Minim Penumpang, 89 Armada Pesawat Garuda Masuk Hanggar

Pesawat berlivery Ayo Pakai Masker milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk ini akan terbang perdana ke Medan dari Jakarta / Twitter @IndonesiaGaruda

JAKARTA, WongKito.co  PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) memutuskan untuk tidak mengoperasikan 89 pesawatnya sebagai imbas pandemi COVID-19.

Dari 142 armada yang dimiliki, Garuda Indonesia saat ini hanya mengoperasikan 53 pesawat. Pesawat yang dioperasikan itu didominasi untuk penerbangan domestik.

“Penggunaan armada pesawat dalam penerbangan selama masa pandemi COVID-19 turut memperhatikan isian dari angkutan kargo. Adapun jumlah armada yang dioperasikan saat ini sebanyak 53 pesawat,” kata manajemen Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI),  melansir TrenAsia.com, jejaring WongKito.co, kemarin.

Garuda Indonesia tercatat memiliki 6 pesawat milik sendiri. Sementara 136 pesawat lainnya merupakan sewa dari berbagai lessor.

Lebih rinci, jenis dan unit pesawat yang saat ini masih ada di Garuda Indonesia antara lain Boeing 777- 300 sebanyak 10 unit, Airbus 330- 900 sebanyak 3 unit, Airbus 330- 300 sebanyak 17 unit, Airbus 330-200 sebanyak 7 unit, Boeing 737-800 sebanyak 73 unit, Boeing 737-8 MAX 1 unit, CRJ 1000 sebanyak 18 unit dan ATR 72-600 sebanyak 13 unit.

Sebanyak 39 pesawat yang masuk hanggar kondisinya tengah mengalami perawatan dan perbaikan. Manajemen Garuda Indonesia pun berencana mengurangi armada dengan mengembalikan secara berkala pesawat sewa kepada lessor.

Emiten pelat merah ini mempercepat pengembalian dua pesawat sewa demi meringankan beban keuangan.

Garuda Indonesia akan mengembalikan dua pesawat berjenis Boeing 737-800 Next Generation ke salah satu lessor. Padahal, dua armada Garuda Indonesia ini tercatat belum memasuki waktu jatuh tempo penyewaan sesuai kesepakatan awal.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pengembalian dua pesawat itu ditujukan untuk mengoptimalisasikan produktivitas armada. Selain itu, pengembalian pesawat bisa juga mengurangi biaya perawatan yang diklaim memakan biaya besar per bulannya.

“Langkah penting yang perlu kami lakukan imbas pandemi COVID-19 adalah untuk terus mengurangi tekanan. Fokus utama kami adalah penyesuaian terhadap proyeksi kebutuhan pasar di era kenormalan baru,” kata Irfan dalam keterangan tertulis, Selasa, 8 Juni 2021.

Sebelum mengembalikan pesawat, Garuda Indonesia harus terlebih dahulu mengubah kode registrasi Boeing 737-800 next generation yang disewanya. Irfan mengatakan terus mengupayakan penyelesaian pengembalian dengan mengedepankan aspek legalitas.

“Saat ini, kami juga terus menjalin komunikasi bersama lessor pesawat lainnya. Percepatan pengembalian tersebut dilakukan setelah adanya kesepakatan bersama antara Garuda Indonesia dan pihak lessor pesawat,” ucap Irfan. 

 

Bagikan

Related Stories