Ekonomi dan UMKM
Imbas Kenaikan Yield Obligasi AS, Rupiah Kembali Terkapar
JAKARTA - Nilai tukar rupiah atau kurs rupiah diperkirakan masih mengalami tekanan di kisaran Rp14.350 - Rp14.380, dengan potensi support di kisaran Rp14.300 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa, 18 Januari 2022.
Analis keuangan Ariston Tjendra mengungkapkan, penurunan ini diprediksi karena adanya kenaikan yield obligasi pemerintah AS hari ini.
"Yield obligasi pemerintah AS terus menanjak pada perdagangan kemarin karena ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS sebanyak tiga atau empat kali yang digaungkan oleh para pejabat Bank Sentral AS," ujar Ariston pada TrenAsia.com, Selasa, 18 Januari 2022.
Baca Juga :
- Catat Saham Pilihan Indosurya Hari Ini, IHSG Berpotensi Konsolidasi
- Simak! Berikut Langkah dan Syarat Mendapatkan Vaksin Booster
- Jokowi Pilih Nama Ibu Kota Negara Baru, Nusantara
Adapun yield obligasi tenor 10 tahun sudah naik ke kisaran 1,82% yang tertinggi sejak tahun 2020. Selain itu, kenaikan inflasi konsumen AS sebesar 7% (yoy) pada Desember, berpengaruh terhadap percepatan kebijakan pengetatan moneter AS yang dapat menekan nilai rupiah.
Sementara itu, surplus neraca perdagangan dalam negri yang hanya bernilai sekitar US$1 miliar tidak sesuai dengan ekspetasi pasar. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekspor lebih rendah dibandingkan dengan impor.
"Bila tren berlanjut, neraca perdagangan bisa defisit dan ini tidak menguntungkan rupiah," imbuhnya
Di sisi lain, perkembangan COVID-19 masih menjadi perhatian penting bagi pasar, karena masih berpotensi menimbulkan pembatasan aktivitas ekonomi di beberapa negara besar, yang dapat mendorong lebih memilih aset dolar AS.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Merina pada 18 Jan 2022