Intip Yuk Perkembangan QRIS, Pelopor Sistem Pembayaran Regional yang Disorot Dunia

Jumat, 19 September 2025 18:29 WIB

Penulis:Susilawati

Ilustrasi scan qr code, qris, bank digital.
Ilustrasi scan qr code, qris, bank digital. (freepik)

JAKARTA - Di tengah dominasi panjang produk keuangan Barat seperti Visa dan Mastercard dalam sistem keuangan internasional, Indonesia menghadirkan inovasi yang mulai menggoyang status quo, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). 

Diluncurkan secara nasional pada 2020 oleh Bank Indonesia, QRIS dirancang untuk menyatukan berbagai metode pembayaran non-tunai ke dalam satu standar yang sederhana, cepat, dan efisien.

Hanya dengan memindai kode QR lewat aplikasi mobile banking atau e-wallet, konsumen dapat langsung mentransfer dana ke rekening pedagang. Fitur ini membuat QRIS merakyat, dari warung kaki lima hingga pusat perbelanjaan besar kini mengandalkannya sebagai alternatif pembayaran. Keunggulannya jelas, tanpa uang tunai, tanpa minimum transaksi, aman, serta instan.

Perkembangan QRIS juga terbilang pesat. Tahun lalu, tercatat 57 juta pengguna aktif dengan lebih dari 6 miliar transaksi, menjadikannya salah satu sistem pembayaran dengan pertumbuhan tercepat. Meski transaksi kartu kredit tumbuh 21%, QRIS tumbuh jauh lebih agresif, memperlihatkan arah baru dalam perilaku keuangan masyarakat Indonesia. Berkat pertumbuhan agresif tersebut Qris banyak disorot media global.

"Dalam lingkungan ekonomi global di mana sistem pembayaran telah muncul sebagai medan pertempuran penting bagi pengaruh keuangan dan geopolitik, QRIS Indonesia menawarkan narasi tandingan yang terlokalisasi yang menantang dominasi platform Barat," tulis laman Channel News Asia dalam laporannya, dikutip Jumat, 19 September 2025.

Baca juga : 

Perluasan Ekspansi

Namun, dampak QRIS tidak hanya terbatas pada sektor domestik. Ekspansi ke Malaysia, Thailand, dan Singapura, disertai rencana perluasan ke China, India, Jepang, Arab Saudi, hingga Korea Selatan, membuka jalan bagi terbentuknya jaringan pembayaran lintas negara berbasis Asia. 

Kehadiran QRIS di pasar internasional tidak hanya memudahkan wisatawan atau pebisnis Indonesia dalam bertransaksi di luar negeri, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pelopor digitalisasi pembayaran di kawasan. 

Dengan mengurangi ketergantungan pada jaringan Barat seperti Visa dan Mastercard, QRIS menghadirkan alternatif regional yang lebih inklusif, efisien, serta sesuai kebutuhan pasar lokal.

“Mengurangi ketergantungan pada jaringan Barat dan membangun ekosistem keuangan yang lebih independen di Asia Tenggara dapat membuka peluang baru bagi perdagangan regional dan global,” tambah laman tersebut melaporkan.

Tak heran, Amerika Serikat memasukkan QRIS dalam laporan hambatan perdagangan, menilai sistem ini kurang adil bagi penyedia asing. Kritik tersebut justru memperlihatkan bahwa inisiatif lokal Indonesia kini diperhitungkan dalam percaturan global.

Bagi Bank Indonesia, QRIS bukan sekadar alat transaksi, melainkan instrumen strategis. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, QRIS berbasis kerangka internasional namun disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Dengan digitalisasi pembayaran, QRIS diharapkan mendorong inklusi keuangan, efisiensi, dan kesejahteraan masyarakat.

“Itu dikembangkan bersama industri. Hal itu juga terintegrasi dan telah terintegrasi secara global.” jelas Perry dalam keterangan resminya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 19 Sep 2025