Jumat, 26 Agustus 2022 21:22 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA -Bank Indonesia bersiap menjadi bank sentral digital lewat tiga aspek utama dalam beberapa tahun ke depan. Hal tersebut disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo di sela Konferensi Internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) ke-16 belum lama ini.
Menurut Perry, di masa depan bank sentral akan melakukan digitalisasi dalam 3 aspek: proses penciptaan uang secara digital, proses perumusan kebijakan serta bisnis proses berbasis digital.
Dengan tiga aspek kunci tersebut, bank sentral harus mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi era baru ekonomi keuangan digital dan hijau. Bank sentral harus mengambil peran utama dalam menavigasi ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.
Baca Juga :
“Salah satu perwujudan transformasi dalam membangun bank sentral digital masa depan adalah dengan penerbitan Central Bank Digital Currency (CBDC),” kata Perry dalam website resmi, dikutip Jumat, 26 Agustus 2022.
Untuk penerbitan CBDC, BI menekankan tiga hal. Pertama, CBDC akan menjadi uang digital satu-satunya yang menjadi alat pembayaran yang sah. Kedua, distribusi CBDC dapat dilakukan melalui sistem wholesale dan/atau ritel dengan mengadopsi Distributed Ledger Technology (DLT). Ketiga, terdapat tiga prasyarat penerbitan CBDC.
Prasyarat ini terdiri dari pengembangan conceptual design, membangun infrastruktur yang mengintegrasikan sistem pembayaran dengan pasar uang secara Integrated, Interconnected, Interoperability (3I), serta bersinergi bersama bank sentral lainnya mengembangkan platform digital CBDC terbaik yang mendukung ekspansi transaksi antar negara.
Menilik data CBDC Tracker, setidaknya saat ini sudah ada sembilan bank sentral di dunia yang memiliki CBDC dalam bentuk pilot, yakni Kanada (Jasper), Uruguay (e-Peso), Perancis (France CBDC), Ghana (E-cedi), Nigeria (e-Neira), Afrika Selatan (Khokha), Arab Saudi (Aber), UEA (Aber), Cina (e-CNY).
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Yosi Winosa pada 26 Aug 2022