Ekonomi, Fintech & UMKM
Kebijakan Gojek Hadapi Pandemi COVID-19 Dinilai Ekonom Tepat
MEDAN, WongKito.co - Kebijakan Gojek mengambil sejumlah langkah dalam menjalankan bisnis di tengah pandemi COVID-19, dinilai sejumlah ekonom sudah tepat.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara Gunawan Benyamin, mengatakan efisiensi dan reorganisasi sangat wajar di tengah kondisi saat ini.
"Semua platform bisnis ada konsekuensinya karena itu, kebijakan perusahaan yang tetap sangat menentukan keberlangsungan usaha," kata dia, kemarin.
Seiring pulihnya kondisi ekonomi, ia menambahkan yakin layanan ini bisa dibuka kembali dan kembali merekrut tenaga kerja.
Dengan demikian, kegiatan bisnis kembali berjalan optimal meskipun harus menunggu waktu yang belum bisa dipastikan, tambah dia.
Gunawan melanjutkan seandainya perusahaan membiarkan terjadinya inefisiensi yang berakibat pembengkakan operasional, justru dikhawatirkan bisnis secara keseluruhan akan terganggu dan memicu pemutusan hubungan kerja yang lebih banyak lagi.
"Memang ini bukan perkara mudah. Saya yakin perusahaan manapun tidak mau bisnisnya semakin kecil dan harus memberhentikan banyak karyawan. Ini kondisi ekonomi yang disebabkan oleh faktor nonekonomi. Masalahnya di COVID-19, bukan di bisnisnya. Selama COVID-19 belum teratasi, bisnis apapun berpotensi mengalami kerugian," ujar Gunawan.
Ia optimisitis Gojek akan tetap bertahan di tengah kondisi pandemi dengan strategi bisnis yang mereka lakukan.
"Kita berharap startup sekelas Gojek bisa tetap bertahan dengan strategi-strategi bisnisnya menghadapi pandemi," tutupnya.
Gojek diketahui juga menghentikan beberapa layanan seperti GoLife yang juga terdampak dengan pandemic COVID-19.
Namun, Gojek tetap berkomitmen memberikan dana bantuan dan pelatihan online gratis yang membekali mereka mitra GoLife yang terdampak dengan keterampilan tambahan.
Gojek Lebih Kuat
Prof Rhenald Kasali menilai langkah Gojek melakukan konsolidasi bisnis sebagai keputusan yang tepat. Strategi untuk kembali fokus pada bisnis inti akan menjadikan Gojek lebih kuat dalam menghadapi Pandemi COVID-19.
Menurut Pengamat Bisnis serta Founder Rumah Perubahan itu, semua sektor bisnis saat ini terdampak pandemi, apalagi sektor pariwisata. Oleh karenanya, dia menilai wajar jika perusahaan sampai merumahkan karyawan karena dalam kondisi ini yang perlu diperhatikan adalah opex, bukan capex.
“Dalam hal capex, perusahaan bisa menundanya tapi untuk opex, saat ini semua perusahaan dituntut melakukan penghematan,” tegas Rhenald.
Ia juga menekankan agar keputusan startup melakukan reorganisasi bisnis ini jangan didramatisir. Keputusan mereorganisasi bisnis itu bukan menjadi ukuran daya tahan suatu perusahaan.
Menurut Rhenald, daya tahan bisnis itu terletak di bidang bisnisnya, di mana saat ini bidang bisnis yang terkait pariwisata dan event organizer terkena dampak paling signifikan.
“Saat perusahaan memiliki dana cukup, dia bisa eksplorasi. Tapi selanjutnya, dari hasil eksplorasi itu, dia bisa menilai bisnis mana yang akan jadi fokusnya. Kemudian ketika terjadi guncangan ekonomi, semua perusahaan harus lakukan pemangkasan. Trimming,” tuturnya. (ril)