Minyak Kelapa Lebih Sehat dari Minyak Nabati Lainnya ?

Senin, 25 September 2023 10:22 WIB

Penulis:admin

Editor:admin

Minyak Kelapa Lebih Sehat dari Minyak Nabati
Minyak Kelapa Lebih Sehat dari Minyak Nabati (Ist)

Jakarta, Wongkito.co - Minyak kelapa sering digadang-gadang baik untuk tubuh, bahkan lebih bagus dari minyak nabati lainnya, seperti minyak sawit.

Tapi, sebuah penelitian  yang dipublikasikan dalam the Journal of Functional Foods yang menunjukan hal yang berbeda. Senin, 25 september 2023.

Penelitian dengan menggunakan tikus sebagai percobaan menunjukkan bahwa minyak kelapa dapat mengganggu kemampuan tikus untuk menggunakan hormon leptin dan insulin. 

Untuk diketahui hormon leptin dan insulin penting untuk mengatur pengeluaran energi, rasa lapar, dan cara tubuh menangani lemak dan gula.

Minyak kelapa dosis rendah yang ditambahkan ke dalam makanan tikus selama delapan minggu menyebabkan perubahan metabolisme yang berkontribusi pada perkembangan obesitas dan penyakit penyerta terkait.

Baca juga

Dikutip dari Medical Todays temuan ini mendukung hipotesis bahwa pola makan tinggi asam lemak jenuh dapat menyebabkan resistensi leptin. Pada saat resistensi leptin berkembang, jaringan penyimpanan lemak tubuh, yang dikenal sebagai jaringan adiposa putih, juga menjadi kurang responsif terhadap leptin.

Ilmuwan nutrisi Dr. Taylor Wallace memaparkan bahwa menurut pengujian, minyak kelapa dapat mempersulit tubuh untuk merespons hormon penting yang mengatur rasa lapar dan penggunaan energi, setidaknya pada tikus.

“Hal ini berpotensi berkontribusi pada masalah seperti obesitas dan resistensi terhadap insulin, yang merupakan masalah utama diabetes.” lanjutnya. 

Meski begitu, relevansi temuan penelitian ini dengan manusia masih belum jelas. 

Dr. Wallace menyebutkan ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan perbedaan hasil penelitian pada tikus dan manusia. Diantaranya adalah perbedaan biologis, perbedaan dosis, lingkungan percobaan tikus yang dikontrol ketat dimana tidak memiliki variabel yang ditemukan dalam penelitian pada manusia, keseragaman genetik, sistem hewan pengerat yang lebih sederhana, perbedaan antar spesies hewan pengerat, dan masalah etika.

“Karena faktor-faktor ini,” kata Dr. Wallace. Iya menambahkan, meskipun penelitian terhadap hewan pengerat dapat memberikan wawasan yang sangat berharga dan memandu penelitian lebih lanjut, hal ini biasanya masih dianggap sebagai tahap awal. Mereka dapat menyoroti bidang-bidang potensial yang menjadi perhatian atau manfaat yang perlu dipelajari lebih lanjut pada manusia.”

Dalam tinjauan sistematis yang dikutip oleh Dr. Wallace, hanya 37% penelitian pada hewan yang direplikasi pada manusia, dan 20% diantaranya menunjukkan hasil yang bertentangan.

Dia menambahkan bahwa “setiap temuan biasanya perlu divalidasi melalui uji coba yang ketat dan terkontrol pada manusia sebelum kesimpulan pasti dapat dibuat.”

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 25 Sep 2023