Bos Amazon Ungkapkan Hal ini, PascaElon Musk Beli Twitter

JAKARTA - Setelah digadang-gadang akan mengambil alih kepemilikan platform sosial media mikrobloging Twitter,  Elon Musk  akhirnya resmi menjadi pemilik Twitter dengan mahar US$44 miliar atau kisaran Rp631 triliun (asumsi kurs Rp14.400 per dolar AS).

Pengambilalihan Twitter oleh pendiri SpaceX tersebut diharapkan selesai tahun ini sembari  menunggu umpan balik dari pemegang saham dan rincian peraturan lainnya.

Aksi yang dilakukan oleh bos Tesla tersebut lantas membuat mantan orang terkaya dunia, Jeff Bezos buka suara.

Baca Juga:

• Cek Harga Terbaru Minyak Goreng di Alfamart dan Indomaret, Hanya Turun Ratusan Rupiah
• Asetku Paling Besar Salurkan Kredit Sejak Awal Berdiri
• Kembali, UOB Indonesia Ajak Seniman Menembus Batasan Kreativitas dalam Kompetisi UOB Painting of the Year Tahun 2022

Lewat akun twitternya, ia meretweet pernyataan akun jurnalis New York Times, Mike Forysthe yang berpendapat bahwa ada kemungkinan baru yang terbuka setelah Musk memiliki Twitter sepenuhnya.

"Beberapa hal, Pasar kedua terbesar Tesla setelah AS pada 2021 adalah China, Baterai China jadi supplier terbesar untuk kendaraan listrik Tesla. Pada 2009, Setelah China melarang Twitter, Pemerintah setempat hampir tak punya andil dalam platform tersebut. Hal tersebut mungkin tengah berubah," tulis Mike.

• Kurs Dolar Hari Ini: Dibuka Menguat, Rupiah Perlu Waspadai Kenaikan Suku Bunga AS
• Twitter Akhirnya Terima Tawaran Elon Musk
• Harga Emas Antam Merosot Lagi, Segram Dibanderol Rp982.000

Kicauan Mike kemudian diretweet oleh Jeff Bezos. Dalam akunnya, ia kemudian menulis beberapa pertanyaan dan pernyataan tambahan.

"Pertanyaan yang menarik. Apakah pemerintah China baru saja mendapatkan sedikit pengaruh atas Town Square," tulisnya seperti dikutip TrenAsia.com dari akun Twitter Bezos pada 26 April 2022.

Ia kemudian berkicau lagi dalam tulisan selanjutnya. Menurutnya, tidak akan ada yang berubah terhadap status pelarangan Twitter di China setelah saingan bisnisnya itu membeli Twitter.

"Jawaban saya sendiri untuk pertanyaan ini mungkin tidak. Hasil yang lebih mungkin dalam hal ini adalah kompleksitas di China untuk Tesla, daripada sensor di Twitter," tambahnya.

Meski begitu, Bezos ingin memantau terlebih dulu. Sebab menurutnya Musk adalah sosok yang bisa menyelesaikan kompleksitas.

"Tapi kita lihat saja. Musk sangat pandai menavigasi kompleksitas semacam ini," tambahnya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 26 Apr 2022