Ekonomi dan UMKM
Rupiah Diprediksi Terkapar, Diiringi Hasil Obligasi AS
JAKARTA - Kurs rupiah berpotensi mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin, 7 Februari 2022, di kisaran Rp14.400 - Rp14.420 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp14.350.
Analis Keuangan Ariston Tjendra mengungkapkan, hasil obligasi pemerintah AS yang naik memilikiengaruh terhadap penguatan dolar AS, dan dapat menekan aset beresiko.
"Yield tenor 10 tahun sudah menyentuh lagi kisaran 1,9%, level yang belum pernah disentuh sejak Januari 2020. Kenaikan yield ini bisa mengindikasikan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS meningkat," ujar Ariston pada TrenAsia.com, Senin, 7 Februari 2022.
Baca Juga :
- DPR Sebut Masalah Infrastruktur Ganjal Distribusi Gas
- Jika Anda Isoman Karena Omicron, Coba Akses Layanan Telekonsultasi dan Paket Obat Gratis
- Satu Kasus Omicron di Sumsel, Epidemiolog Unsri Rekomendasikan ini
Adapun, ekspansi tersebut dapat mendorong penguatan AS, serta berkaitan dengan rilis data ketenagakerjaan AS yang bertambah 467 ribu tenaga kerja baru.
Selain itu, penguatan harga minyak global yang mendekati US$100 oper barel, menjadi salah satu faktor yang menekan nilai rupiah dari dampak negatif kenaikan inflasi yang disebabkan kenaikan harga energi. Hal ini dapat menurunkan daya beli masyarakat, yang dapat menggangu pemulihan perekonomian RI.
Di sisi lain, penularan COVID19 di Indonesia yang masih belum menunjukan adanya penurunan, masih menjadi kekahwatirah oleh pasar karena dapat memberikan dorongan terhadap penekan nilai rupiah.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Merina pada 07 Feb 2022