Kamis, 16 November 2023 19:24 WIB
Penulis:admin
Editor:admin
Jakarta, Wongkito.co – Bitcoin (BTC) di prediksi akhir pekan ini dengan menembus level US$38.000 atau sekitar Rp591 juta, setelah sebelumnya terkoresi pada dua hari lalu di kisaran harga US$34.500.
Coinmarketcap mencatat harga Bitcoin berada di level US$37.424. Nilai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini mengalami kenaikan sekitar 5,60% dalam 24 jam terakhir dan telah naik sebanyak 2,46% dalam periode satu minggu. Kamis, 16 November 2023.
Fyqieh Fachrur, seorang trader Tokocrypto, menjelaskan meskipun ada beberapa hambatan makro, harga Bitcoin diperkirakan akan terus mengalami kenaikan. Terutama, data inflasi dan penjualan ritel AS yang dirilis minggu ini memberikan dukungan yang kuat terhadap narasi bahwa siklus pengetatan kebijakan oleh The Fed telah berakhir dan siklus penurunan suku bunga akan segera dimulai.
Baca juga
Diketahui, pada Oktober 2023, Indeks Harga Konsumen (CPI) AS hanya mencapai 3,2% Year-On-Year (YoY), mengalami penurunan dari angka 3,7% yang tercatat pada bulan September. Sementara itu, Indeks Harga Produsen (PPI) untuk bulan Oktober menunjukkan angka 1,3% (YoY), mengalami penurunan dari 2,2% pada bulan sebelumnya, dan secara signifikan di bawah perkiraan sebesar 1,9%. Inflasi inti PPI juga mengalami penurunan, mencapai tingkat tahunan sebesar 2,4%, turun dari 2,7%.
Fyqieh menjelaskan bahwa penurunan tingkat inflasi dapat memberikan dukungan kepada Bitcoin dalam jangka pendek, karena beberapa pelaku pasar mungkin lebih condong untuk mengambil risiko yang lebih tinggi. Ketika tingkat inflasi menurun, mata uang konvensional biasanya lebih stabil nilainya, yang dapat mengurangi daya tarik investasi pada aset-aset seperti obligasi dan tabungan.
“Dalam situasi ini, beberapa investor mungkin mencari alternatif yang lebih potensial untuk pertumbuhan modal, dan Bitcoin dapat menjadi salah satu pilihan mereka," kata Fyqieh dalam siaran pers.
Fyqieh menambahkan bahwa ketidakpastian ekonomi yang sering terkait dengan inflasi tinggi dapat mendorong beberapa individu untuk melihat Bitcoin sebagai lindungan potensial terhadap depresiasi mata uang tradisional. Sifat terdesentralisasi dan pasokan yang terbatas membuat Bitcoin dianggap sebagai alat lindung nilai yang potensial terhadap fluktuasi nilai mata uang fiat.
Sementara itu, harapan terhadap persetujuan Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin spot di AS tetap tinggi, menjadi salah satu faktor yang mendorong semangat investor untuk terus mengakumulasi aset ini meskipun terjadi penurunan harga jangka pendek pada Bitcoin.
Hingga saat ini, Securities and Exchange Commission (SEC) masih belum memberikan persetujuan untuk ETF Bitcoin spot tersebut. Jendela waktu untuk persetujuan ini masih berlangsung hingga tanggal 17 November, dan jika SEC memutuskan untuk melanjutkan kebijakan penundaan persetujuan ETF, jendela waktu tersebut akan diperpanjang hingga tanggal 10 Januari.
Para investor merespons dengan melakukan entry secara bertahap ke dalam Bitcoin, didukung oleh kepercayaan pasar yang kuat dan minim koreksi. Harga Bitcoin berhasil meningkat dari US$ 34.000 menjadi US$ 38.000 dalam waktu singkat. Kepercayaan investor terhadap sentimen positif terkait ETF masih cenderung bullish," tutur Fyqieh.
Beberapa investor mungkin merasa ragu apakah pembelian Bitcoin pada tingkat harga saat ini terlalu mahal. Harga Bitcoin mengalami volatilitas yang cukup besar dalam beberapa minggu terakhir.
Terkini, Bitcoin berada pada tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan awal tahun ini. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa harga Bitcoin dapat sangat fluktuatif, dan pergerakannya tidak selalu mengikuti pola yang dapat diprediksi.
"Pastikan tujuan investasi. Jika ingin berinvestasi jangka panjang, maka membeli Bitcoin di level sekarang tidak terlalu mahal. BTC memiliki potensi untuk tumbuh secara signifikan dalam jangka panjang, sehingga masih bisa mendapatkan keuntungan yang besar," terang Fyqieh.
Menurutnya, menginvestasikan pada Bitcoin dengan pandangan jangka panjang mungkin merupakan pertimbangan yang masuk akal, terutama jika dilihat sebagai kesempatan untuk memasuki pasar pada tingkat harga yang relatif rendah.
Proyeksi potensial kenaikan hingga mencapai All-Time High (ATH) sekitar US$120.000-US$150.000 atau sekitar Rp1,8 miliar - Rp2,3 miliar dalam siklus Bitcoin halving berikutnya dapat menjadi faktor pendorong dalam pengambilan keputusan investasi.
Namun, perlu dicatat bahwa siklus halving tidak menjamin secara pasti bahwa Bitcoin akan mencapai rekor ATH baru. Faktor-faktor seperti adopsi institusional, regulasi, perkembangan teknologi, dan sentimen pasar juga dapat memengaruhi pergerakan harga Bitcoin.
“Oleh karena itu, sebelum membuat keputusan investasi, disarankan untuk melakukan analisis menyeluruh dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi pasar kripto," pungkas Fyqieh.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 16 Nov 2023