Garuda Indonesia
Rabu, 17 Januari 2024 08:25 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Hingga Desember 2023, Emiten penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melaporkan realisasi penggunaan dana dari penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue Rp 7,3 triliun.
Disampaikan GIAA berhasil menghimpun dana hasil rights issue lewat Penawaran Umum Terbatas (PUT) II sebesar Rp 7,79 triliun pada 2 Desember 2022. Jika dikurangi biaya penawaran umum, maka hasil bersihnya sebesar Rp 7,77 triliun.
Plh. Direktur Utama GIAA Ade R. Susardi mengungkapkan realisasi penggunaan dana rights issue per 31 Desember 2023 sudah mencapai Rp 7,3 triliun.
Rincian penggunaan dana tersebut yakni untuk pemeliharaan dan restorasi Rp3,13 triliun, pemenuhan cadangan pemeliharaan Rp 900 miliar, dan bahan bakar Rp1,73 triliun. Selanjutnya terdapat biaya sewa pesawat senilai Rp900 miliar, biaya restrukturisasi GIAA yakni Rp370 miliar, dan modal kerja Rp275,88 miliar.
Baca Juga:
Dengan penggunaan dana rights issue Rp7,30 triliun, maka realisasinya telah mencapai 93,97% dari total hasil bersih rights issue GIAA sebesar Rp7,77 triliun.
"Sisa dana hasil penawaran umum yakni Rp 468,87 miliar," ujar Ade, dalam keterbukaan informasi, Selasa, 16 Januari 2024.
Sebelumnya, pada akhir 2022 maskapai pelat merah itu secara resmi menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun sebagai dukungan terhadap langkah penyehatan kinerja Garuda sebagai national flag carrier.
Baca Juga:
PMN tersebut berkaitan dengan langkah right issue dengan memberikan HMETD sebanyak 39.788.136.675 lembar saham atau senilai Rp7,79 triliun. Dana tersebut meliputi realisasi PMN serta partisipasi pemegang saham lainnya.
GIAA ini mencatatkan kerugian yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$75,85 juta, setara Rp 1,15 triliun hingga September 2023 dengan asumsi kurs Rp 15.951 per dolar AS. Kerugian ini terpangkas dibanding periode September 2022 lalu Rp 3,7 triliun.
Garuda Indonesia mencatatkan beberapa beban yang mempengaruhi kinerjanya per kuartal tiga 2023. GIAA membukukan tumbuhnya beban operasional penerbangan hingga 4,62% menjadi US$ 1,13 miliar atau Rp 18,1 triliun per September 2023. Sebelumnya beban operasional penerbangan US$ 1,08 miliar.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Laila Ramdhini pada 16 Jan 2024