ojk
Sabtu, 25 Mei 2024 08:00 WIB
Penulis:Nila Ertina
PALEMBANG, WongKito.co - Akses layanan perbankan dinilai masih belum ramah bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau UMKM difabel. Padahal, Undang-Undang sudah mengatur agar penyandang disabilitas mempunyai hak untuk mendapatkan kesempatan berinklusi di segala aspek kehidupan.
Hal ini diakui Wide dari Yayasan Sharing Disability Indonesia saat dibincangi di stand Pameran Produk UMKM Bangga Buatan Indonesia (BBI), Sriwijaya Expo di lapangan DPRD Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Jumat (24/05/2024).
Dia mengungkapkan, selama ini kawan difabel yang menjadi anggota yayasannya kerap mengeluhkan sulitnya mengisi formulir keuangan yang harus membubuhkan tanda tangan, terutama bagi teman netra. Sebab, formulir bank belum menggunakan huruf braille.
Tidak hanya itu, perbankan juga belum ada pegawai terlatih yang bisa membantu pelayanan bagi nasabah difabel, terutama bagi teman tuli. “Rata-rata bank sekarang menjadikan satpam sebagai front office yang belum semua bisa berbahasa isyarat. Hal-hal seperti itu yang sering kami temui saat mendampingi anggota membuka rekening,” jelasnya.
Baca Juga:
Belum lagi di bank terkadang banyak tangga atau bahkan tidak adanya jalur landai untuk kursi roda. Begitu juga ruang ATM khusus untuk penyandang disabilitas belum ada. “Anggota yang menjadi pelaku UMKM difabel juga banyak yang terkena tipu pada aplikasi keuangan. Diminta klik like dan subscribe tapi berujung ditagih bayaran,” ujar dia.
Pengurus Yayasan Sharing Disability Indonesia lainnya, Anis Muthmainah menambahkan, uang kertas yang berlaku saat ini juga belum ramah bagi teman netra. Selama ini mereka mengacu pada hitungan senti ukuran kertasnya saja. Untuk menyimpan di dompet, teman netra melipat uang kertas dengan pola unik dan berbeda, misalnya uang dua ribu rupiah dilipat segitiga, uang lainnya digulung.
“Teman netra sering terkecoh dengan uang kertas yang baru. Bohong kalau teman netra bisa tahu uang hanya dengan meraba. Negara tidak memberi akses yang ramah difabel,” kata Anis yang akrab disapa Bunda Gendhis.
Di kesempatan pameran yang disinergikan dengan Sriwijaya Expo tersebut, stand yayasan menawarkan beragam produk kerajinan tangan karya difabel yang menjadi anggota, mulai dari lukisan, bunga artifisial, karpet sigras, keset limbah perca, hingga kuliner seperti jamu, sambel, dan keripik pangsit.
Diakuinya, pemasaran dan perizinan juga menjadi kendala UMKM difabel. Mereka butuh pelatihan pemasaran digital terutama pendampingan teknis berjualan online sesuai zaman. Beruntung, yayasan mendapat perhatian dari OJK dan akan menggelar pelatihan sesuai yang dibutuhkan.
“Baru dua hari lalu pihak OJK mengundang kami ikut pameran hari ini. Jadi, produk UMKM karya difabel kita bawa dari galeri ke sini. Bulan depan OJK menjanjikan pelatihannya di sekretariat yayasan,” imbuh Bunda Gendhis.
Baca Juga:
Dilansir dari Antaranews, OJK berupaya meningkatkan layanan bagi difabel, khususnya layanan digital guna mendorong tingkat inklusi keuangan melalui program strategis satu difabel satu rekening.
“Kami mempelajari bahwa memiliki akses terhadap layanan keuangan merupakan hal yang berharga bagi para penyandang disabilitas,” terang Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi dalam acara Seremonial Penandatanganan Kerja Sama antara OJK dan Kemenko Perekonomian di Jakarta, Jumat (02/02/2024).
Dia menyampaikan, OJK telah melaksanakan 2.570 edukasi keuangan dengan total 647.968 peserta pada 2023. Kemudian, para pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) sudah menjalankan 2.607 edukasi keuangan dengan 409.284 peserta.
"Kita ajak PUJK, bagaimana kita memfasilitasi saudara-saudara kita, tidak hanya memudahkan mereka ketika mereka datang di bank, tetapi akses inklusinya juga kita bantu,” tegas dia. (yulia savitri)