Al-Munawar, Heritage yang Bertahan dalam Hiruk Pikuk Kota

Kamis, 27 November 2025 12:14 WIB

Penulis:Nila Ertina

Editor:Redaksi Wongkito

Al-Munawar, Heritage yang Bertahan dalam Hiruk Pikuk Kota
Al-Munawar, Heritage yang Bertahan dalam Hiruk Pikuk Kota (Foto WongKito.co/ist)

Oleh : Indri Aprianti dan Mariska Pratiwi*

Di tengah hiruk pikuk Kota Palembang, ada sebuah kampung yang menyimpan kisah sejarah panjang dan keindahan budaya yang memikat. Kampung itu bernama Al-Munawar, lebih dikenal dengan sebutan Kampung Arab.

Terletak di Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, kampung ini bukan sekadar kawasan permukiman, tetapi juga bukti nyata perjalanan panjang komunitas Arab yang telah menetap dan berkembang di Palembang.

Sejarah dan Asal Usul

Kampung Al-Munawar berawal dari kedatangan Habib Abdurrahman Al-Munawar pada abad ke-18. Ia adalah seorang ulama dan pedagang dari Hadramaut, Yaman, yang membawa pengaruh besar dalam penyebaran Islam dan perkembangan budaya Arab di Palembang.

Sejak itulah kawasan ini menjadi tempat berkumpulnya komunitas Arab mereka tinggal, berdagang, berkeluarga, dan menjaga tradisi leluhur secara turun-temurun.

Keunikan Arsitektur yang Memikat

Hal pertama yang membuat pengunjung terkesima adalah bentuk rumah-rumah tua yang masih berdiri kokoh di kampung ini. Arsitekturnya merupakan perpaduan gaya Arab, Melayu, dan Eropa. Warna-warna cerah seperti hijau, kuning, serta biru menghiasi dinding, sementara ornamen kaligrafi dan motif geometris menjadi ciri khas yang mempercantik bangunan.

Sebagian besar rumah berbentuk panggung dengan atap menjulang dan jendela besar. Bahan bangunannya pun bervariasi, mulai dari kayu hingga batu bata. Semua ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya dan interaksi yang terjadi sejak masa lampau.

Identitas dan Tradisi yang Tetap Hidup

Lebih dari sekadar tempat tinggal, Kampung Al-Munawar adalah penjaga identitas budaya Arab di Palembang. Berbagai tradisi masih dijalankan hingga sekarang, seperti Maulid Nabi, Isra Miraj, hingga perayaan Idul Fitri yang sangat kental budaya Arab.

Dalam acara keagamaan, penggunaan bahasa Arab masih sangat terasa dan menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat.

Kampung ini juga terkenal dengan kuliner khasnya. Hidangan, seperti nasi kebuli, roti maryam, hingga gulai kambing bukan hanya makanan lezat, tetapi juga warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.


Suasana kekeluargaan di kampung ini sangat terasa. Warganya saling membantu, bekerja sama dalam kegiatan sosial, dan menjaga lingkungan bersama. Semangat gotong royong inilah yang membuat komunitas Al-Munawar tetap solid dan harmonis.

Dari segi ekonomi, sebagian besar penduduk bekerja sebagai pedagang yang menjual berbagai barang, mulai dari pakaian, perhiasan, hingga makanan khas Arab. Ada juga yang berprofesi sebagai pengrajin, guru, maupun pegawai negeri.

Upaya Pelestarian Budaya

Kini, Kampung Al-Munawar telah menjadi salah satu destinasi wisata budaya terkenal di Palembang. Pemerintah dan masyarakat setempat terus melakukan berbagai langkah pelestarian, seperti:
• Merenovasi rumah-rumah tua,
• Memperbaiki infrastruktur dan fasilitas umum,
• Mempromosikan kampung sebagai tujuan wisata sejarah,
• Mengadakan festival budaya dan berbagai kegiatan seni.

Harapannya, kampung ini tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga ruang belajar sejarah dan jejak hidup budaya Arab yang tetap terjaga di bumi Sriwijaya.

Dengan pelestarian yang berkelanjutan, Kampung Al-Munawar dipastikan akan terus menjadi salah satu permata budaya Palembang yang menarik perhatian wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.

* Mahasiswa Prodi Jurnalistik UIN Raden Fatah Palembang, Angkatan 2023