Kilang Pertamina Plaju Edukasi Warga Sungai Gerong Soal DBD

dr. Ikhsan dari RU III saat memaparkan materi sosialisasi dan edukasi DBD di hadapan warga Sungai Gerong (Ist Pertamina)

PALEMBANG, WongKito.co, - PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Refinery Unit III Plaju (Kilang Pertamina Plaju) terus mendukung terwujudnya masyarakat di sekitar perusahaan yang sehat.

Salah satu isu kesehatan yang menjadi konsentrasi dalam aksi Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Kilang Pertamina Plaju adalah merebaknya wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Sungai Gerong, Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin.

Siang tadi, bertempat di Kantor Desa Sungai Gerong, tim TJSL beserta kesehatan Kilang Pertamina Plaju mengedukasi masyarakat terkait langkah-langkah antisipatif dalan pencegahan DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Pjs. Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Pertamina Plaju, Perliansyah di Palembang, Jumat mengatakan hal itu merupakan bentuk kepedulian perusahaan pada kesehatan masyarakat di sekitar perusahaan.

Baca Juga :

"Kami hadir di tengah kewaspadaan DBD yang mewabah, dengan mengambil sikap yang cepat demi menjaga kesehatan bersama warga sekitar," ujarnya.

Wilayah Desa Sungai Gerong yang didominasi lahan rawa menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus yang menularkan virus dengue penyebab DBD.

Hingga Juli 2002, Sebanyak 1.406 penduduk Sumsel telah terjangkit DBD dengan angka kematian sebanyak 13 jiwa. Angka itu meningkat dari data 2021, dimana jumlah kasus sebanyak 1.135 penduduk terjangkit dan 4 kematian. Kota Palembang dan Banyuasin menempati posisi puncak dalam distribusi kasus DBD di seluruh Sumsel.

Dari data Kementerian Kesehatan secara nasional, hingga Juni 2022 tercatat jumlah kumulatif kasus DBD di Indonesia mencapai 45.387 kasus, dan jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus.


Melalui TJSL, Kilang Pertamina Plaju juga membantu penyemprotan fogging di Desa Sungai Gerong demi mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti dalam jangka pendek. Kendati begitu, Perli mengimbau masyarakat dapat memaksimalkan pencegahan alih-alih bergantung pada fogging.

"Fogging hanya salah satu sarana saja, masyarakat selanjutnya bisa meningkatkan langkah-langkah antisipatif, memaksimalkan pencegahan dari diri sendiri sehingga kita terhindar dari DBD," ujarnya.

Peran Kilang Pertamina Plaju dalam edukasi soal DBD di masyarakat ini turut mendukung tujuan ketiga dalam Sustainable Development Goals (SGDs) yakni menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk seluruh usia.

Lebih spesifik, target yang didukung yakni bahwa pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan, dan memerangi hepatitis, penyakit bersumber air, serta penyakit menular lainnya, sebagaimana tercantum dalam target 3.2 dalam dokumen SGDs.

Kepala Desa Sungai Gerong Vhanji Koembara mengucapkan terimakasih kepada Kilang Pertamina Plaju yang telah mengedukasi warganya perihal kesehatan. "Kami berterimakasih atas bantuan Kilang Pertamina Plaju dalam mencegah DBD di desa kami," ujarnya.

Menurutnya, DBD memang tengah menjadi isu di desanya, dimana saat musim hujan, terdapat banyak genangan yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti.  Ia pun mengajak warganya agar menjaga kebersihan, dan edukasi dari Kilang Pertamina Plaju dapat diteruskan dan diimplementasikan di tingkat rumah tangga.

Pada saat yang sama, hadir juga tim kesehatan dari HSSE Kilang Pertamina Plaju, dr. Ikhsan, yang mengedukasi dan menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan di kalangan masyarakat.

Ia mengimbau masyarakat agar dapat berperan aktif memutus rantai DBD dengan membudayakan aktivitas 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur). Menurutnya, musim penghujan seringkali menyebabkan genangan air.

Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak terkecoh dengan fase infeksi yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti.

Disampaikannya, penderita DBD akan mengalami demam tinggi di tiga hari pertama, hingga suhu tubuh mencapai 40°C. Adapun di hari keempat dan kelima, suhu tubuh akan turun ke 37°C, fase inilah yang menurutnya mengecoh.

"Fase ini justru butuh perawatan khusus di rumah sakit," ujarnya. Apabila tidak mendapat pengobatan, trombosit akan terus menurun secara drastis, dan terjadi pendarahan secara tidak disadari, alias kebocoran pembuluh darah.

Pada hari keenam dan ketujuh, baru masuk fase penyembuhan. dr. Ikhsan mengimbau agar selama masa infeksi itu, masyarakat banyak minum air putih.
 

Bagikan

Related Stories