Ekonomi, Fintech & UMKM
Gede Sandra: Resesi Ekonomi Tingkatkan Angka Kemiskinan Hingga Puluhan Juta
PALEMBANG, WongKito.co - Ekonom yang juga aktivis politik I Gede Aradea Permadi Sandra mengatakan resesi ekonomi berdampak pada semua lini kehidupan bangsa ini, akibatnya diprediksi akan semakin menambah pengangguran sehingga meningkatkan angka kemiskinan.
"Secara umum pengangguran bertambah sebanyak 7-10 juta jiwa sampai akhir tahun, jika diakumulasi angkanya diperkirakan bisa mencapai 30 juta penduduk miskin," kata Gede Sandra, kepada WongKito.co, melalui WhatsApp, Senin (5/10).
Ia menjelaskan, bila seorang pekerja menganggur dengan istri dan seorang anak maka pada akhir tahun setidaknya terjadi penambahan angka kemiskinan hingga 20-30 juta jiwa penduduk.
Hal itu, tentu berkaitan dengan kondisi saat ini dimana mayoritas perusahaan besar tidak lagi beroperasi normal tetapi kapasitas operasionalnya bahkan dibawah 50 persen, ujarnya.
Saat ini, dia mengungkapkan kebanyakan perusahaan besar sudah melakukan pengurangan pegawai baik dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun pensiun dini.
Bahkan ada perusahaan yang terpaksa mempailitkan usaha akibat tidak sanggup lagi membayar kewajiban kepada pekerja karena meskipun telah melakukan restrukturisasi utangnya di perbankan tetap belum bisa mengatasi masalah finansial perusahaan, ungkap lulusan Magister Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia ini.
Pun begitu, dengan harga aset mulai berjatuhan, harga tanah jatuh 20-30%, harga rumah jatuh 30-50%, dan harga bangunan gedung jatuh hingga 70%. Ini jelas mengurangi tingkat kekayaan kalangan masyarakat kelas menengah.
Disisi lain Gede menambahkan sejak awal pandemi COVID-19 pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) telah lebih dulu gulung tikar karena masyarakat menahan konsumsi dan mengurangi bepergian ke pasar, mal, tempat hiburan, dan tempat wisata.
Dimana pelaku UMKM selama ini sebagian besar menjual produk langsung ke konsumen di lokasi-lokasi keramaian di atas, karenanya ketika masyarakat tidak lagi bebas beraktivitas langsung berdampak pada turun bahkan terhentinya pendapatan mereka, tambah dia.
Apalagi ia menuturkan tindakan pemerintah dalam penanganan pandemi ini terkesan hanya sibuk berpropaganda saja sedangkan implementasinya aromanya pun sulit dirasakan rakyat.
Padahal pemerintah mengklaim telah mengalokasikan dana sampai Rp800 triliun untuk menangani pandemi, namun realitanya kasus harian pandemi tidak kunjung berhasil ditangani dengan baik. Tak tertanganinya penyebaran COVID-19, jauh panggang dari api untuk kebangkitan ekonomi, tutur mantan Sekretaris Jenderal KPP PRD.
Penanganan COVID-19 yang dikomandoi para politisi ungkap Gede disinyalir hanya menghasilkan kehebohan belaka karena memang mereka bukan ahlinya.
Semestinya, pemerintah melibatkan ahli-ahli epidemilogi sebagai pimpinan Satuan Tugas (Satgas) penangganan COVID-19, apalagi seperti diketahui negara ini gudangnya epidemilog handal yang jelas memiliki kemampuan yang tak terbantahkan tapi sayang perannya tidak dioptimalkan, ungkapnya.
Pemasaran Digital Solusi UMKM Bertahan
Hancurnya usaha mikro kecil juga menjadi penyumbang atas semakin tingginya angka kemiskinan. Bahkan jumlah pengangguran dipastikan separuhnya juga berasal dari sektor UMKM.
Namun di era digital saat ini, pelaku usaha masih memiliki peluang untuk memasarkan produknya secara online bukan lagi dengan membuka gerai atau toko seperti sebelum pandemi.
Dengan memilih produk yang memang dibutuhkan konsumen, Gede menambahkan pelaku usaha menjualnya secara digital akan sangat membantu peningkatan transaksi.
Dibuktikan oleh sejumlah usaha rintisan yang justru di tengah pandemi mereka mendulang keuntungan karena memanfaatkan teknologi sebagai sarana memasarkan dan bertransaksi produk, kata dia.
Pandemi membuat konsumen tidak lagi mendatangi toko-toko dan tempat keramaian, maka kalau pelaku usaha tetap mengharapkan pemasaran secara offline tentu akan sulit menjual produk.
"Saatnya usaha kecil yang mendatangi konsumen. Hanya dengan jalan inilah usaha kecil bisa bertahan di tengah resesi," ujar Gede.(Nila Ertina)