Selasa, 16 Januari 2024 15:20 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Di tengah ketidakpastian ekonomi global pada tahun 2023, Indonesia berhasil mempertahankan ketahanan pertumbuhan ekonomi.
Ekspor Indonesia tetap tumbuh sebesar 8,55 persen secara tahunan atau mencapai angka US$258,82 miliar atau sekitar Rp4.035,65 triliun (kurs Rp15500), jumlah tersebut menandakan kinerja ekspor yang tangguh meskipun tantangan menghadapi eksternal.
Dengan pengekspor utama adalah China (25,66%), Amerika Serikat (9,57%), dan India (8,35%), sementara kontribusi ASEAN dan Uni Eropa masing-masing mencapai 18,35% dan 6,78%.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan mengungkap Impor Indonesia pada tahun 2023 mencapai US$ 221,89 miliar atau sekitar Rp3.459,81 triliun, mengalami penurunan sebesar 6,55%.
"Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi negara mitra dagang utama,” ujar Febrio Selasa (16/1/2024).
Baca Juga:
Meski demikian, volume impor tetap tumbuh sebesar 8,04% secara tahunan. Penurunan ini dipengaruhi oleh sektor mesin elektrik, dengan China dan Jepang mendominasi pangsa pasar impor sebesar 33,42% dan 8,84%.
Febrio mengungkap bahwa penurunan impor memberikan sinyal perluasan sektor industri dalam negeri. Febrio juga menyebut Pentingnya diversifikasi mitra dagang utama untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa negara.
Diperkirakan masih ada risiko global pada tahun 2024. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk mengantisipasi risiko ini dengan meluncurkan kebijakan hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA).
Selain itu, peningkatan daya saing produk ekspor dan diversifikasi mitra dagang akan menjadi fokus utama dalam menjaga ketahanan ekonomi.
Febrio dikutip dari Antara menambahkan bahwa peningkatan daya saing produk ekspor Indonesia akan menjadi kunci keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.
Diversifikasi mitra dagang utama juga dianggap sebagai langkah strategis untuk mengurangi risiko ekonomi yang dapat timbul dari perubahan kondisi global.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 16 Jan 2024