GayaKito
Yuk Berkontribusi Jaga Lingkungan Selama Pandemi
PALEMBANG, WongKito.co - Masa pandemi COVID-19 menjadi momen untuk mulai mengubah gaya hidup lebih baik, terutama dalam memulihkan hubungan dengan lingkungan. Mengingat, pemanasan global, sampah menumpuk, ataupun kualitas udara yang buruk, sangat mempengaruhi kesehatan.
Namun diakui, selama pandemi aktivitas lebih banyak di rumah. Saat ini tidak bisa dilaksanakan gotong royong membersihkan lingkungan bersama tetangga. Begitu juga kegiatan lapangan bersama komunitas peduli lingkungan. Apakah dari rumah saja kita tetap bisa berkontribusi menjaga lingkungan?
Eva Bachtiar, CEO dan Founder Garda Pangan menyebutkan, banyak hal yang bisa dilakukan untuk lingkungan hanya dari rumah. Garda Pangan sendiri merupakan social enterprise yang berkonsentrasi pada sampah makanan dari restoran, hotel, atau event besar.
Ia mengingatkan, Indonesia merupakan negara pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Konon, setiap warga Indonesia membuang sekitar 300 kilogram sampah makanan pertahunnya. Di TPA, tumpukan sampah makanan itu menghasilkan metana yang merupakan gas emisi rumah kaca, yang dinilai 2 kali lebih berbahaya dibandingkan gas karbondioksida.
Sampah makanan ini juga menjadi ironi sosial, karena masih terdapat 19,4 juta penduduk Indonesia yang tidur dalam kondisi kelaparan. “Adapun selama pandemi, kami dapati sampah industri menurun signifikan karena banyak mengurangi produksi. Justru sampah rumah tangga yang meningkat,” ulasnya dalam diskusi daring yang digelar Auriga Nusantara, Rabu (3/6).
Karena itu, Eva memberikan sejumlah upaya mengurangi sampah makanan dari rumah yang bisa menjadi inspirasi selama pandemi:
1. Belanja Sesuai Kebutuhan
Pengurangan sampah makanan bisa dimulai dari sumbernya, dengan kata lain belanjalah sesuai kebutuhan saja. Sesuaikan belanjaan bahan makanan dengan menu yang akan dibuat. Akan lebih baik jika sudah membuat prioritas menu untuk tiga hari ke depan. Jangan sampai ada bahan makanan yang menumpuk karena tidak terpakai dan jadi sampah. “Dimaklumi kalau pandemi orang belanja lebih banyak, tapi saatnya ubah gaya belanja dari panic buying menjadi mindful buying,”saran Eva.
2. Mengolah Ulang
Orang Indonesia jagonya. Sisa makanan bisa diolah ulang secara kreatif menjadi menu baru yang bisa dinikmati. Misalnya, sisa nasi pagi dibuat jadi nasi goreng malam. Begitu juga dengan buah-buahan yang secara estetik tidak menarik lagi (contoh kulit pisang menghitam), tetap bisa diolah jadi kue atau cemilan enak.
3. Regrow Tanaman
Beberapa tanaman yang digunakan untuk bahan masakan, seperti selada atau daun bawang, sebenarnya bisa ditanam ulang. Hasilnya tentu dapat membuat hemat pengeluaran rumah tangga karena kita akan memanen sendiri bahan makanan.
4. Memanfaatkan untuk Hal Lain
Daripada dibuang percuma, sisa makanan termasuk kulit telur bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Begitu juga ampas kopi bisa digunakan untuk masker wajah. Tinggal kreativitas yang perlu ditingkatkan. Kalau punya ternak, sisa makanan tentu bisa untuk pakan ternak.
5. Menata Kulkas
Tidak banyak yang menyadari, penataan kulkas mempengaruhi umur makanan yang tersimpan. Barang-barang di kulkas yang berantakan memungkinkan kita lupa bahan apa saja yang ada. Apalagi jika ada buah atau sayur tersimpan lama, biasanya akan mengeluarkan etilen yang mempengaruhi cepat busuknya makanan lain di sebelahnya. Karena itu, lebih baik isi kulkas ditata lebih baik.
Anda juga bisa memulai dengan memelihara tanaman hias atau tanaman kecil dalam pot. Aktivitas tanam menanam juga bisa mengajak si kecil. Dengan begitu, tidak akan merasa bosan selama di rumah saja. (yulia savitri)