Yan Sulistyo Sebut Praktik Predatory Pricing Merugikan

Ilustrasi

PALEMBANG, WongKito.co – Pengamat Ekonomi Sumatera Selatan, Yan Sulistyio menyebutkan praktik predatory pricing atau menetapkan tarif murah dengan waktu lama bukan hanya sebatas promosi merupakan tindakan yang salah dna merugikan sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat dan berpotensi menghalau kompetitor baru dalam industri ride-hailing di Tanah Air.

"Predatory pricing sebenarnya strategi pemasaran dimana ada pesaing baru yang menerapkan harga yang sangat rendah di bawah harga pasaran agar bisa bersaing dengan pemain-pemain lama." ujar Pengamat Ekonomi Sumatera Selatan, Yan Sulistyo saat dihubungi Selasa (15/12/2020).

Akan tetapi, lanjut Yan, jika predatory pricing yang dilakukan Maxim bertujuan untuk menghalau kompetitor-kompetitor baru yang akan muncul, maka praktik tersebut menjadi salah.

"Yang saya lihat, apa yang dilakukan Maxim ini sudah tidak tepat lagi, karena sudah terlalu lama mereka menerapkan harga promo," tandas akademisi Universitas Sriwijaya itu.

"Artinya saat Maxim mau bersaing dengan Gojek dan Grab, lalu dia menerapkan harga yang rendah supaya konsumen Gojek dan Grab berpindah ke Maxim, strategi ini untuk jangka pendek boleh saja. Tetapi jika tarif murah ini tujuannya untuk menghalau kompetitor baru, sehingga kompetitor sulit masuk karena tidak mungkin untuk menawarkan harga yang lebih rendah lagi, ini salah," papar Yan.

Menurutnya perlu ketegasan dari Kementerian Perhubungan untuk meninjau ulang perizinan dari Maxim karena belum juga menerapkan harga sesuai aturan Permenhub Nomor 12 dan Kepmenhub Nomor 348. "Bisa dikenakan tindakan mencabut izin atau membekukan operasional Maxim sementara waktu".

Yan pun memaklumi langkah protes yang dilakukan pengemudi Grab dan Gojek di beberapa daerah karena mulai terganggu dengan strategi harga Maxim yang jangka waktunya sudah menggerus pendapatan rekan-rekan ojol dari aplikator lainnya.

"Tidak boleh lama-lama menerapkan tarif di bawah harga pasar atau di luar ketentuan yg diatur pemerintah. Aplikator baru harus masuk dengan harga yang sama sehingga yang bersaing adalah pelayanan. Bisa saja terjadi chaos di lapangan antar sesama ojol karena persaingan yang tidak sehat," kata Yan.

Sementara Mitra ojol di Palembang mendesak pemerintah bertindak tegas untuk menertibkan tarif aplikasi Maxim. Sebab persaingan di lapangan semakin tidak sehat akibat Maxim yang enggan mengikuti aturan.

"Mungkin 40% konsumen sudah beralih ke Maxim. Kalau bisa tarifnya disetarakan sesuai aturan. Dengan begitu persaingan jadi lebih adil. Tinggal konsumen silahkan memilih mana yang mereka sukai pelayananya," ujar KGS Erwin Agustinha dari komunitas Tim Kalong Ampera, Kamis (17/12/2020).

"Kalau Gojek dan Grab jelas tidak akan menurunkan tarif kembali. Karena tarif saat ini sudah hasil penyesuaian dengan aturan Kemenhub," tambahnya.

Menurutnya perwakilan mitra ojol dari Gojek dan Grab sebelumnya sudah menyampaikan keluhan kepada pemerintah setempat, namun hingga saat ini belum ada tindakan tegas.

"Kami sempat berontak, tapi Pemkot Palembang terkesan tutup mata. Kita juga sudah adukan ke Poltabes, Polda, sampai ke Kodam. Tapi jawaban Maxim Palembang katanya adukan saja ke Rusia untuk menutup aplikasinya," kata Erwin.

Ia juga mengeluhkan ketidaktegasan pemerintah ketika Maxim dibiarkan beroperasi saat Palembang menerapkan PSBB di Kota Palembang.

"Gojek dan Grab mengikuti aturan pemerintah untuk tidak beroperasi sementara waktu itu. Tapi Maxim dibiarkan saja. Jadi Maxim itu seperti aplikasi yang tidak terikat dengan aturan," tandas Erwin.

Keluhan serupa disampaikan mitra ojol wanita Sudiarti atau yang akrab disapa Atik. Di masa pandemi ini, ia berharap mitra ojol antar-aplikasi bisa bersaing sehat agar bisa sama-sama bertahan.

"Maxim ini kasih harga memang sangat murah di bawah rata-rata. Kami di sini juga bingung bagaimana mencari solusi terbaik, apalagi di masa pademi begini, kami minta pemerintah berlaku adil saja menerapkan aturan," ujar Ketua Srikandi Ojol Story Palembang itu.

Saat ini, lanjut Atik, yang dapat ia lakukan hanya memberikan pelayanan terbaik agar konsumen yang ada saat ini tetap bertahan.

"Saya di Gojek, baik mitra maupun konsumen konsisten menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan hand sanitizer, seminggu sekali disinfeksi kendaraan, membagikan tutup wajah kepada konsumen yang aktif menggunakan GoRide. Semoga dengan begitu masih ada kosumen yang setia," ujarnya.

Perwakilan Maxim Palembang, Alex yang enggan berkomentar terkait keluhan rekan-rekan ojol aplikasi lain yang menilai tarif Maxim menimbulkan persaingan tidak sehat. Sebab mitra hanya beroperasi sesuai prosedur, sementara tarif merupakan wewenang aplikator.

"Untuk masalah harga, tarif itu yang punya wewenang orang pusat," jawab Alex singkat. (*)

 

 

Bagikan

Related Stories