IHK Sumsel September Alami Deflasi sebesar 0,12 Persen (mtm)

Kamis, 03 Oktober 2024 17:20 WIB

Penulis:Susilawati

Editor:Susilawati

cabaimerah
Cabai Merah (Istimewa )

PALEMBANG, WongKito.co, - Berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada bulan September 2024 mengalami deflasi sebesar 0,12% (mtm), tidak sedalam dibandingkan bulan Agustus 2024 yang mengalami deflasi sebesar 0,19% (mtm). 

Secara tahunan, realisasi inflasi Sumsel tercatat menurun menjadi sebesar 1,40% (yoy) dari bulan sebelumnya (1,80%; yoy). Perkembangan tersebut juga sejalan dengan inflasi nasional yang menurun menjadi sebesar 1,84% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (2,12%; yoy). 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Ricky P. Gozali mengatakan, 5 (lima) komoditas utama penyumbang deflasi pada bulan ini adalah cabai merah, cabai rawit, tomat, telur ayam ras, tomat, dan bensin dengan andil pada masing-masing komoditas adalah sebesar -0,19%, -0,07%, -0,04%, -0,03%, -0,03% secara berturut-turut (BPS, 2024)

Penurunan harga aneka cabai disebabkan melimpahnya pasokan sejalan dengan panen cabai raya oleh petani lokal dan luar Sumsel yang didukung oleh program championship Kementan untuk mendorong produktivitas. Kemudian, penurunan harga telur ayam ras masih terus berlanjut sejalan dengan penurunan harga jagung dan Day Old Chick (DOC) sebagai input utama. 

Sementara itu, penurunan harga tomat disebabkan oleh melimpahnya pasokan di tingkat petani dan karakteristik tomat yang rentan membusuk. Selanjutnya, harga bensin menurun sejalan dengan penurunan tarif BBM non subsidi (Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite).

Inflasi Provinsi Sumatera Selatan yang terkendali tidak terlepas dari upaya dan peran aktif Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumsel dalam mengendalikan inflasi melalui strategi 4K, yaitu Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. TPID Provinsi Sumatera Selatan secara aktif melaksanakan monitoring dan sidak pasar di berbagai daerah di Sumatera Selatan untuk memastikan ketersediaan pasokan di Sumatera Selatan. Keterjangkauan harga  dan kelancaran distribusi komoditas dilakukan dengan mensinergikan dan mengkoordinasikan berbagai instansi dalam subsidi harga, subsidi angkutan, maupun subsidi operasional lain dalam rangka pelaksanaan pasar murah. 

Selain itu, pengendalian inflasi juga didukung dengan komunikasi yang efektif melalui rapat koordinasi rutin TPID se-Sumatera Selatan, publikasi kegiatan pasar murah bersama, dan berbagai kegiatan komunikasi lainnya. 

Upaya 4K yang dilakukan TPID Provinsi Sumsel dalam menjaga stabilitas juga sejalan dengan upaya untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ekonomi Sumatera Selatan pada tahun 2024 diprakirakan berada pada kisaran 4,7-5,5% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi bersumber dari aktivitas Pemilu dan Pilkada, berlangsungnya penyelesaian PSN dan proyek swasta lain, serta cuaca yang relatif lebih stabil sehingga dapat mendorong produktivitas sektor pertanian dan perkebunan. 

Hal ini juga turut tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada bulan September 2024 yang mengindikasikan keyakinan konsumen berada dalam zona optimis. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2024 tercatat sebesar 118,61 (indeks > 100). Masyarakat masih optimis bahwa kondisi perekonomian pada 6 bulan ke depan akan tetap kuat.  

Sebagai langkah lanjutan untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,00%. Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, penguatan dan stabilitas nilai tukar Rupiah, dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan sesuai dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar Rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong agar lebih tinggi. 

Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, katanya.