"Diam-Diam Menghanyutkan, Berujung Kematian"

Ilustrasi (Sumber: https://www.steadyhealth.com/art 1)

Penulis: Tiur Enggelina S, Andini Sella P, Wulan Marinda H, Reva Pradita W, dan Afi Alfianti.                         
Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
FKM Universitas Sriwijaya
Editor: Andini Sella P

ASMA merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga kita. Nama penyakit asma berasal dari kata “Athma” yang diambil dari bahasa Yunani yang memiliki arti suka bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran pernapasan.

Asma juga dapat disebut sebagai penyakit paru-paru kronis yang menyebabkan penderita sulit untuk bernafas. Hal ini disebabkan karena pengencangan dari otot sekitar saluran pernafasan, peradangan rasa nyeri, pembengkakan, dan iritasi pada saluran pernafasan di paru-paru.

Pada saat seseorang terkena faktor pemicu asma, maka dinding saluran nafasnya akan menyempit dan membengkak sehingga menyebabkan sesak nafas kadang, dinding saluran pernafasan pun dilumuri  oleh lendir yang lengket yang dapat mengakibatkan sesak nafas semakin parah. Jika tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan kematian.

Sampai saat ini penyakit asma masih banyak yang belum dapat ditangani dengan baik. Belum lagi yang dapat mengganggu aktivitas keseharian, masalah biaya pengobatan, serta pengaruh sakitnya bagi orang-orang yang dekat terhadap penderita asma tersebut.

Penyebaran Asma

Asma menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan global baik di Negara maju maupun Negara berkembang. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) terbaru yang dirilis pada Desember 2016, terdapat 383.000 kematian akibat asma pada 2015 (The Global Asthma Report, 2018). Di Indonesia prevalensi asma mencapai 4.5% dengan estimasi jumlah pasien asma 11.2 jiwa.                                                                                                                                                      
 


Sumber: https://d3v.kemkes.go.id/ 1

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2018 terdapat sembilan belas provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit asma melebihi angka nasional yaitu DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Gorontalo, DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Sulawesi Selatan, Bengkulu, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Tenggara.

Terdapat lima belas provinsi yang memiliki prevalensi asma di bawah angka nasional yaitu Aceh, Papua Barat, Riau, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Maluku, Papua, Jawa Tengah, Maluku Utara, Jambi, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat , dan Sumatera Utara.

Penyebab Asma

Asma terjadi ketika otot-otot di saluran pernapasan menyempit dan mengencang. Kondisi tersebut membuat saluran pernapasan mengalami pembengkakan atau peradangan dan memroduksi lendir atau dahak yang kental secara berlebihan. Akibatnya, penderita asma akan sulit bernapas.

Sumber: https://chestmed.com.sg/wp-conte 1

Penyebab asma masih belum diketahui secara pasti. Namun, GINA (2012) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya asma adalah sebagai berikut:

1. Genetik

Studi keluarga dan analisis asosiasi kontrol kasus telah mengindentifikasi bahwa sejumlah kromosom yang berkaitan dengan kerentanan asma. Kecendrungan untuk menghasilkan kadar serum IgE total yang meningkat bersamaan dengan terjadinya hiperresponsif jalan nafas merupakan salah satu contoh penyebab terjadinya asma yang disebabkan oleh faktor genetik.

2. Obesitas

Asma cendrung ditemukan pada seseorang yang obesitas yang berat badannya diatas berat badan normal dan sulit untuk dikontrol. Dengan keadaan obesitas seperti ini sangat berpengaruh pada jalan nafas sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi paru, dalam hal ini anak yang obesitas memiliki pengurangan volume cadangan respirasi dan pola nafas yang berpengaruh terhadap elastisitas otot polos dan fungsi saluran pernafasan lainnya.

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah salah satu faktor penyebab penyakit asma. Pada saat seseorang berumur sebelum 14 tahun, laki-laki lebih berisiko terkena penyakit asma di bandingkan perempuan, ini dikarenakan pada saat lahir ukuran paru-paru laki-laki lebih kecil dibandingkan perempuan. Akan tetapi ketika sudah besar ukuran paru-paru laki-laki jauh lebih besar dibandingkan perempuan, sehingga beberapa penelitian mengatakan usia dewasa perempuan lebih cendrung terkena penyakit asma dibandingkan laki-laki.

Faktor Pemicu Asma

Selain faktor penyebab asma, sewaktu-waktu pun asma dapat kambuh lagi, berikut faktor pemicu kambuhnya asma:

1. Alergen

Alergen dapat menyebabkan penyakit asma kambuh kembali. Alergen ada dua jenis yaitu indoor dan outdoor. Indoor merupakan alergen yang bisa terjadi ketika kita di dalam ruangan, seperti debu di dalam rumah, bulu binatang, alergen pada kecoa dan jamur. Sedangkan outdoor dapat kita terjadi ketika kita diluar ruangan, seperti serbuk pada pohon, gulma, rumput, jamur dsb.

2. Infeksi

Infeksi juga dapat menjadi faktor pemicu kambuhnya asma, seperti flu.

3. Asap rokok

Asap rokok juga menjadi faktor penyebab asma pada seseorang, baik yang perokok aktif maupun perokok pasif yang dapat menyebabkan orang tersebut sesak nafas.

4. Makanan atau minuman

Makanan atau minuman yang mengandung zat adiktif, misalnya selai, udang, makanan olahan, makanan siap saji, minuman kemasan sari buah, bir dan wine dapat menyebabkan kambuhnya asma jika seseorang itu terlalu sering mengonsumsi makan tersebut.

5. Kondisi cuaca

Kondisi cuaca, seperti badai, udara dingin atau panas, cuaca lembab atau berangin, serta perubahan suhu yang drastis juga menyembabkan asma seseorang kambuh kembali.

6. Emosional

Seseorang yang pikirannya kacau akan menyebabkan emosional sehingga dapat menyebabkan asma sesorang kambuh.

7. Aktivitas fisik atau olahraga terlalu berat

Seseorang yang telah mengidam penyakit asma sejak lama, jika beraktivitas dan berolahraga secara berlebihan dapat menyebabkan penyakit asmanya kambuh kembali.

8. Obat-obatan

Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri antiinflamasi nonsteroid (seperti aspirin atau ibuprofen) dan obat penghambat data.

Gejala Asma


Gejala utama asma adalah gangguan pernapasan, yang dapat meliputi:

• Sulit bernapas
• Batuk
• Dada terasa sesak, nyeri, dan seperti tertekan
• Mengi atau bengek

Keluhan di atas dapat menyerupai gejala dari penyakit lain. Namun, keluhan tersebut dapat dicurigai disebabkan oleh asma bila memiliki karakteristik berikut:

• Bertambah buruk di pagi atau malam hari
• Hilang timbul di hari yang sama
• Timbul atau bertambah buruk saat penderita terinfeksi virus, seperti pilek
• Dipicu oleh olahraga, alergi, udara dingin, atau napas berlebihan saat tertawa atau menangis
 

Sasaran Asma 

sumber: https://d3v.kemkes.go.id/ 2

Asma adalah salah satu penyakit yang tidak menular namun dapat mematikan siapa saja yang mengidam penyakit asma. Asma tidak hanya diderita oleh orang dewasa saja, namun asma dapat diderita oleh semua masyarakat dari anak-anak sampai dengan dewasa. Lebih dari 80 % kematian terkait asma terjadi di negara berkembang. Asma bronkial termasuk dalam 10 kasus penyakit terbanyak pada semua kalangan umum ditahun 2018 yaitu, 5.625 kasus

Peranan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat dalam Pencegahan dan Pengobatan Asma

Yang dapat mahasiswa kesehatan masyarakat lakukan yaitu dengan melakukan penyuluhan melalui lingkup terkecil lebih dahulu yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada keluarga dan tetangga mengenai pentingnya membersihkan perabot rumah tangga.

Selain itu, penyakit asma tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan dengan melakukan pola hidup cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik/olah raga, diet sehat dan seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres dengan baik (CERDIK).

Selain itu, penderita asma juga bisa mengonsumsi obat asma secara teratur dan mencegah terpapar hal-hal yang bisa menyebabkan kambuhnya asma, menjalani pola hidup sehat,dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga dalam intensitas ringan secara teratur, tidak merokok, menurunkan berat badan bila obesitas dan mengelola stres dengan baik.

Selain itu, tidak kalah penting adalah mengurangi atau menghilangkan pemicu dari faktor lingkungan seperti debu, serangga dan hewan peliharaan yangmungkin menimbulkan alergi pada penderita asma. Untuk menangani alergi pada penderita asma yaitu dengan cara terapi pengobatan guna menangani alergi pada asma yang disebut dengan Sublingual Immunotherapy (SLIT).

Beberapa pasien yang menjalani terapi SLIT mengalami penurunan secara terus menerusdari gejala gejala alergi. Namun, ada pula yang kambuh karena tidak melakukan terapi SLIT.

Biasanya, dokter merekomendasikan inhaler sebagai pengobatan saat gejala asma muncul. Namun, penggunaan inhaler juga berpotensi menyebabkan efek samping bagi pengguna.  

Apabila terjadi serangan asma dengan gejala yang semakin parah, meskipun sudah melakukan penanganan dengan inhaler maupun obat, maka perlu tindakan medis di rumah sakit. Pasalnya, asma juga dapat membahayakan nyawa pengidapnya
      
REFERENSI
Dharmage, S., Perret, J., & Custovic, A. (2019). Epidemiology of Asthma in Children and Adults. Frontiers in Pediatrics, 7, pp. 246.
National Health Service UK (2021). Health A to Z. Asthma.
National Institute of Health (2020). 
National Heart, Lung, and Blood Institute. Asthma 
Mayo Clinic (2020)Diseases & Conditions. Asthma.
WebMD (2021). Asthma.
Khairani 2019 Penderita Asma di Indonesia (hal 2,4,6). Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan RI
World Health Organizagion, Italy : 2011
The Global Asthma Report 2018, Global Asthma Report, New Zealand : 2019


Related Stories