuk menyebabkan wabah dengan tingkat kematian yang tinggi.
Pada awalnya, infeksi akibat virus Marburg pada manusia terjadi akibat kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.
Marburg dapat menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung (kulit yang rusak atau selaput lendir) dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi, atau dengan permukaan bahan yang terkontaminasi cairan yang mengandung virus tersebut.
Petugas kesehatan sering terinfeksi saat merawat pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi MVD. Hal ini terjadi melalui kontak dekat dengan pasien ketika tindakan pencegahan pengendalian infeksi tidak dilakukan secara ketat. Penularan melalui peralatan injeksi yang terkontaminasi atau melalui luka tusukan jarum dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah, kerusakan yang cepat, dan, mungkin, tingkat kematian yang lebih tinggi.
Penyakit yang disebabkan virus Marburg bisa terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala, dan malaise parah. Tak hanya itu, gejala yang timbul juga termasuk nyeri otot, nyeri, diare parah, sakit perut dan kram, serta mual dan muntah.
Pasien yang mengalami penyakit ini akan memiliki tampilan wajah seperti mata cekung, wajah tanpa ekspresi, dan kelesuan yang ekstrem. Dalam kasus yang fatal, kematian paling sering terjadi antara 8 dan 9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului dengan kehilangan darah yang parah dan syok.
Saat ini tidak ada vaksin atau perawatan antivirus yang disetujui untuk mengatasi penyakit akibat Marburg. Akan tetapi, perawatan seperti rehidrasi dengan cairan oral atau intravena dapat menjadi pengobatan gejala yang meningkatkan kelangsungan hidup.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Justina Nur Landhiani pada 25 Aug 2021