ojk
Kamis, 18 Januari 2024 14:57 WIB
Penulis:admin
Editor:admin
Jakarta, Wongkito.co - Industri pengolahan nonmigas Indonesia untuk ekspor tahun 2023, menyumbang sebesar USS186,98 miliar atau sekitar Rp2.923 triliun (kurs Rp15.500).
Ini mengukukuhkan sebagai kontributor utama ekspor nasional, hal ini dapat dilihat dari persentase mencapai 72,24 persen dari total ekspor nasional. Kamis, 18 Januari 2024.
Keberhasilan ini memberikan optimisme kepada pemerintah, yang menetapkan target ambisius sebesar USS193,4 miliar atau sekitar Rp3000 triliun untuk tahun 2024, menunjukkan keyakinan pada potensi pertumbuhan ekonomi melalui sektor manufaktur.
Beberapa sektor unggulan menjadi pendorong utama pertumbuhan industri, antara lain logam dasar, makanan, bahan kimia, kendaraan bermotor, komputer, barang elektronik, dan kertas. Keberagaman sektor ini mencerminkan ketangguhan industri manufaktur Indonesia dalam menghadapi dinamika pasar global.
Salah satu pencapaian signifikan adalah surplus neraca perdagangan manufaktur sebesar US$17,39 miliar atau sekitar Rp27,88 triliun. Hal ini tidak hanya mengukuhkan peran industri sebagai tulang punggung perekonomian nasional tetapi juga menciptakan ketahanan terhadap fluktuasi ekonomi global.
Baca juga
Pemerintah berupaya untuk memanfaatkan surplus ini sebagai modal untuk pengembangan lebih lanjut dalam rangka meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional.
“Pemerintah akan terus memantau dampak dari kondisi global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah-langkah yang antisipatif melalui keberlanjutan kebijakan strategis seperti hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk manufaktur yang berorientasi ekspor, serta melakukan diversifikasi negara mitra dagang utama atau membidik negara nontradisional sebagai tujuan pasar ekspor,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Dilansir, Kemenperin.go.id.
Indonesia juga meraih prestasi dengan masuk dalam jajaran sepuluh besar penyumbang produk manufaktur dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pemain regional tetapi juga memiliki dampak global yang signifikan dalam dunia manufaktur.
Hingga saat ini China tetap menjadi pasar utama bagi ekspor manufaktur Indonesia. Pemerintah akan fokus pada strategi sinergis untuk menghadapi risiko ekonomi global yang mungkin muncul pada tahun 2024.
Upaya ini mencakup perluasan pangsa pasar ekspor, peningkatan kualitas produk, serta penguatan kerjasama bilateral dan multilateral untuk menciptakan keberlanjutan dalam pertumbuhan ekspor.
Dengan adanya langkah-langkah strategis ini, pemerintah Indonesia berharap dapat mengoptimalkan potensi sektor manufaktur, memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam kancah global industri pengolahan nonmigas.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 18 Jan 2024
5 bulan yang lalu