Minggu, 29 Januari 2023 17:40 WIB
Penulis:admin
Editor:Redaksi Wongkito
OKI, WongKito.co - Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2022, diketahui prevalensi stunting di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) turun dari 32,2% di tahun 2021 menjadi 15,2% atau sebanyak 17,1 % di tahun 2022. Angka ini tidak lagi menempatkan Kabupaten OKI sebagai daerah dengan kasus stunting terbanyak di Sumsel.
“Penurunan signifikan stunting di OKI berkat upaya kolabaratif berbagai sektor. Penanganan stunting dari hulu ke hilir, secara konvergensi atau lintas sektoral,” jelas Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) OKI, HM. Lubis dalam keterangannya yang diterima WongKito.co, Sabtu, (28/1).
Lubis menerangkan, keseriusan Pemkab OKI dalam menyelesaikan persoalan stunting dimulai dengan dibentuknya Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tingkat Kabupaten dan Kecamatan serta Desa/Kelurahan oleh Bupati OKI.
Infrastruktur dan lembaga yang ada, lanjutnya, digerakkan untuk memudahkan menyelesaikan persoalan stunting. Dari lingkungan mulai dari air bersih, jamban keluarga, sanitasi, rumah yang sehat, kecukupan gizi ibu hamil dan balita melalui kerja terintegrasi dan terkonsolidasi.
Pemkab OKI juga mengerahkan sebanyak 1.806 orang Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang bertugas mendampingi 4.200 Rukun Tetangga (RT) tersebar di 327 desa di wilayah OKI.
“Mereka mendampingi keluarga yang dikategorikan mengalami stunting hingga rentan stunting, agar ada perubahan perilaku, hidup lebih sehat, dan memperhatikan tumbuh kembang anak di 1.000 hari pertamanya,” jelas Lubis.
Kiat sukses lainnya penurunan stunting di OKI berkat pendampingan mulai dari hulu. Berkolaborasi dengan Kementrian Agama, Pemkab OKI menggagas program program Cegah Stunting dan Tingkatan Kualitas Keluarga dengan Terencana atau (Canting Kencana).
Program Canting Kencana merupakan pendampingan para calon pengantin. Tiga bulan sebelum menikah, calon pengantin harus diperiksa kesehatannya dengan petugas kesehatan kalau anemia/kurang darah dan KEK (kurang gizi Kronis) diimbau untuk menunda kehamilan dulu demi kesehatan ibu dan bayi sampai gizi tercukupi.
Tim pendamping keluarga ini terdiri dari kader KB, bidan, TP PKK desa, Kantor Urusan Agama (KUA) yang bertugas memberikan edukasi dan konsultasi hingga pengecekan kesehatan calon pengantin. Selanjutnya Kabupaten OKI, menurut Lubis, optimis target nasional penurunan stunting 14% pada tahun 2024 dapat dicapai. (ril)