Berburu Barang Antik di Pasar Cinde Palembang

Senin, 17 Januari 2022 06:36 WIB

Penulis:Nila Ertina

Piringan hitam, salah satu barang antik yang dijual di Pasar Cinde Palembang
Piringan hitam, salah satu barang antik yang dijual di Pasar Cinde Palembang (Humaidy Aditya Kennedy)

PALEMBANG, WongKito.co - Pasar Cinde menjadi salah satu pasar loak atau bekas di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Beragam barang bekas yang masih memiliki nilai jual tinggi dijajahkan dengan beralaskan terpal di pinggiran Jalan Karet, Jalan Raden Muhammad, Jalan Cinde Welan, dan Jalan Raden Nangling.

Saat matahari beranjak terbit, para penjual bergegas membuka lapak mereka, salah satunya adalah Nopal. Lelaki kelahiran 1980 tersebut, menjual barang antik selama delapan tahun.

Bermula dari hobi, kini barang antik menjadi ladang penghasilan untuk kehidupan keluarganya. Sebelumnya Nopal berdagang barang-barang elektronik.

"Jualan barang antik ini karena tidak sengaja. Awalnya hobi mengoleksi barang antik, terus-terusan beli setiap ketemu yang bagus. Lama-kelamaan jadi banyak dan akhirnya insiatif untuk aku jual," ujarnya di sela-sela melayani pembeli pada Minggu (16/1/2022).

Baca Juga:

Nopal mengungkapkan kalau dirinya tinggal di sekitar Masjid Agung Palembang yang saat itu menjadi pusat jual beli barang-barang antik. Ia mengumpulkan barang kuno mulai dari koin, piring antik, kamera analog, arloji, bahkan lemari kayu jati.

"Bagi kami (para kolektor) kalau nemui barang antik tu ada kepuasan tersendiri. Kalau kata orang Palembang ni la cinto nian," ujarnya.

Selain dari koleksi pribadi, kata Nopal, barang dagangannya diambil dari berbagai daerah bahkan keliling ke dusun. 
"Kalau di suatu daerah itu ada monumen benteng, pasti ada barang antiknya. Karena disana banyak sekali peninggalan-peninggalan bangsa Eropa dan Belanda," imbuhnya.

Dari hasil perburuannya, Nopal menjual barang antik dari kisaran harga ribuaan hingga puluhan juta rupiah. Bahkan, menurutnya barang yang berasal dari tahun 50-an ke bawah memiliki nilai jual tinggi. Namun, untuk sekarang Ia merasakan kesulitan menemukan barang-barang antik tersebut karena sudah banyak yang menjual dengan harga mahal.

Pada awal-awal berjualan, Nopal bisa menghasilkan cuan melebihi gaji pegawai sipil negara. Namun, sejak jual beli online muncul, Nopal mengalami fase surut.

"Alhamdulillahnya masih cukup. Selain warga lokal, para pembeli juga banyak dari kolektor pulau Jawa. Mereka banyak mengambil barang disini, karena barang bingen masih banyak," lanjutnya.

Selain membuka lapak setiap hari Minggu dari pukul 05.00 - 11.00 WIB, Nopal juga menjajahkan barang dagangan di rumahnya. Beralamat di Jalan Ki Gede Ing Suro daerah Tangga Tanah Laut dekat Masjid Suro.(mel)