Epidemiolog: Perkembangan Riset Vaksin COVID-19 Masif

Diskusi online

JAKARTA, Wongkito.co - Sampai kini perkembangan riset vaksin COVID-19 tergolong sangat masif bahkan mayoritas sudah melalui tahapan atau fase ketiga plus namun belum ada yang disetujui.

"Riset tersebut telah dilakukan sejak Januari 2020 hampir diseluruh negara yang terpapar COVID-19," kata Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Dr. Masdalina Pane, M.Kes, M.Si (Han) pada Diskusi Online dengan tema "Menguji Transparansi Keamanan Vaksin Covid-19", yang diselenggarakan oleh AJI Indonesia, Rabu (4/11)

Ia mengungkapkan lebih dari 170 vaksin memasuki tahap pra klinik tetapi sampai kini belum ada yang dinyatakan "approved".

Jonathan Corum, Sui-Lee Wee and Carl Zimmer, pada 29 Oktober 2020 menyebutkan sebanyak 36 vaksin telah memasuki fase uji pertama, dan 14 diantaranya sudah masuk tahap kedua.

Namun, fase ketiga hanya 11 yang berhasil lolos, enam vaksin diantarannya terkategori bisa digunakan dalam kondisi mendesak tetapi hingga kini belum satupun yang diterima oleh lembaga dan negara manapun karena proses pengujiannya belum selesai, ujar dia.

Kondisi tersebut menurut Masdalina sangat wajar mengingat untuk menghasilkan vaksin selama ini butuh waktu yang cukup lama.

Dengan masifnya, riset tentunya mampu mendorong percepatan penemuan vaksin yang kini telah melalui tahapan uji klinis ketika.

Kerja sama dari semua pihak, dalam satu kesatuan menjadi sangat penting agar pandemi ini dapat ditaklukan, tambah dia.

Dia menjelaskan, untuk pelaksanaan vaksinasasi massal pemerintah selama ini telah berpengalaman.

Dimana pelaksanaan imunisasi secara berkala telah dilakukan, seperti pekan PIN dan pemberian vaksin lainya, tuturnya.

Karena itu, jika memang pemerintah telah menetapkan waktu pelaksanaan pemberian vaksin massal dia mengajak masyarakat untuk sama-sama mengikuti.

"Kemarahan virus di dalam tubuh kita bisa dilunakan dengan vaksin sehingga pandemi akan terkendali," kata dia.

 

Transparansi Proses Uji Klinik Vaksin Penting

Hingga kini mayoritas responden yang menjadi narasumber riset LaporCovid19.org mengaku khawatir terhadap kondisi pandemi COVID-19.

Bahkan mereka juga mengakui dampak buruk dari pandemi yang berpengaruh pada kesehatan

Koordinator Koalisi Warga LaporCovid19.org, Irma Hidayana, PhD, MPH mengatakan mayoritas responden khawatir tetapi ketika diminta kesediaannya menerima vaksin 69 persen diantaranya ragu-ragu menggunakan vaksin Biofarma-Sinovac.

Begitu juga dengan keraguan masyarakat dalam menggunakan vaksi merah putih dari Eijkman dan Biofarma yang meskipun lebih rendah tetapi masih tinggi yaitu 56 persen, kata dia.

Hal itu membuktikan kalau di tengah pandemi COVID-19 yang jumlah terpapar mendekati 500 ribu orang keengganan masyarakat menerima vaksin masih sangat tinggi.

Lalu apa yang salah?, secara umum sosialisasi pentingnya menggunakan vaksi sebagai upaya mengendalian pandemi gencar dilakukan pemerintah.

"Bukan hanya pemerintah tetapi lembaga dan komunitas masyarakat lainnya juga aktif menyampaikan pentingnya vaksin," ujar dia.

Kurang transparannya, proses uji klinis dari tahap awal dinilai menjadi salah satu penyebab masih ragu-ragunya masyarakat menerima vaksin.

Kalau pemerintah secara transparan mulai dari pembuatan vaksin sampai dengan uji klinis terakhir disosialisasikan tentu menjadi langkah efektif meredam segala keraguan.

Sudah semestinya, pemerintah lebih terbuka dalam segala kebijakan terkait penanggulangan wabah ini, demikian Irma mengungkapkan.

 

Dalam diskusi online tersebut hadir juga Ketua Umum PPNI/Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Harif Fadhillah, S.Kp, SH.M.Kep yang mengungkapkan sampai Rabu (4/11) sebanyak 3.117 perawat terkonfirmasi positif COVID-19.

Dimana 1.949 orang diantaranya telah sembuh dan 109 orang meninggal, sisa 217 suspek. 699 kontak erat dan 73 probable, kata dia.

Dia berharap pemerintah benar-benar memastikan pelaksanaan vaksin setelah memang telah siap.

Kalau masih belum selesai proses uji klinis tentunya lebih baik ditunggu sampai fase yang dilalui di "approved", tambah dia.(Nila Ertina)

 

Bagikan

Related Stories