Ekonomi, Fintech & UMKM
Penyaluran Kredit Perbankan Butuh Inovasi Digital agar Jadi Pilihan Pembiayaan
JAKARTA, WongKito.co - Perbankan menjadi salah satu lembaga keuangan yang terdampak akibat pandemi COVID-19, karena banyak nasabah terpaksa restrukturasi pinjaman karena tak mampu lagi membayar kewajiban mereka.
Mengutip TrenAsia.com, Rabu (23/9) sedikitnya ada 10 perbankan yang kini terdampak pandemi, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan pun mengungkapkan, di tengah masa pandemi ini, salah satu strategi utama perseroan dalam mendorong pertumbuhan kredit, yakni melalui digitalisasi.
“Proses pengajuan kredit secara digital dapat mempercepat penyampaian approval,” ujarnya.
Melalui aplikasi Mandiri Pintar, misalnya, lama waktu proses pengajuan kredit mikro pun dapat dipangkas sehingga menghemat waktu. Ia mengatakan, persetujuan kredit bisa diperoleh maksimal 15 menit sejak permohonan masuk ke sistem. Hal yang sama juga berlaku di segmen small medium enterprises (SME) banking dan pembiayaan konsumer.
Selain itu, lanjutnya, Bank Mandiri selalu berupaya melakukan penyaluran secara selektif kepada sektor-sektor yang memiliki potensi, seperti, sektor fast moving consumer goods (FMCG), telekomunikasi, dan farmasi.
Pertumbuhan kredit hingga Juli 2020, kata Rully, terutama didorong oleh segmen corporate banking di mana komposisinya di atas 50% dari total ekspansi.
Di samping itu, pihaknya juga berpartisipasi aktif menyalurkan kredit produktif dalam skema PEN kepada segmen usaha lainnya. Per 17 September 2020, penyaluran kredit Bank Mandiri mencapai Rp36,8 triliun. Nominal tersebut disalurkan kepada kurang lebih 106.000 debitur.
Di tengah gencarnya penyaluran fungsi intermediasi, pihaknya juga berupaya menjaga kualitas kredit dengan terus melakukan restrukturisasi dan monitoring, serta penerapan prosedur yang ketat. Ia pun berharap, penyaluran kredit perseroan masih tumbuh positif pada kisaran satu digit pada tahun ini.
Terkait penurunan kinerja bank dalam menyalurkan kredit ini, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto mengatakan bahwa perbankan memiliki sifat follow investment. Artinya, pendapatan bank mengikuti situasi ekonomi.
“Kebetulan saat ini ekonomi sedang terguncang pandemi, jadi makin pesimistis,” kata Eko saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Ia menilai, perbankan terpaksa mengalami kontraksi dari segi penyaluran kredit disebabkan oleh kebijakan perseroan yang juga harus berhati-hati dalam menjalankan fungsi intermediasi.
“Perbankan harus berhati-hati dalam menyalurkan kredit untuk mengurangi potensi kenaikan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL),” katanya.
Saat ini, rata-rata NPL perbankan memang cukup tinggi. OJK melaporkan angka NPL industri perbankan berada di level 3,22% per Juli 2020. Ini membuktikan adanya peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya 3,11% per Juni 2020.
Oleh sebab itu, kata Eko, penyaluran kreditpun jadi melambat untuk menjaga potensi peningkatan NPL.
Di sisi lain, bank pun harus melihat kemampuan debitur. “Disalurkan kredit juga percuma kalau usaha para debiturnya sedang mengalami penurunan,” kata Eko.
Saat ini, perbankan dinilai menyalurkan pada pangsa pasar yang sudah ada sebelumnya sehingga kemungkinan, bank melakukan penundaan terhadap kredit baru.
Senada dengan Rully, Eko pun mendukung bank untuk menyiasati fee based income alias pendapatan di luar bunga penyaluran kredit. Hal itu bisa dilakukan melalui pemanfaatan teknologi, seperti pembayaran tagihan, transaksi online, dan sebagainya.
Namun, lanjut Eko, tidak semua bank dapat melakukan strategi tersebut. Menurutnya, rerata hanya bank-bank kakap yang memiliki investasi tinggi di bidang teknologi.
“Bank-bank dengan investasi tinggi yang dapat menyiasati fee based income melalui penggunaan teknologi,” ungkapnya.
Hal ini terbukti, salah satunya dari strategi Bank Mandiri dalam menambah pendapatan melalui fee based income. Rully menjelaskan, saat ini perseroan berfokus mengembangkan digitalisasi untuk mendukung fungsi intermediasi perbankan.
“Hal ini dilakukan salah satunya melalui transaksi simpan pinjam agar dapat menjadi fee based income atau sumber pendapatan lain,” ujar Royke.
Pihaknya mengembangkan layanan pembukaan rekening secara online, tanpa harus mengunduh aplikasi dan tanpa harus ke cabang, cukup dengan video call.
Kini, lanjutnya, hampir seluruh transaksi perbankan dapat dilakukan di platform Mandiri Online. Nasabah dapat memindahbukukan, mentransfer antarbank, mendaftar pembayaran secara auto-debit, top-up e-money, dan lainnya.
“Platform tersebut terkoneksi dengan lebih dari 1.800 rekanan untuk melayani berbagai transaksi pembayaran merchant e-commerce, transportasi online, dan pembayaran tagihan rutin, seperti listrik, air, pajak dan BPJS Kesehatan,” terang Rully.
Di samping melakukan inovasi untuk mendongkrak pendapatan, Eko mengatakan perbankan masih bisa menyalurkan kredit ke sektor potensial. “Yang back to basic sekarang banyak dilirik, seperti pertanian dan kesehatan,” ungkapnya.
Untuk kinerja penyaluran kredit yang menurun, Eko menyebut juga disebabkan oleh pangsa pasar. Menurutnya, sektor yang didanai oleh perbankan kebanyakan adalah industri kecil yang terdampak pandemi, misalnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Para pelaku usaha yang tidak mampu mempertahankan bisnisnya, otomatis akan menutup usahanya.
Meskipun perputarannya cepat, penyaluran kredit perbankan berjalan seirama dengan situasi ekonomi. “Kalau ekonomi sedang baik, pertumbuhannya juga agresif. Itu juga yang men-generate laba perbankan tetap tinggi,” ungkapnya.
Eko pun memprediksi, potensi penurunan kredit bisa lebih besar sampai akhir 2020. “Kalau masih bisa tumbuh positif saja sudah bagus,” ujar Eko
Hal ini tak lain disebabkan oleh rendahnya kemampuan masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi. “Pemulihan ekonomi ke depan sangat dipengaruhi oleh progresivitas dari penanganan pandemi,” tutur Eko. (SKO)
Data penyaluran kredit 10 bank besar di Indonesia per Semester I-2020 dalam satuan triliun rupiah:
No Bank Juli 2019 Juni 2020 Juli 2020 mtm (%) yoy (%)
1 BRI 839 869 863 (0,71) 2,88
2 Bank Mandiri 722 755 756 0,18 4,71
3 BCA 588 582 577 (0,83) 3,43
4 BNI 520 544 546 0,47 5,08
5 BTN 229 228 229 0,35 (0,03)
6 CIMB Niaga 160 149 148 (0,51) (7,30)
7 Panin 134 122 120 (1,79) (10,9)
8 Danamon 101 107 103 (3,20) 2,02
9 BTPN 133 142 141 (0,57) 6,33
10 OCBC NISP 115 114 114 0,48 (0,84)
Data penyaluran kredit 10 bank terbesar di Indonesia pada Semester I-2020.