Gen Z
Jumat, 30 Desember 2022 12:44 WIB
Penulis:Nila Ertina
Oleh: Fetri Vera Girsang, Karyn Agness Angellica Sagala, Adventria Howu Howu Nazara, Graciela Angelica Sianipar.
Tahukah kamu bahwa kolesterol bisa berbahaya bagi tubuh kita? Tapi jarang sekali disadari kalangan Gen Z bukan?
Kolesterol merupakan lemak dalam aliran darah atau dalam sel-sel tubuh, yang sebenarnya dibutuhkan untuk pembentukan dinding sel dan juga sebagai bahan baku beberapa hormon. Namun, bila jumlah kolesterol terlalu banyak, kolesterol dalam darah justru berbahaya bagi tubuh, hal ini biasa disebut dengan hiperkolesterolemia. Seseorang memiliki kadar kolesterol yang normal bila berada pada kisaran 160-200 mg. Kolesterol dibagi menjadi tiga, yakni LDL (Low-Density Lipoprotein), HDL (High-Density Lipoprotein), dan trigliserida. LDL merupakan lipoprotein yang membawa sebagian besar kolesterol dalam darah. HDL merupakan lipoprotein yang mengangkat lebih sedikit kolesterol. Trigliserida merupakan jenis lemak yang berfungsi sebagai cadangan energi.
Hiperkolesterolemia adalah kondisi ketika kolesterol pada darah terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan penyakit mematikan seperti stroke, serangan jantung, dan penyempitan pembuluh darah. (Yani, 2015)
Generasi Z atau yang biasa disebut dengan Gen Z adalah generasi pertama yang telah terpapar teknologi sejak usia dini. Menurut data tahun 2019, Gen Z merupakan populasi terbesar di dunia dengan persentase sebesar 32% dari total jumlah seluruh populasi dunia, yang artinya 2,5 miliar dari total 7,7 miliar manusia di bumi adalah Gen Z. (Sihotang, 2014)
Data Terbaru Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia seperti dijelaskan sebelumnya ialah suatu kondisi di mana konsentrasi kolesterol dalam darah meningkat melebihi batas normal, yaitu di atas 240 mg/dl.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018, lebih dari 160 juta penduduk dunia memiliki kadar kolesterol total > 200 mg/dl yang termasuk kategori berisiko cukup tinggi dan lebih dari 34 juta penduduk dewasa Amerika memiliki kadar kolesterol total > 240 mg/dl yang termasuk kategori berisiko tinggi dan memerlukan tindakan terapi.
Baca Juga:
Berdasarkan data dari American Heart Association (AHA) tahun 2018, prevalensi penderita hiperkolesterolemia (kadar kolesterol > 240 mg/dl) sebanyak 39,1 juta orang atau sekitar 13,8% dari jumlah populasi.
Di Indonesia sendiri, data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa sebesar 28,8% dari penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 5 tahun memiliki total kolesterol di atas normal. Negara-negara berkembang seperti Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan hingga 137% sedangkan di negara-negara maju hanya sekitar 48%.
Faktor Risiko Hiperkolesterolemia
Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan munculnya hiperkolesterolemia. Faktor risiko itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah meliputi asupan makanan dan aktivitas fisik. Selanjutnya, faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin, dan genetik.
Makanan adalah kebutuhan pokok tiap makhluk hidup. Namun, agar makanan dapat bermanfaat maksimal bagi tubuh, diperlukan pengendalian asupan makanan.
Makanan berlemak khususnya sejenis goreng-gorengan, daging berlemak, produk susu tinggi lemak, dan junk food adalah beberapa asupan makanan yang dapat menyebabkan tingginya kadar kolesterol dalam darah bila dikonsumsi secara berlebihan.
Selain itu, minuman alkohol juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida dalam tubuh. Aktivitas fisik yang kurang juga sangat berpengaruh meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan metabolisme tubuh menjadi lambat, proses tubuh mengubah lemak dan karbohidrat menjadi energi akan terganggu atau lebih lambat dari seharusnya.
Lalu, kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dengan mempercepat penumpukan plak pada arteri.
Pertambahan usia turut menjadi salah satu faktor risiko meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Seiring bertambahnya usia, proses kimiawi dalam tubuh juga turut berubah, di mana kemampuan hati untuk menghilangkan LDL semakin menurun sehingga kadar LDL dalam darah lebih mudah meningkat.
Begitupun jenis kelamin. Hiperkolesterolemia umunya lebih banyak ditemukan pada wanita 14,5% dibandingkan pria 8,6% (Aurora, Sinambela, & Noviyanti, 2012). Yang terakhir ialah faktor genetik.
Faktor genetik atau keturunan menjadi salah satu faktor risiko hiperkolesterolemia karena adanya mutasi genetik yang diturunkan oleh orang tua atau salah satu anggota keluarga sebelumnya.
Familial Hypercholesterolemia (FH) adalah sebutan untuk kondisi kolesterol tinggi yang disebabkan oleh faktor genetik
Gejala Hiperkolesterolemia
Tidak ada gejala khusus yang menandakan tingginya kadar kolesterol dalam darah, tetapi tubuh tetap akan memberikan sinyal sebagai indikator yang harus kita waspadai.
Contoh gejala yang sering terjadi sebagai pemberi tanda, seperti : Mudah ngantuk , sering merasakan kesemutan pada kaki, tangan, atau bagian tubuh tertentu.
Lalu pegal pada tengkuk atau pundak, Rasa nyeri di kaki. Selanjutnya Xanthrlasme yang artinya endapan kolesterol yang berada dibawah jaringan kulit.
Perlemakan hati , jika hati dipenuhi lemak berkadar tinggi, timbul keluhan seperti rasa tidak nyaman, begah, bahkan mual. Lalu gejala stroke yang mana tingginya kolesterol dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah di otak karna kurangnya asupan oksigen dan darah.
Gejala berikutnya yaitu kram dan gejala yang terakhir yaitu dada terasa nyeri, hal ini biasanya menjadi tanda dari komplikas kolesterol tinggi . Kondisi ini terjadi akibat adanya plak di dinding arteri, sehingga jantung tidak mendapatkan pasokan darah yang memadai.
Cara Mengendalikan Kadar Kolesterol Dalam Darah? Berikut Dijabarkan Tips Untuk Mengendalikannya.
Bagaimana cara mengendalikan kadar kolesterol dalam darah? Berikut dijabarkan tips untuk mengendalikannya.
Pertama; perbanyak konsumsi sayur dan buah.
Mengonsumsi sayur dan buah merupakan salah satu cara mengendalikan kadar kolesterol dalam darah, beberapa jenis kentang, tomat kale, pisang, apel, alpukat, anggur dan lemon.
Kedua; mengurangi konsumsi makanan berlemak, seperti goreng-gorengan atau fast food.
Ketiga; mengonsumsi makanan kaya omega-3, seperti ikan salmon, tuna, makarel, sarden, kacang kenari.
Keempat; mengonsumsi makanan tinggi serat larut yang berfungsi untuk memperlancar pencernaan dan menjaga berat badan ideal. Contoh makanan yang direkomendasikan, yaitu ubi jalar, brokoli, lobak, pir, kacang-kacang, biji rami dan gandum.
Kelima; Olahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL dalam tubuh.
Keenam; menghindari rokok dan alkohol, kebiasaan merokok dapat menjadikan pembuluh darah kaku. Begitu pula dengan alkohol yang dapat meningkatkan kadar kolesterol total dalam tubuh serta trigliserida.
*Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya
7 bulan yang lalu