Peneliti INDEF: 90 Persen Usaha Mikro Butuh Bantuan Finansial

Tangkapan layar webinar

JAKARTA, WongKito.co - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan saat ini 90 persen usaha mikro dan ultra mikro sangat membutuhkan bantuan finansial baik dari pemerintah maupun perbankan.

Kebutuhan tersebut terjadi karena resesi ekonomi saat ini sangat memukul pelaku usaha mikro dan ultra mikro akibat akumulasi beragam permasalahan ekonomi yang sebelumnya terjadi diperparah dengan kondisi pandemi COVID-19, katanya dalam kesempatan Webinar “Sinergi UMKM dan Perbankan di Masa Pandemi”, yang diselenggarakan AJI Indonesia bekerjasama dengan Commonwealth Bank, Jumat (6/11).

Ia mengungkapkan, berbeda dengan resesi ekonomi tahun 2008, pelaku usaha mikro cenderung tidak terdampak meskipun negara mengalami kerugian akibat gagal bayar Bank Century pada masa itu.

Namun, kondisi saat ini usaha mikro dan ultra mikro kehilangan pendapatan bahkan ada yang sama sekali tidak bisa beroperasi akibatnya mayoritas usaha mikro terpaksa mengurangi karyawannya setiap bulan padahal sektor ini menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia, ungkap dia,

Bhima menambahkan, The Asian Development Bank (ADB) dalam surveinya menyebutkan usaha mikro Indonesia lebih rentan terdampak resesi jika dibandingkan negara-negara lain, seperti Filipina, Vietnam dan Thailand.

Hal itu, sangat wajar mengingat jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lebih dari 60 juta usaha dan bila dilakukan pendataan terbaru dipastikan angkanya lebih banyak lagi karena selama pandemi ini semakin banyak tumbuh usaha-usaha baru, tambah dia.

Angka penyerapan tenaga kerja sektor UMKM yang mencapai 97 persen menurutnya, menjadi salah satu kunci kerentanan karena akibat resesi bukan hanya berdampak pada pengurangan tenaga kerja tetapi banyak juga yang terpaksa berhenti beroperasi.

Seperti diketahui sampai kini banyak pelaku usaha yang terpaksa menutup usaha akibat tidak bisa berproduksi dan tak ada pasar lagi.

Perhatian dan bantuan dari pemerintah dan perbankan, kata Bhima diharapkan mampu mendorong bangkitnya kembali sektor ekonomi yang paling banyak menyerap tenaga kerja ini.

Karena itu, harus ada kebijakan yang memudahkan pelaku usaha untuk mengakses pembiayaan
baik dari perbankan maupun lembaga lainnya, ujar dia.

Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata mengaku optimis UMKM tetap akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.

Terbukti di tengah pandemi marak tumbuh usaha-usaha mikro dengan berbagai komoditi yang ditawarkan mulai dari kuliner sampai dengan hasil pertanian, kata dia.

Namun dia mengungkapkan pentingnya lembaga keuangan untuk menerapkan penilaian baru dalam mengucurkan kredit dengan melihat kondisi terkini dan cara terbaru mengikuti perkembangan teknologi.

"Hendaknya, perbankan tidak hanya mensyaratkan penyaluran kredit dengan hanya memberikan kepada usaha yang bankable saja tetapi juga dapat menilai dari segi performa usaha melalui pemantauan secara digital," ujar dia.

Sumesco selama pandemi ini, tambah Leo sudah melakukan beragam pelatihan virtual secara gratis untuk mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru dengan pelatihan bidang fashion, kriya dan juga marketing digital.

Membangun inisiatif UMKM di masa depan adalah satu upaya untuk mendorong tercipta usaha baru yang berbasis digital dengan sistem pendampingan kakak asuh yang kini telah dilaksanakan, tambah dia.

Hadir juga sebagai narasumber dalam diskusi tersebut jurnalis Harian Kompas, Dewi Indriastuti dan dibuka oleh perwakilan Commonwealth Bank, Bayu Irawan dan Ketua AJI Indonesia, Abdul Manan.(Nila Ertina)

 

Bagikan

Related Stories