AMSI Jatim
Kamis, 18 November 2021 17:34 WIB
Penulis:Nila Ertina
PALEMBANG, WongKito.co - Rangkaian road to Indonesia Digital Conference (IDC) Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) tahun 2021, berlangsung secara maraton dari Sumatera sampai Sulewesi, Rabu (17/11/2021) Jawa Timur dan Bali menyelenggarakan diskusi virtual.
Di Jawa Timur rangkaian IDC AMSI 2021 membahas tema “Digitalisasi, Kunci Akselerasi Jawa Timur Bangkit”, sedangkan di Bali "Akselerasi UMKM Bali".
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak mengungkapkan kekinian implementasi digitalisasi tanpa melakukan perubahan proses bisnis.
"Sekarang orang bisa mengakses aplikasi online, masuk meja depan. Karena proses tidak dibuat lebih sederhana, akhirnya numpuk di meja depan,” ujarnya, dalam siaran pers yang diterima WongKito.co, Rabu (17/1½021).
Ia ini terjadi karena aplikasi membuat banyak orang lebih mudah mengakses, tapi layanan yang dirasakan tetap lambat. Karena informasi layanan lanjutan tidak disampaikan dengan jelas. “Ini yang menyebabkan masyarakat tak antusias terhadap opsi digital. Mereka tidak yakin apakah akan dilayani," katanya.
Emil menyebut, pekerjaan rumah pemerintah adalah menjadikan digitalisasi bukan sebagai kosmetik belaka.
"Proses bisnis kita masih paper-based, bukan paperless. Sering proses digital mempersulit, bukan mempermudah. Aspek kemudahan dan kesederhanaan harus dipikirkan saat kita mendigitalisasi proses," jelasnya.
Emil mencontohkan, masih diperlukannya fotokopi kartu keluarga dan kartu tanda penduduk saat mengurus sesuatu.
"Seharusnya itu sudah ada di data base pemerintah. Buat apa diulang-ulang? Saya bilang begini karena kita masih berproses. Tapi di sisi lain kita harus hargai proses ke sana," katanya.
Sebelumnya di forum webinar yang sama Rudi Ariffianto menjelaskan PT Pertamina (Persero) telah menggunakan teknologi digital secara komprehensif untuk mendongkrak usaha mikro kecil menengah (UMKM) binaan.
"Dalam 1,5 tahun ini, kami sudah melakukan 414 pelatihan yang diikuti 11.955 UMKM. Teknologi digital memudahkan semua. Kami melakukan 33 pameran online dan offline dengan diikuti 292 mitra binaan," kata Rudi.
Hasilnya, 656 mitra binaan Pertamina memiliki izin dan sertifikasi usaha. Sementara itu 1,935 mitra binaan UMKM dan 4.845 mitra binaan RB naik kelas pada 2019-2021.
"Ada 291 mitra binaan yang omzetnya bertambah dan 61 UMKM yang mengglobal menjadi eksporter baru," kata Rudi.
Semua ini tak lepas dari sembilan program unggulan Pertamina. Pertama, UMK Academy, di mana UMKM mitra binaan mendapat pembelajaran dan akselerasi agar bisa berprestasi dan naik kelas. Kedua, hibah teknologi tepat guna bagi UMKM yang berkeinginan kuat untuk berkembang. Ketiga, sertifikasi dan perizinan. Keempat, display product SME. Kelima, e-learning. "Kami siapkan agar UMKM berlatih mandiri," kata Rudi.
Keenam, publikasi UMKM. "Kami mencatat ada lima ribu pemberitaan pada 2020 tentang UMKM binaan Pertamina. Kami harapkan pemberitaan bisa efektif mendorong pemasaran produk UMKM kita. Kami cantumkan link pemasaran dalam pemberitaan, sehingga masyarakat bisa bertransaksi langsung. Kami juga sediakan alat pajang digital di sosial media," kata Rudi.
Ketujuh, penjualan produk UMKM melalui e-commerce. "Kami bekerjasama dengan Idea dan beberapa pengelola e-commerce agar bisa menjadikan UMKM mitra binaan Pertamina lebih ramah digital, bisa mengelola marketplace sebaik mungkin. UMKM kami banyak yang sudah punya akun. Tapi bagaimana mengonversi akun agar bisa menghasilkan transaksi penjualan, perlu pelatihan lebih banyak lagi," kata Rudi Ariffianto.
Kedelapan, katalog SME 100. Katalog ini diharapkan juga bisa menjadi sarana publikasi. Terakhir, program eksibisi atau eksibisi virtual. "Pandemi membuat kami adaptif dan membuat eksibisi pertama di Indonesia yang sophisticated (kompleks) persiapannya,” ujarnya.
Rudi menambahkan, tahun 2021 ini bekerjasama dengan Kementerian Desa, Bank Indonesia, dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Kaltim mengadakan eksibisi yang melibatkan 200 lebih UMKM binaan. Dalam acara SMEXPO itu, lebih dua ribu binaan yang mendaftar. “Kami berharap bisa meningkatkan kapabilitas UMKM agar lebih resilience dalam menghadapi distraksi baru dan memperluas pasar," kata Rudi.
Kembangkan Teknologi Digital Layanan Publik
Sementara itu di bidang pemerintahan, Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sama-sama terus mengembangkan teknologi digital untuk pelayanan publik. "Sekitar 40,15 persen Bojonegoro adalah kawasan hutan. Tapi kami tak putus asa. Kami siapkan Bojonegoro Smart City dan Bojonegoro sudah satu data," kata Bupati Bojengoro Anna Mu'awanah.
Pemkab Bojonegoro menciptakan 100 ribu lapangan kerja dan melakukan pelatihan teknologi informasi. Anna menambahkan telah memberikan pelatihan operator sistem informasi desa.
“Kami juga baru saja mengubah regulasi, membuat muatan lokal digitalisasi di masing-masing sekolah yang kami tuangkan dalam kurikulum sejak SD. Selain kami menggunakan tenaga pengajar, kami juga merekrut P3K untuk sektor-sektor teknologi informasi. Saat ini terdapat tenaga teknologi informasi sebanyak 26 orang yang bekerja di Dinas Kominfo," kata Bupati Bojonegoro, Anna Mu'awannah.
Sedangkan Muhammad Fikser menjelaskan Pemerintah Kota Surabaya berupaya membudayakan masyarakat agar mencintai produk lokal melalui digitalisasi melalui aplikasi E-Peken. "Semua aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan pemkot wajib membeli kebutuhan bahan pokok lewat aplikasi E-Peken," kata Fikser.
Saat ini ada 253 toko kelontong yang tergabung dengan E-Pekan binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surabaya. Selain itu ada UMKM yang menjual kerajinan, pakaian, dan kuliner. "ASN dipaksa membeli. Bagaimana cara kontrolnya? Semua ASN sudah punya akun, dari monitoring bisa dilihat tanggal transaksinya," kata Fikser.
Namun, Arumi Bachsin mengingatkan kecintaan terhadap produk lokal bukan hanya harus ditumbuhkan oleh konsumen.
"Penyedia barang UMKM harus mulai punya pride (kebanggaan)," katanya. Artinya UMKM juga harus menjaga mutu agar tak mengecewakan.
Lalu, Ketua AMSI Jatim Arief Rahman mengungkapkan Jatim memiliki kekuatan ekonomi untuk bisa berkembang di masa pandemi dengan digitalisasi.
"Kita tahu pemerintah daerah dalam beradaptasi dengan kondisi ini lebih mengedepankan digitalisasi dan penggunaan teknologi secara lebih masif lagi. Penetrasi internet yang mencapai 73,7 persen, harus dioptimalisasi," katanya.
Hadir sebagai narasumber lainnya Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Timur Arumi Bachsin.
Sesi webinar AMSI Jatim ini didukung oleh kampus-kampus di antaranya Universitas Maarif Hasyim Latif, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, STIKES ICsada Bojonegoro, STAI Attanwir (Bojonegoro), Universitas Yos Soedarso, Stikosa AWS, dan Universitas Dr. Soetomo, Surabaya.
UMKM Bali Bagai Cahaya Lilin
Dihari yang sama, AMSI Bali menggelar diskusi virtual dengan Akselerasi UMKM Bali. Ketua AMSI Bali, I Nengah Muliarta menjelaskan pihaknya menggelar kegiatan tersebut untuk menyumbang pemikiran untuk IKM dan UMKM di Bali.
"AMSI Bali ingin terlibat dalam IKM dan UMKM di tengah pandemi. Sisi lain kami berupaya dapat terlibat dalam literasi media, sebab IKM dan UMKM harus didorong bersama dari hulu ke hilir dalam digitalisasi,” jelasnya.
Dalam diskusi virtual tersebut terdapat empat pembicara yang hadir. Yaitu Ketua Dekranasda Bali, Putri Suastini Koster. Direktur Utama Bank BPD Bali, I Nyoman Sudharma. Pengusaha Oleh-Oleh Krisna, Ajik Krisna, dan CEO Bali Mall, Ni Wayan Sri Ariyani.
Ketua Dekranasda Bali, Putri Suastini Koster menjelaskan IKM dan UMKM di Bali saat ini seperti cahaya lilin. Pasalnya cahaya yang kecil akan dapat bertahan hingga bersinar terang di tengah pandemi untuk bangkit kembali.
“Digitaliasi ini menandakan bahwa usaha tidak harus ada kantor di kota besar, tetapi dari desa dapat membantu dan mengawal dan evaluasi sebagai bentuk kontrol sosial. Semoga ini dapat memberikan kontribusi bagi IKM dan UMKM di Bali,” paparnya.
Meski di tengah pandemi, sudah seharusnya para IKM dan UMKM harus bangkit untuk memulai menata bangkit kembali. “IKM dan UMKM ternyata merupakan lilin kecil, di tengah kita masih memberikan cahaya terang untuk bangkit,” ujar Suastini Koster.
Salah satu kegiatan yang dilakukannya selaku Ketua Dekranasda dengan mengajak pelaku usaha membawa kerajinannya di pameran untuk ditawarkan ke konsumen langsung. Keuntungannya pun langsung ke konsumen, dibantu dengan beberapa kebijakan Gubernur Wayan Koster untuk penggunaan tenun tradisional dan memanfaatkan produk lokal Bali.
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Bali, Gede Pramana mengapresiasi kegiatan digitaliasi tersebut. Merupakan sebuah momentum untuk pelaku usaha di Bali dalam mendorong mempromosikan produknya.
"Kami mengapresiasi kegiatan ini di masa pandemi, merupakan momentun digitalisasi agar cepat bekerja mendorong penyebaran produk dan beberapa hal," ujarnya.
Dunia digitalisasi disebutkan sebagai perubahan irama dalam dunia usaha, salah satunya yang dapat dimanfaatkan oleh IKM dan UMKM di Bali. Digitalisasi memberi peluang seperti pengiriman barang dan pembayaran non tunai.
"Memberi daya tambah ekonomi secara signifikan, dan bergerak seirama sebagai upaya pelaku UMKM agar go internasional. Sebab pandemi banyak pelaku pariwisata ke UMKM yang awalnya di sektor pariwisata," katanya.
Sementara Ajik Krisna menceritakan dirinya selaku pengusaha yang terdampak covid 19. Bahkan terpaksa merumahkan karyawannya sebanyak 2 ribu karyawan. Meski demikian, dia rela menjual mobil mewahnya untuk biaya memberikan sembako kepada karyawannya tersebut selama dirumahkan.
"Beralih bertani, mau tidak mau saya harus merumahkan 2 ribu karyawan. Tapi tetap dengan membagikan sembako setiap bulan, dengan menjual mobil mewah untuk membantu makan mereka," jelas dia.
Ajik Krisna juga mengunjungi karyawannya tanpa sepengetahuan mereka. Supaya dia dapat melihat aktivitas karyawannya di masa pandemi.
"Bulan kelima baru kami berkebun ada lahan 23 hektare di Bali utara, dan lahannya cocok ditanam kacang. Tujuannya untuk mengilangkan stres saja awalnya," papar dia.
Proses panen kacang tanah, baru bisa dipanen setelah tiga bulan. Bahkan Putri Suastini Koster disebutkan ikut panen kacang tanah.
"Kami juga banyak belajar dari Ibu Putri Suastini karena mensuport, dan banyak belajar dari beliau. Sering diajak ngobrol kita harus bangkitkan UMKM di masa pandemi, jangan menyerah, harus bangkit tidak boleh menyerah," ucapnya.
CEO Bali Mall, Ni Wayan Sri Ariyani menjelaskan secara teknis terlahir aplikasi di masa pandemi. "Secara teknis inovasi terlahir di masa pandemi. Inovasi produk, menghasilkan inovasi pemasaran dengan membuat e -marketplace yang tidak pernah terpikirkan," katanya.
Ia menyampaikan memang marketplace di Indonesia jarang dan berbeda jauh dengan luar negeri yang besar. "Pandemi ini ada hikmahnya dalam aplikasi untuk berkembang yang terjadi sekarang untuk penyebarluasan produk," tutupnya.
Sedangkan Direktur Utama Bank BPD Bali, I Nyoman Sudharma saat ini dalam pemberdayaan IKM dan UMKM pihaknya telah melakukan kebijakan.
"Terutama untuk pemerintah melakukan pembelanjaan pada UMKM, dan kebijakan lainnya. Tentu ini memberikan kemudahan khususnya dalam menopang pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
Sesi webinar AMSI Bali ini didukung oleh kampus-kampus di antaranya Universitas Warmadewa, Universitas Ngurah Rai, Fisip Universitas udayana, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan, Singaraja, Lembaga Insan Bina Usaha UMKM Bali, HMI Cabang Denpasar, GMNI Denpasar, PD KMHDI Bali, Universitas Dwijendra.
IDC AMSI 2021 ini juga mendapat dukungan dari Google, BNI, Astra, Bank Raya, PT. PLN Persero, Pertamina, bank BJB, PT. Bank Central Asia. Tbk, PT. Bank Pembangunan Daerah Bali, Bank Jatim, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Bali Mall, Kedai Tiga Nyonya, MS Glow, dan Bank Kaltimtara. (*)