Motor dan Angkutan Umum Palembang Segera Nikmati Pertalite Harga Premium

ilustrasi

PALEMBANG, WongKito.co – Akhir Oktober, PT Pertamina akan menerapkan harga baru Bahan Bakar Minyak (BBM) pertalite dengan harga premiun Rp6.450 per liter. Namun hanya motor dan kendaraan umum lainnya yang bisa menikmati harga tersebut.

"Kebijakan ini merupakan bagian dari program langit biru yang menjadi salah satu langka mengurangi pencemaran udara," kata Region Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Sumbagsel, Dewi Sri Utami Selasa (6/10).

Ia mengungkapkan, Kota Palembang merupakan salah satu daerah yang menjadi percontohan program langit biru yang dilaksanakan Pertamina.

Sebelumnya, Kota Palembang dinilai telah berhasil dalam menekan pencemaran udara melalui sejumlah program, termasuk ketika dilaksanakannya Asian Games di Jakabaring, ungkap dia.

Sebanyak 39 SPBU, menurut Dewi menjadi sasaran program tersebut, namun tahap pertama ini implementasinya baru di 14 SPBU.

Sasaran penjualan pertalite dengan harga lebih murah tersebut untuk kendaraan roda dua, roda tiga, taksi, dan angkutan perkotaan, tambah dia.

Sejauh ini, Dewa menilai telah terjadi peningkatan signifikan terhadap permintaan pertalite di SPBU karena memang sudah banyak yang tidak menjual premium.

Seperti diketahui pertalite bahan bakar gasoline dengan oktan 90 dengan berwarna hijau terang, sedangkan premium mengandung oktan 88 atau lebih rendah dibandingkan pertalite.

Hasan (29) warga Palembang mengatakan meskipun belum ada kebijakan menurunkan harga pertalite selama ini dirinya sudah menggunakan BBM jenis itu.

Pengantian premium menjadi pertalite awalnya memang karena kesulitan mendapatkan premium, tetapi jika memang harganya akan lebih murah dibandingkan saat ini tentunya menyambut gembira, kata dia.

Hanya saja, menurut dia jangan sampai setelah diturunkan harga produk tersebut jadi langka.

Selama ini, meskipun lebih mahal dari premium, pertalite digunakan karena memang semua SPBU menjual produk tersebut, ungkap dia.(ert)

Bagikan

Related Stories