Tipes bisa Berujung Kematian, Cek 6 Gejalanya dan Cara Pencegahan

Senin, 12 Desember 2022 09:31 WIB

Penulis:Nila Ertina

Ilustrasi sakit tipes
Ilustrasi sakit tipes (pexel.com)

Oleh : Aulia Ghaniya P, Fahrianda Arzetti, Hanim Fadhilah, Salsabila Aprilia, Vatma Pratiwi (*)

KETIKA terinfeksi virus corona memiliki berbagai gejala yang mirip dengan penyakit lain. Sering kali seseorang yang terjangkit tipes terdiagnosa bahwa dirinya terkena COVID-19.

Salah satu contohnya, seorang selebritas, Kalina Octaranny. Pada awalnya, Kalina dinyatakan terinfeksi penyakit tipes, namun setelah melakukan beberapa rangkaian tes pemeriksaan, ternyata positif COVID-19.

Kasus Kalina Octaranny, tentu bukan satu-satunya terdapat beberapa kasus lainnya yang serupa. Lalu timbulah pertanyaan mengapa sering kali salah diagnosa terkait infeksi COVID-19 yang sering diartikan sebagai tipes?

Medical Editor SehatQ, dr. Anandika Pawitri, mengatakan hal tersebut sangat umum terjadi. Sebabnya, hingga pada saat ini gejala yang khas dari COVID-19 masih tidak dapat dipastikan. Pada umumnya, COVID-19 menyerang saluran pernapasan terlebih dahulu, hingga pada akhirnya penderita mengalami gejala, seperti batuk, sesak napas serta demam dan kelelahan.

Baca juga:

Namun, hingga saat ini terus bermunculan gejala baru pada pasien yang terinfeksi virus COVISD-19, seperti anosmia (kelainan penciuman di hidung) dan hilangnya rasa pengecapan.

Pengertian

Demam tifoid merupakan penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan manusia. Penyakit demam tifoid atau lebih dikenal dengan sebutan tipes ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri ba.

Bakteri tersebut dapat menyebar melalui makanan, minuman atau air yang telah terkontaminasi dan dapat menyerang siapapun, namun anak-anak lebih rentan dibandingkan dengan orang dewasa untuk terkena penyakit tipes.

Demam tifoid atau tipes sebagian besar berhubungan dengan tingkat higienis individu, sanitasi lingkungan dan penyebaran bakteri dari carier atau penderita tifoid. Pada daerah yang tergolong endemis yang sanitasi serta kesehatannya terpelihara dengan baik, demam tifoid atau tipes ini muncul sebagai kasus sporadic.

Rata-rata kasus yang menyebabkan kematian dan komplikasi demam tifoid selalu berubah antara wilayah endemis yang berbeda. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara dengan konsekuensi pertembuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat, menimbulkan dampak terjadinya urbanisasi dan migrasi pekerja antar negara yang berdekatan, seperti Malaysia, Thailand dan Filipina.

Mobilisasi antar pekerja ini memungkinkan terjadinya perpindahan atau penyebaran alur Salmonella typhi antar negara endemis.

Penyakit ini menjadi masalah kesehatan pada masyarakat yang cukup serius. Penyakit ini menular di seluruh dunia dan sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan terbesar di negara berkembang dan tropis, seperti Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Latin.

Insiden penyakit ini masih sangat tinggi dan diperkirakan sejumlah 21 juta kasus dengan rincian lebih dari 700 kasus berakhir dengan kematian. Di Indonesia, insiden demam tifoid tercatat sekitar 300 hingga 810 kasus per 100.000 penduduk per tahun, dimana bisa diartikan jumlah kasus berkisar diangka 600.000 hingga 1.500.000 per tahun.

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang terinfeksi oleh bakteri Salmonella typhi yaitu antara lain jenis kelamin, usia, kebiasaan jalan, kebiasaan mencuci tangan, pendidikan yang diberikan orang tua, tingkat penghasilan orang tua, pekerjaan orang tua, dan juga sumber air yang ada di daerah tersebut.

Usia yang rentan terkena penyakit tipes adalah usia 3 hingga 19 tahun, dimana pada usia tersebut orang - orang sedang berada di fase aktif. Maka dari itu, upaya yang dapat kita lakukan adalah memberikan edukasi kepada anak pada usia se-dini mungkin.

Penting sekali memberikan edukasi kepada anak-anak tentang apa itu penyakit tipes, faktor apa saja yang mempengaruhi, bagaimana cara menanggulanginya, dan lain sebagainya.

Edukasi tersebut bisa diiringi dengan bimbingan perilaku agar anak-anak tersebut semakin paham dengan bahaya penyakit tersebut.

Faktor yang mempengaruhi selanjutnya adalah pendidikan orang tua.

Pendidikan orang tua bisa menjadi faktor yang mempengaruhi maraknya penyakit ini karena kurangnya pengetahuan para orang tua tentang penyakit tersebut.

Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah melakukan penyuluhan kepada para orang tua yang memiliki pendidikan yang kurang.

Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan media–media yang dapat menyadarkan para orang tua akan bahayanya penyakit demam tifoid atau tipes ini.

Materi yang disampaikan dalam penyuluhan ini adalah pengertian Tipes, gejala-gejalanya, faktor yang mempengaruhinya, dan cara menanggulanginya. Dalam penyuluhan kepada orang tua baiknya disampaikan juga cara memberi edukasi kepada anak–anak, dan cara untuk para orang tua agar bisa membimbing anak–anaknya.

Faktor berikutnya yang mempengaruhi terjadinya demam tifoid atau tipes adalah status gizi pada anak. Status gizi adalah faktor yang paling penting, jika status gizi anak kurang maka anak tersebut akan sangat rentan terkena penyakit.

Status gizi juga menentukan imunitas pada anak, jika status gizi anak kurang maka imunitasnya pun akan menurun, maka anak tersebut mudah terserang berbagai penyakit, salah satunya salah demam tifoid ini. Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan para orang tua memberikan makanan yang seimbang dan bergizi.

Para orang tua juga bisa memberikan edukasi kepada anak–anaknya supaya anak tersebut tidak jajan sembarangan. Orang tua juga sebisa mungkin memantau aktivitas anak sehari – harinya. Saat ini terdapat banyak kasus anak – anak sekolah terkena keracunan makanan karena jajan sembarangan.

Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui berbagai cara yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari/kuku), Formitus (muntah), Fly (lalat) dan Faeces (tinja).

Fases dan muntah dari penderita demam tifoid dapat menularkan bakteri Salmonella typhi kepada orang lain. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat.

Apabila orang tersebut memperhatikan kebersihan dirinya, maka Salmonella typhi akan masuk ke tubuh orang yang sehat. Salmonella typhi dapat berkembang biak untuk mencapai kadar infektif dan bertahan lama dalam makanan. Makanan yang sudah dibiarkan ditempat yang terbuka merupakan media mikroorganisme yang lebih disukai.

Sanitasi makanan merupakan salah satu bentuk usaha untuk mengamankan serta menyelamatkan makanan agar tetap higienis, sehat dan aman. Terdapatnya kontaminan dalam makanan dapat berlangsung melalui dua cara, yaitu kontaminasi langsung dan kontaminasi silang.

Kontaminasi langsung terjadi pada bahan makanan mentah, baik tanaman maupun hewan. Kontaminasi silang dapat terjadi selama makanan ada dalam tahap persiapan, pengolahan, pemasakan, maupun penyajian.

Selain penderita yang terjangkit demam tifoid, sumber utama penularan berasal dari carier.

Baca Juga:

Faktor yang dapat mengakibatkan kasus demam tifoid terjadi di tempat tinggal penderita demam tifoid sebelumnya yaitu letak jamban dan sumber persediaan air.

Jamban merupakan suatu tempat yang memiliki kegunaan sebagai pembuangan kotoran manusia yang didalamnya terdapat tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan terdapat air  yang digunakan  untuk membersihkannya.

Jarak minimal yang di rekomendasikan untuk jarak septic tank dengan sumber air bersih adalah 10 m. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi bakteriologis dari septic tank ke sumber air besih. Air yang tidak bersih banyak mengandung bakteri yang menyebabkan penyakit.

Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kuman yang masih tertinggal ditangan kita.

Gejala

Seseorang yang telah terinfeksi oleh bakteri Salmonella typhi akan memunculkan beberapa gejala. Pada umumnya gejala tipes akan muncul setelah minggu pertama hingga minggu ketiga tubuh terinfeksi oleh bakteri tersebut.

1. Demam

Gejala yang sering dijumpai yaitu demam yang suhunya meningkat setiap harinya mencapai 39 derajat celcius atau bahkan mencapai 40 derajat celcius.

2. Sakit Kepala

Selain itu, orang yang menderita tipes juga akan merasakan sakit kepala, lemah dan mudah Lelah, nyeri pada otot, berkeringat, batuk kering.

3. Nafsu makan menurun

Penyakit ini, juga sangat berdampak pada menurunnya nafsu makan, akibatnya penderita kerap kali mengalami penurunan berat badan yang drastis.

4. Sakit perut

Umumnya, gejala tipes satunya terasa sakit diperut dirasakan semua penderita karena memang usus menjadi titik yang diserang bakteri.

5.Diare

Beberapa kasus tipes penderitanya mengalami diare, namun ada juga yang menderita akibat kesulitan buang air besar alias sembelit.

6.Ruam kulit

Ketika belum memeriksa darah ke laboratorium, biasanya penderita tipes didiagnosa terjangkit DBD, karena muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik berukuran kecil dan berwarna merah muda, serta perut yang membengkak. Kondisi tersebut dapat semakin memburuk dalam beberapa minggu kedepan.

Jika seseorang yang telah terinfeksi bakterinya tidak segera mendapatkan penanganan yang baik, maka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi, seperti pendarahan internal atau pecahnya sistem pencernaan, hal tersebut juga dapat berkembang menjadi sebuah hal yang berbahaya jika pasien tidak ditanganin dengan baik dan benar.

Jika gejalanya tidak parah orang yang sakit tipes biasanya tidak akan langsung diopname. Selama rawat jalan, kita juga bisa menerapkan berbagai cara alami ini untuk mengobati tipes di rumah agar cepat sembuh.

Cara-cara yang dapat dilakukan yakni, makan makanan yang tinggi kalori, tinggi protein, serta rendah serat.

Mengonsumsi cairan dengan jumlah yang cukup merupakan salah satu cara untuk mengobati dan mencegah komplikasi penyakit tipes di rumah. Mencukupi asupan cairan dengan cara minum air yang cukup dapat membantu mencegah dehidrasi akibat demam, diare, atau muntah saat tipes menyerang. Disarankan untuk minum cairan seperti air mineral dengan jumlah yang banyak atau 6 sampai 8 gelas per harinya.

Selain itu, istirahat total dan menjaga kebersihan diri juga sangat penting untuk dilakukan.

Pencegahan

Setelah kita mengetahui gejalanya, maka kita perlu mengetahui upaya untuk mencegah terjadinya atau menularnya penyakit tipes ini. Pencegahan peyakit tipes dapat diawali dengan menjaga kebersihan, karena awal mula terjangkitnya penyakit ini disebabkan oleh lingkungan yang tidak bersih serta tidak sehat.

Lalu yang kedua dengan mengedukasi kepada masyarakat tentang seberapa pentingnya menghindar dari penyakit ini agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Kemudian cara ketiga adalah dengan rutin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, bukan hanya itu tetapi kita juga harus rajin mencuci tangan sebelum melakukan aktifitas.

Selanjutnya adalah dengan mengindari kontak dengan dengan orang yang sedang terinfeksi dengan penyakit tipes, agar tidak menular kepada diri kita sendiri maupun tidak menularkan orang lain.

Cara selanjutnya dengan melakukan vaksin tifoid agar dapat terhidar serta melindungi diri agar tidak terkena infeksinya, tetapi vaksin tifoid masih belum termasuk vaksin yang wajib dilakukan, oleh karena itu vaksin tifoid ini merupakan kesadaran diri sendiri.

Terakhir dengan menghindari makanan atau minuman yang masih mentah atau masih setengah matang, karena makanan atau minuman mentah memiliki risiko tinggi terpapar oleh bakteri serta tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang dari luar karena tidak terjamin kebersihannya.

Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat dapat mengerahkan segala upaya guna membantu mencegah serta menanggulangi penyakit tipes di dunia khususnya di negara sendiri yaitu Indonesia.

Mahasiswa kesehatan masyarakat tentunya, harus berperan dalam upaya pencegahan penyakit tipes serta menekan tingginya angka penyakit tipes adalah dengan melakukan penyuluhan dan melakukan edukasi kepada masyarakat luas, terutama kepada masyarakat yang berada di daerah pelosok yang masih minim akan pengetahuan tentang penyaki tipes. Serta memberitahu kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan agar tidak terinfeksi penyakit tipes, karena penyakit tipes ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan.

Pengobatan

Pengobatan di rumah sakit sangat dianjurkan jika mengalami gejala tipes yang parah. Ketika ditemukan adanya bakteri Salmonella typhi pada darah, maka dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan keparahan gejala dan kondisi masing-masing pasien.

Ada 2 pilihan pengobatan tipes yang umumnya diberikan, yaitu terapi antibiotic dan operasi.

Salah satu cara mengobati tipes yang paling efektif adalah dengan pemberian antibiotik. Pasalnya, penyebab  penyakit tipes adalah terinfeksinya seseorang oleh bakteri sehingga penggunaan antibiotik dapat membantu dalam membunuh bakteri penyebab tipes.

Beberapa jenis antibiotik yang dapat diberikan oleh dokter, yakni Levofloxacin atau Ciprofoxacin (Cipro) tetapi antibiotik ini tidak disarankan untuk ibu hamil. Ceftriaxone (Rocephin) diberikan guna untuk membantu mengatasi gejala tipes pada anak.

Walau kadang demam tifoid atau tipes dapat sembuh dengan sendirinya, namun penyakit ini juga dapat memicu komplikasi berupa perforasi usus. Perforasi usus merupakan kondisi ketika usus seseorang mengalami peradangan hebat hingga pada akhirnya pecah atau berlubang.

Jika hal ini terjadi, maka isi dalam usus akan keluar dan akan memenuhi rongga perut. Kondisi tersebut dapat menimbulkan beberapa gejala seperti sakit perut yang parah, mual, muntah, hingga dapat menyebabkan infeksi sepsis.

Penderita tipes yang hingga mengalami perforasi usus membutuhkan Tindakan operasi sesegera mungkin, jika tidak ditangani dengan cepat maka komplikasi atau bahaya tipes ini dapat mengancam nyawa penderita tipes.

* Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya