Setara
Saatnya Sektor Swasta Ciptakan Lingkungan Kerja Inklusif Bagi Perempuan
PALEMBANG, WongKito.co - Sektor swasta dinilai dapat berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang memfasilitasi lebih banyak perempuan usia produktif untuk masuk dan berada di dalam angkatan kerja. Peran itu dijalankan dengan mengimplementasikan kebijakan yang inklusif di tempat kerja.
Hal ini menjadi pembahasan talkshow Bank Dunia Indonesia terkait isu gender yang diselenggarakan secara daring Kamis (16/02/23) kemarin.
Diketahui, Bank Dunia menyoroti isu gender ini dengan landasaran laporan studi bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia cenderung stagnan selama 20 tahun terakhir. Tercatat berada di kisaran 52 persen partisipasi pekerja perempuan dibandingkan dengan pekerja laki-laki sebesar 85 persen. Angka tersebut menciptakan kesenjangan gender sekitar 30 persen antara laki-laki dan perempuan
Selaku sektor swasta, Presiden Direktur PT Adis Dimension Footwear, Margareth Vikta dalam kesempatan tersebut membahas penerapan kebijakan lingkungan kerja yang inklusif dalam mendukung peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan di perusahaannya.
“Kami berada di industri padat karya sepatu yang identik pekerjaan pria. Tapi, lebih 50 persen karyawan kami adalah perempuan. Karena itu, kami melihat pentingnya kesetaraan gender dalam kebijakan di lingkungan kerja,” ungkap Vikta disimak WongKito.co secara daring.
Prinsip dasar kebijakan inklusif di perusahaan, jelas dia, dimulai dari perekrutan yang profesional tanpa melihat fisik perempuan atau pria. Industri ini membutuhkan potensi pekerja yang kompeten.
“Tantangan di sektor swasta seperti kami ini adalah kepercayaan diri karyawan perempuan masih rendah ketika diberikan promosi jabatan. Apalagi pekerja perempuan di perusahaan kami adalah usia yang sudah punya keluarga. Hal ini mendorong kami untuk memberikan ruang konsultasi terkait masalah mereka yang tidak berani maju ke depan,” terangnya.
Dia mengingatkan, untuk pekerja perempuan yang belum masuk top level direksi harus percaya diri dan konsisten untuk bekerja profesional. Menurutnya, kinerja yang baik tersebut tentu akan dilihat perusahaan. “Lakukan yang terbaik dari dirimu dan jadilah influencer bagi perusahaan untuk menerapkan inklusifitas di lingkungan kerja,” imbuh Vikta.
Baca Juga:
- Hardayani Pimpin MTI Sumsel, Simak ini Programnya
- Mengenal Najmah, Akademisi Unsri Peduli HIV yang "Humble" dan Dicintai Penyintas
- Pengusaha Rokok: Revisi PP 109/2012 Bakal Sebabkan Banyak Pabrik Rokok Gulung Tikar
Sebagai pembanding dari sektor pemerintahan, Ketua Srikandi BUMN/CEO PT Pupuk Indonesia, Tina Kemala Intan menyampaikan, BUMN saat ini membuka peluang bagi perempuan untuk berada di posisi direksi sebanyak 25 persen di akhir tahun ini. Tahun lalu sudah ada 15 persen dan terus bergerak menuju target.
“Kalau perempuan di tingkat direksi lebih banyak, maka kinerja perusahaan bisa meningkat 20-25 persen, dan suasana kerja bisa lebih baik. Perempuan bisa mewarnai di kebijakan dan keputusan perusahaan,” ujar Tina.
Dia menambahkan, Srikandi BUMN juga berupaya meningkatkan kekuatan pekerja perempuan melalui pemberdayaan serta kesehatan mental dan fisik dalam dunia karir. “Kami memastikan pekerja perempuan nyaman di lingkungan kerja, tidak boleh ada kesenjangan gender di BUMN, termasuk tersedianya fasilitas bagi perempuan seperti ruang laktasi di setiap BUMN,” ujar Tina. (*)