Cerita Harbolnas Begadang sampai Borong Produk

Ilustrasi

PALEMBANG, WongKito.co - Belanja online kini menjadi passion masyarakat Indonesia, baik sebelum apalagi setelah pandemi COVID-19 yang melanda dunia makin ketagihan karena memang lebih aman dan disarankan belanja dengan menggunakan aplikasi online daripada harus ke toko atau pasar.

Sejak September, 9.9, Oktober 10.10 lalu November 11.11 hingga kini Desember 12.12 Hari Belanja Online (Harbolnas). Untuk mencari produk sale tersebut, ternyata sangat sulit bahkan tak ada yang dapat padahal sudah bersiap menunggu waktu tepat 00.00 WIB, kata Silvika warga Palembang, Sabtu (12/12).

Ia mengungkapkan bersama kakaknya sudah mengetahui cukup lama sejumlah aplikasi belanja online menyiapkan promo murah bahkan ada yang harga produknya hanya Rp12,-. Namun, tak satupun yang bisa mengakses dengan cepat dan mendapatkan produk yang diidamkan.

"Kawan saya malah berhasil memasukan dalam keranjang hitungan detik ketika akan dibayar malah tidak bisa sama sekali," kata dia.

Hal yang sama diungkapkan, Nur (30) mengaku berulang kali mendapatkan kesempatan memasukan barang ke keranjang tapi ketika eksekusi akan dibayar tidak bisa digerakkan. Karena itu, kini sudah tak tertarik lagi mengikuti program Harbolnas tersebut, kata dia.

Lain lagi cerita Fauzia (22) yang mengaku karena terlalu asik berbelanja online di salah satu aplikasi yang sedang berulang tahun baru sadar setelah proses membayar membeli bukan hanya satu produk tetapi sampai empat barang.

"Saya memborong produk dalam hitungan menit, makanya langsung mematikan aplikasi belanja online setelah selesai transaksi agar tidak tergoda belanja kembali," ujar dia.

Belanja online kini tidak hanya jadi tren masyarakat di perkotaan, seperti Palembang atau kota-kota besar lainnya di Indonesia. Belanja dengan menggunakan beragam aplikasi mulai dari JD.ID, Shopee, BliBli, Tokopedia dan sejumlahnya tersebut juga lazim dilakukan warga di pedesaan yang masih bisa diakses jasa pengiriman barang.

Tak heran kini, belanja online menjadi tren sampai ke pedesaan, dan produsen dari pedesaan juga bisa menjual produk mereka bekerja sama dengan aplikator belanja dengan jaringan internet tersebut. (ert)

Bagikan

Related Stories