Ekonomi dan UMKM
Market Share BSI Menguat di Tengah Kompetisi
JAKARTA, WongKito.co – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat kinerja yang solid dan mencolok sepanjang kuartal I 2025. Di tengah tekanan global dan ketatnya persaingan industri perbankan, BSI tak hanya berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih dua digit, tapi juga memperluas pangsa pasarnya dan mencetak pertumbuhan aset dan pembiayaan yang melampaui perbankan konvensional.
Pelaksana tugas Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta menegaskan, industri perbankan syariah menunjukkan performa yang lebih tangguh dibandingkan industri perbankan nasional secara keseluruhan.
Per Januari 2025, aset perbankan syariah nasional tumbuh sebesar 9,20% year on year (yoy), lebih tinggi dari perbankan konvensional yang hanya mencatat pertumbuhan 6,34%.
Baca Juga:
- BRI Peduli Ini Sekolahku: Langkah Nyata BRI di Hari Pendidikan Nasional
- Intip Yuk Cara Buat Puding Lapis Crispy yang Lapisannya Cantik
- Cek 5 Film Indonesia Bertema Pendidikan, Sambut Hari Pendidikan Nasional
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), pertumbuhan industri syariah juga lebih tinggi, yakni 9,28% yoy, dibandingkan dengan 5,51% yoy pada industri perbankan nasional. Meski pangsa pasar industri syariah terhadap total perbankan nasional sedikit menurun menjadi 7,44%, BSI justru mencatatkan kenaikan pangsa pasar di berbagai lini.
Market Share BSI Terus Menguat di Tengah Kompetisi
Bob menyampaikan bahwa market share BSI terus mengalami penguatan, baik di industri syariah maupun dalam peta perbankan nasional.
“Dari sisi aset, market share BSI di industri perbankan syariah naik dari 42,77% menjadi 44,25%. Untuk pembiayaan, naik dari 44,45% menjadi 45,44%, dan DPK dari 44,59% menjadi 44,91%,” paparnya dalam paparan kinerja BSI kuartal I-2025 yang diselenggarakan secara virtual, Rabu, 30 April 2025.
Secara nasional, market share pembiayaan BSI meningkat menjadi 3,58% dari sebelumnya 3,56%, sementara pangsa pasar aset naik tipis menjadi 3,29%.
Laba Bersih Tumbuh 10%, Aset Tembus Rp401 Triliun
Sepanjang kuartal I 2025, BSI berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp1,87 triliun, naik 10,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pencapaian ini turut ditopang oleh pertumbuhan aset yang mencapai Rp401 triliun atau naik 12,01% yoy.
Di sisi pembiayaan, total penyaluran BSI mencapai Rp287 triliun, tumbuh 16,21% yoy. DPK juga mengalami kenaikan sebesar 7,40% menjadi Rp319 triliun, dengan dominasi dana murah terutama tabungan wadiah yang porsinya naik menjadi 40% dari total tabungan.
Fee-Based Income Melonjak, Kontribusi Emas Jadi Katalis
Pendapatan berbasis komisi (fee-based income) menjadi salah satu kontributor utama pertumbuhan laba BSI. Per Maret 2025, fee-based income tumbuh 39,3% yoy menjadi Rp1,71 triliun. Untuk pertama kalinya, rasio fee-based income terhadap total pendapatan menembus angka 20%.
Direktur Keuangan & Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho, menekankan bahwa capaian tersebut merupakan bagian dari strategi transformasi pendapatan BSI dari yang semula didominasi margin berbasis bunga menjadi pendapatan komisi.
“Ini adalah sinyal positif karena pendapatan BSI mulai bergeser ke arah yang lebih sehat dan berkelanjutan,” ujarnya.
Kontributor utama dalam pertumbuhan fee-based income berasal dari bisnis gadai emas, treasury, dan e-channel. Secara khusus, layanan emas BSI mencatat pertumbuhan yang sangat signifikan.
Strategi Bank Emas Sukses Dongkrak Pertumbuhan
Awal tahun ini, BSI resmi menjadi bank syariah pertama di Indonesia yang memperoleh lisensi sebagai bullion bank. Kolaborasi dengan Pegadaian memperluas layanan keuangan syariah berbasis emas, mulai dari pembelian, penitipan, penjualan kembali, pembiayaan emas, hingga simpanan emas.
“BSI kini menjadi bank emas pertama dan satu-satunya yang menyediakan solusi emas paling lengkap di Indonesia,” ungkap Ade Cahyo.
Tak hanya itu, inovasi digital juga turut mendorong inklusi keuangan. Melalui aplikasi BYOND, masyarakat bisa membeli emas mulai dari Rp100 ribu atau setara 0,05 gram, menjadikan investasi emas lebih terjangkau bagi semua kalangan.
Akibat strategi ini, pembiayaan emas BSI tumbuh lebih dari 80% yoy, dan pembelian emas secara cicilan melonjak hingga 170% yoy. Total rekening emas juga meroket mendekati 140 ribu per April 2025.
Kualitas Pembiayaan Tetap Terjaga, NPF Gross Rendah
Direktur Manajemen Risiko BSI, Grandhis Helmi Harumansyah, memastikan bahwa pertumbuhan yang dicapai tidak mengorbankan kualitas. Rasio pembiayaan bermasalah (NPF Gross) per Maret 2025 tercatat hanya 1,88%, sementara Financing at Risk (FAR) berada pada 7,18% dengan nilai Rp20,62 triliun.
“Cost of credit kami juga masih terjaga di bawah 1%, tepatnya di angka 0,93%,” terang Grandhis.
Lebih lanjut, kualitas pembiayaan baru juga berada pada level sangat baik. Segmen wholesale mencatat 100% kolektibilitas lancar, sementara segmen retail dan consumer masing-masing memiliki tingkat kelancaran 99,96% dan 99,98%.
Layanan Haji dan Segmen Ritel Juga Berkembang Pesat
Tak hanya emas, layanan haji BSI juga menunjukkan lonjakan signifikan. Pada Maret 2025, jumlah pendaftar haji melalui BSI mencapai 111 ribu dalam satu bulan, melonjak jauh dari rata-rata bulanan yang sebelumnya hanya 30–50 ribu.
Menurut Ade Cahyo, dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 243 juta dan baru sekitar 11 juta yang memiliki rekening haji, potensi pasar layanan ini masih sangat besar.
Segmen wholesale, UMKM, dan ritel juga menunjukkan pertumbuhan yang sehat. Pertumbuhan masing-masing segmen yakni 17,27% (wholesale), 14,92% (ritel), dan 16,08% (consumer).
Menuju Bank Syariah Modern dan Inklusif
Seluruh capaian ini mencerminkan keberhasilan BSI dalam menjalankan strategi pertumbuhan yang berkualitas. Fokus pada transformasi digital, perluasan produk berbasis syariah, serta penguatan fundamental keuangan menjadi pondasi utama menuju visi sebagai bank syariah modern dan inklusif.
“Kami bukan hanya tumbuh secara angka, tapi juga menjaga kualitas dan keberlanjutan pertumbuhan di setiap lini bisnis,” tegas Ade Cahyo.
Grandhis menambahkan, “Pertumbuhan yang berkualitas dan disiplin monitoring menjadi kunci keberhasilan kami. Kami akan terus menjaga keseimbangan antara ekspansi dan kualitas.”
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 1 Mei 2025