Jumat, 16 Juli 2021 09:52 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA, WongKito.co – Wacana PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berancang-ancang untuk memensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara. Namun, Pernyataan tersebut justru bertolak belakang dengan fakta di Sumatera Selatan (Sumsel) pembangunan PLTU terus berlanjut.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan pihaknya telah menyusun peta jalan untuk memensiunkan PLTU batu bara melalui lima tahapan, lalu menggantikannya dengan energi baru terbarukan yang rendah emisi.
“Tahapan monetisasi PLTU batu bara sebesar 50,1 gigawatt hingga tahun 2056 akan dilaksanakan dan menggantinya dengan energi baru terbarukan secara bertahap,” kata Zulkifli Zaini, melansir TrenAsia.com, jejaring WongKito.co, Jumat (16/7/2021).
Pensiun seluruh PLTU batu bara itu dikatakan untuk mendukung pencapaian target net zero emission atau karbon netral pada 2060.
Zulkifli menjelaskan tahap pertama PLN akan mulai memensiunkan pembangkit-pembangkit PLTU batu bara subcritical sebesar satu gigawatt, yakni PLTU Muarakarang, Tambaklorok, dan Gresik.
Menurutnya, kebijakan memensiunkan pembangkit-pembangkit tua itu akan mulai dilaksanakan pada 2030 mendatang.
“Kami punya ruang untuk memetakan kembali bagaimana pembangkit akan mulai masuk dengan tetap menjaga pembangkit yang diperlukan sebagai sistem untuk penyeimbang dengan intermittent energi baru terbarukan,” kata Zulkifli.
Pada 2035, PLN akan menjalankan tahap kedua memensiunkan pembangkit fosil tua yang subcritical sebesar sembilan gigawatt.
Tahap ketiga pada 2040, PLN akan kembali memensiunkan pembangkit supercritikal sebesar 10 gigawatt. Lalu, lima tahun kemudian perseroan akan memensiunkan PLTU batu bara ultra supercritikal sebesar 24 gigawatt.
“Semuanya akan digantikan oleh pembangkit berbasis renewable energy secara bertahap. Tahun 2055, terakhir pembangkit PLTU ultra supercritikal sebesar lima gigawatt akan kami pensiunkan,” ujar Zulkifli.
Pengembangan energi baru terbarukan akan mengalami peningkatan secara masif mulai tahun 2028 karena kemajuan baterai yang semakin murah. Kemudian mengalami kenaikan secara eksponensial mulai tahun 2040.
Pembangkit nuklir akan masuk pada tahun 2040 untuk menjaga keandalan sistem seiring perkembangan teknologi nuklir yang semakin aman.
PLN menjamin seluruh pembangkit listrik di Indonesia yang dikelola perseroan akan menggunakan energi bersih mulai tahun 2060.
“Pada 2045, porsi energi baru terbarukan sudah mendominasi total pembangkit. Dekade berikutnya, seluruh pembangkit listrik di Indonesia berasal dari energi baru terbarukan,” ungkap dia.
Sementara di Provinsi Sumatera Selatan sampai kini telah beroperasi sejumlah PLTU dan ada yang masih dalam proses pembangunan.
PLTU Sumsel 8 yang berlokasi di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim saat ini masih dalam pembangunan.
Diinformasikan progres pembangunan PLTU yang merupakan bagian dari proyek Mulut Tambang telah mencapai 72 persen.
PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2x620 MW adalah proyek strategis PT Bukit Asam atau perusahaan milik negara sektor pertambangan batubara.
Proyek tersebut bagian dari proye 35.000 MW dan dibangun PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang berperan sebagai pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP).
HBAP diketahui merupakan perusahaan patungan antara PTBA dan China Huadian Hongkong Company Ltd.(SKO/ert)