Selasa, 07 Desember 2021 12:12 WIB
Penulis:Nila Ertina
BALIKPAPAN - Kehilangan pembelajaran atau learning loss menjadi kondisi ril yang dialami anak usia sekolah. Karena itu, Pemerintah global harus mulai meningkatkan porsi pendidikan dalam alokasi anggaran paket stimulus pandemi COVID-19 nasional demi menekan dampak negatifnya.
Dalam laporan The State of the Global Education Crisis: A Path to Recovery yang diterbitkan pada Senin (06/12/2021), tercatat hingga saat ini, secara global, alokasi anggaran untuk pendidikan dalam program stimulus masih kurang dari 3 persen.
Padahal, pandemi COVID-19 membuat sistem pendidikan di seluruh dunia seakan terhenti dan menimbulkan kehilangan pembelajaran bagi jutaan siswa selama hampir dua tahun terakhir. Dengan demikian, lebih banyak dana akan dibutuhkan untuk pemulihan pembelajaran sesegera mungkin.
Laporan hasil kerja sama Bank Dunia, UNESCO dan UNICEF tersebut juga mencatat bahwa meskipun hampir setiap negara di dunia menawarkan kesempatan belajar jarak jauh bagi siswanya, kualitas dan jangkauan inisiatif tersebut berbeda – dalam banyak kasus, paling banter yang ditawarkan adalah pengganti sebagian pembelajaran tatap muka.
Sayangnya, lebih dari 200 juta pelajar tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah yang tidak siap menerapkan pembelajaran jarak jauh selama penutupan sekolah darurat. Maka dari itu, pembukaan kembali sekolah harus tetap menjadi prioritas utama dan mendesak secara global demi membendung dan membalikkan kerugian pembelajaran.
Negara-negara harus menerapkan Program Pemulihan Pembelajaran dengan tujuan memastikan bahwa siswa dari generasi ini mencapai setidaknya kompetensi yang sama dengan generasi sebelumnya. Program itu harus mencakup tiga tindakan utama untuk memulihkan pembelajaran yakni mengkonsolidasikan kurikulum, memperpanjang waktu pembelajaran, dan meningkatkan efisiensi pembelajaran.
Dalam hal meningkatkan efisiensi pembelajaran, guru perlu menyelaraskan instruksi dengan tingkat pembelajaran siswa, bukan titik awal yang diasumsikan atau harapan kurikulum. Hal ini juga memerlukan dukungan tambahan kepada guru supaya mereka diperlengkapi dengan baik untuk mengajar ke tingkat di mana anak-anak berada, yang sangat penting untuk mencegah ketertinggalan yang menumpuk setelah anak-anak kembali ke sekolah.
Baca Juga: Cek 8 Saham Pilihan Indosurya Berikut, IHSG Bergerak Terbatas
Asisten Direktur Jenderal Pendidikan UNESCO Stefania Giannini mengatakan dengan kepemimpinan pemerintah dan dukungan dari komunitas internasional, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk membuat sistem pendidikan yang lebih adil, efisien, dan tangguh, serta memanfaatkan pelajaran yang didapat selama pandemi dan meningkatkan investasi.
“Tetapi untuk melakukan itu, kita harus menjadikan anak-anak dan remaja sebagai prioritas nyata di tengah semua tuntutan lain dari respons pandemi. Masa depan mereka – dan masa depan kita bersama – bergantung pada hal itu,” tegasnya.
Adapun, laporan itu dibuat sebagai bagian dari Mission: Recovering Education 2021 di mana Bank Dunia, UNESCO, dan UNICEF berfokus pada tiga prioritas yakni mengembalikan semua anak ke sekolah, memulihkan kehilangan pembelajaran, dan mempersiapkan serta mendukung guru.
Laporan itu menekankan bahwa untuk membangun sistem pendidikan yang lebih tangguh untuk jangka panjang, negara-negara harus mempertimbangkan empat hal yaitu: berinvestasi dalam lingkungan yang mendukung untuk membuka potensi peluang pembelajaran digital bagi semua siswa, lalu memperkuat peran orang tua, keluarga, dan masyarakat dalam pembelajaran anak. Kemudian, memastikan guru memiliki dukungan dan akses ke peluang pengembangan profesional berkualitas tinggi dan meningkatkan porsi pendidikan dalam alokasi anggaran nasional paket stimulus.
Tulisan ini telah tayang di eduwara.com oleh Bunga NurSY pada 07 Dec 2021