Telkom (TLKM) di Semester I-2024 Raup Pendapatan Rp75,29 Triliun

Gedung Telkom di kawasan Jl Gatot Subroto Jakarta. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA – Emiten telekomunikasi plat merah, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sepanjang semester I-2024 berhasil meraup pendapatan Rp75,29 triliun. Raihan ini melesat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp73,47 triliun. 

Berdasarkan laporan keuangan interim yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Senin malam, 29 Juli 2024, emiten dengan kode saham TLKM, ini memperoleh pendapatan dari lima segmen bisnis, baik eksternal maupun antarsegmen. Segmen-segmen tersebut meliputi mobile, konsumer, enterprise, WIB, dan lain-lain.

Dari kelima segmen tersebut, TLKM paling banyak meraup pendapatan dari lini bisnis mobile dengan nilai mencapai Rp43,85 triliun. Selanjutnya, segmen consumer menyumbang Rp13,12 triliun, diikuti oleh segmen enterprise sebesar Rp22,37 triliun, segmen WIB sebesar Rp19,44 triliun, dan segmen lainnya sebesar Rp1,39 triliun.

Dengan demikian, total pendapatan TLKM dari kelima segmen tersebut mencapai Rp100,19 triliun, sebelum akhirnya dikurangi penyesuaian dan eliminasi sebesar Rp24,89 triliun. Hasilnya, pendapatan TLKM pada paruh pertama tahun ini mencapai Rp75,29 triliun, meningkat 2,47% secara tahunan.

Sayangnya, kenaikan pendapatan TLKM tidak diikuti oleh pertumbuhan laba bersih. Sebab, laba bersih periode berjalan Telkom justru turun menjadi Rp15,42 triliun dari Rp16,82 triliun pada semester I-2023. 

Demikian juga, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada Telkom juga mengalami penurunan, dari Rp12,75 triliun menjadi Rp11,76 triliun. Hal ini mengakibatkan laba per saham dasar TLKM turun dari Rp128,77 menjadi Rp118,72 per saham.

Penurunan laba ini disebabkan oleh peningkatan biaya dan beban, terutama beban karyawan yang melonjak dari Rp7,84 triliun menjadi Rp9,48 triliun. Selain itu, beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi meningkat dari Rp19,17 triliun menjadi Rp19,46 triliun.

Kenaikan beban perseroan pada paruh pertama tahun ini juga tergambar dari beban penyusutan dan amortisasi naik dari Rp15,94 triliun menjadi Rp16,12 triliun. Sebaliknya, beban pemasaran sedikit turun dari Rp1,65 triliun menjadi Rp1,57 triliun.

Baca juga:

Kenaikan biaya dan beban tersebut menyebabkan laba usaha perseroan turun dari Rp23,01 triliun menjadi Rp21,63 triliun. Laba sebelum pajak penghasilan juga mengalami penurunan, dari Rp21,30 triliun menjadi Rp19,92 triliun.

Di sisi lain, TLKM mencatatkan penurunan total aset dari Rp287,04 triliun menjadi Rp285,99 triliun. Total liabilitas meningkat dari Rp130,48 triliun menjadi Rp138,71 triliun, sedangkan ekuitas turun dari Rp156,56 triliun menjadi Rp147,27 triliun.

Target Saham

Dari lantai bursa, pada perdagangan Senin, 29 Juli 2024, saham TLKM ditutup dengan pelemahan 1,61% ke level Rp3.050 per saham. Diketahui saham ini telah terdepresiasi sebesar 23,56% sepanjang tahun ini. 

Sebelumnya, Analis Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy, menyebutkan bahwa prospek kinerja keuangan dan saham emiten telekomunikasi tetap cerah meskipun Starlink memasuki pasar telekomunikasi Indonesia. 

Menurutnya, penurunan harga saham emiten seperti TLKM, ISAT, dan EXCL dalam beberapa pekan terakhir tidak beralasan dan dipicu oleh ketakutan pasar yang berlebihan terhadap kehadiran Starlink. “Ketakutan ini tidak rasional karena Starlink hanya menargetkan pasar khusus yang belum digarap atau menawarkan harga lebih rendah dibandingkan VSAT saat ini,” jelasnya. 

Jimmy juga menekankan bahwa pasar seharusnya memberikan pandangan positif terhadap berlanjutnya konsolidasi industri telekomunikasi, yang diharapkan dapat meningkatkan harga jual paket data dan layanan di masa depan. 

Berdasarkan faktor-faktor ini, Sucor Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight untuk saham telekomunikasi, dengan rekomendasi beli untuk saham TLKM) dan target harga Rp4.300 per saham.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 30 Jul 2024 

Bagikan

Related Stories