Bos BI Pede Menguat Sampai Akhir Tahun, Rupiah Kembali ke Rp15.000-ann

Senin, 06 Mei 2024 18:36 WIB

Penulis:Susilawati

Cash Pooling Mandiri .jpg
Karyawan memindahkan tumpukan uang rupiah di cash pooling Bank Mandiri, Jakarta, Jum'at, 21 Januari 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA - Pada Senin pagi, 6 Mei 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat sebesar 98 poin atau 0,61% menjadi Rp15.985.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, optimistis bahwa penguatan rupiah akan terus berlanjut dalam beberapa bulan mendatang, dengan prediksi mencapai kisaran Rp15.800 per dolar AS pada Juni 2024.

“Penguatan nilai tukar rupiah itu akan terus berlangsung dari sekarang sampai dengan akhir tahun. Itu terpantau kalau kita lihat data-data di pasar yang non-delivery forward di luar negeri atau domestic non-delivery forward di dalam negeri," terang Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Jakarta, Senin 6 Mei 2024.

Baca juga:

Faktor Penguatan Rupiah

Penguatan ini didukung oleh sejumlah faktor ekonomi yang positif di Indonesia, serta langkah-langkah kebijakan dari BI untuk mendukung stabilitas mata uang dan pertumbuhan ekonomi. 

Salah satu langkah kunci yang diambil adalah kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 6,25%, suku bunga deposit facility menjadi 5,5%, dan suku bunga lending facility menjadi 7%. 

Langkah ini bertujuan untuk menarik investasi ke dalam rupiah dengan menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi kepada investor.

Selain itu, masuknya investasi portofolio melalui Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga meningkat, menunjukkan minat yang kuat dari investor terhadap pasar keuangan Indonesia. 

Selain faktor internal, pergerakan positif mata uang negara berkembang secara global juga turut mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

Faktor global, terutama pergerakan positif mata uang negara berkembang secara umum, memberikan dampak yang signifikan terhadap penguatan nilai tukar rupiah. 

Penguatan mata uang negara-negara berkembang mencerminkan kepercayaan investor terhadap pasar-pasar tersebut dan juga mencerminkan kondisi ekonomi yang membaik secara global. 

Fenomena ini memberikan dorongan positif bagi rupiah karena Indonesia sebagai negara berkembang juga ikut merasakan dampaknya.

Investor cenderung melihat mata uang negara-negara berkembang sebagai investasi yang menarik karena potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekonomi yang sudah matang. 

Hal ini kemudian mengalir ke pasar keuangan Indonesia, termasuk ke pasar valuta asing, yang mendukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Oleh karena itu, pemantauan terhadap kondisi global secara seksama juga menjadi faktor penting yang dipertimbangkan oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengambil langkah-langkah kebijakan yang tepat guna mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Manfaat Positif Bagi Ekonomi Indonesia

Penguatan nilai tukar rupiah yang terus berlanjut memiliki potensi untuk memberikan dampak positif signifikan terhadap ekonomi Indonesia secara keseluruhan. 

Salah satu dampak utamanya adalah kemampuan untuk mengendalikan inflasi. Ketika nilai tukar rupiah menguat, harga impor barang menjadi lebih murah karena nilai dolar AS yang lebih rendah. 

Hal ini dapat membantu menahan tekanan inflasi karena biaya produksi barang impor yang lebih rendah akan menciptakan stabilitas harga di pasar domestik.

Selain itu, penguatan rupiah juga dapat mendorong investasi domestik maupun asing. 

Dengan nilai tukar yang lebih menguntungkan, investor asing cenderung melihat Indonesia sebagai tujuan investasi yang menarik. 

Investasi asing yang masuk ke dalam sektor-sektor strategis dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. 

Di sisi lain, penguatan rupiah juga dapat meningkatkan daya beli domestik, mendorong konsumsi, dan mendukung pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam negeri.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 06 May 2024