Kamis, 07 Agustus 2025 20:24 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Gerakan masyarakat dalam bersolidaritas kini turut bertransformasi. Tak lagi sekadar spanduk dan orasi, generasi muda menghadirkan simbol-simbol perlawanan yang lebih visual, unik, dan dekat dengan keseharian mereka. Salah satu yang paling mencolok? Bendera bajak laut ala One Piece.
Beragam simbol yang dimunculkan bukan sekadar hiasan. Mereka membawa pesan perlawanan yang kuat, namun dikemas dengan bahasa yang lebih mudah dipahami dan relevan bagi Gen Z maupun milenial. Berikut deretan simbol perlawanan paling menonjol yang pernah muncul dalam berbagai aksi masyarakat di Indonesia:
Tak hanya penggemar anime, banyak peserta aksi turut mengibarkan bendera bajak laut Straw Hat dari serial One Piece. Jolly Roger ini dimaknai sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan otoritas yang korup, mencerminkan perjuangan kru Luffy melawan rezim World Government. Bendera ini kerap terlihat dalam aksi bela Palestina dan berbagai protes sosial.
Ikonik sejak kemunculannya dalam film V for Vendetta, topeng putih dengan senyum licik ini menjadi simbol perlawanan global terhadap kekuasaan yang represif. Di Indonesia, topeng ini muncul dalam demonstrasi digital, aksi bela demokrasi, hingga kampanye anti-korupsi, melambangkan pembangkangan terhadap sensor dan dominasi informasi.
Baca Juga:
Aksi-aksi besar seperti #ReformasiDikorupsi dan #GejayanMemanggil memperlihatkan kekuatan simbol visual lewat kaos hitam yang dikenakan peserta. Ditambah dengan penggunaan tagar di media sosial, simbol ini menjadi bentuk solidaritas yang menyebar secara viral dan memperkuat tekanan publik.
Dari Naruto, SpongeBob, Gundam, hingga karakter Ghibli, berbagai meme dan ilustrasi pop culture menghiasi poster-poster demonstrasi. Bahasa visual ini dinilai efektif karena jenaka, menyentil, dan langsung mengena bagi generasi muda yang tumbuh bersama budaya digital.
Kalimat-kalimat tajam dari tokoh sastra seperti Pramoedya Ananta Toer atau WS Rendra kerap muncul di poster. Kutipan seperti, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis…” menjadi simbol protes intelektual yang tetap membumi dan menyentuh.
Baca Juga:
Tak sedikit aksi damai yang diselingi pertunjukan budaya, mulai dari tari Saman hingga tabuhan alat musik tradisional. Ini menunjukkan bahwa akar perlawanan juga berasal dari budaya lokal yang kaya akan nilai kolektif dan solidaritas.
Terinspirasi dari Umbrella Movement di Hong Kong, para demonstran muda membawa payung sebagai perlindungan terhadap cuaca ekstrem atau gas air mata. Fungsional, namun juga menjadi simbol perlawanan sipil yang damai namun tegas.
Simbol-simbol ini bukan sekadar ekspresi gaya, melainkan bentuk komunikasi visual yang mencerminkan nilai, keresahan, dan semangat kolektif lintas generasi. Bagi generasi baru, perlawanan tak harus bising, yang penting tetap berani dan bermakna.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Debrinata Rizky pada 07 Aug 2025