Minggu, 28 September 2025 18:38 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA – Mi instan sangat populer karena rasanya yang gurih dan cara penyajiannya yang cepat. Namun, meski banyak disukai, mi instan tidak sesuai dengan pola makan sehat.
Kandungannya yang tinggi natrium, pengawet, dan bahan kimia lain menjadikannya salah satu pilihan makanan yang kurang sehat.
Konsumsi mi instan secara rutin bahkan dapat memicu berbagai masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan sindrom metabolik.
Meskipun praktis dan cepat disiapkan, penting untuk menyadari kekurangan nutrisinya dan membatasi konsumsinya demi kesehatan secara keseluruhan.
Mi instan termasuk salah satu makanan yang praktis dan cepat disiapkan. Namun, makanan ini tidak tergolong sehat. Dilansir dari Healthshots, berikut efek samping yang dapat timbul akibat mengonsumsi mi instan:
Mi instan dikenal karena kandungan nutrisinya yang minim. Hampir tidak memberikan nutrisi seperti vitamin, mineral, protein, dan serat.
Sebaliknya, mi instan mengandung kalori tinggi yang sebagian besar berasal dari karbohidrat olahan dan lemak tidak sehat, yang dapat menjadi masalah untuk mengatur berat badan. Konsumsi mi instan secara rutin dapat meningkatkan risiko kekurangan nutrisi.
Monosodium glutamat (MSG) sering ditambahkan ke mi instan untuk memperkuat rasa gurih. Meski Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menganggap MSG umumnya aman, masih ada perdebatan mengenai efek sampingnya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan konsumsi MSG dalam jumlah tinggi dapat terkait dengan peningkatan berat badan, sakit kepala, mual, bahkan tekanan darah tinggi.
Salah satu efek samping paling mengkhawatirkan dari mi instan adalah tingginya kadar natriumnya. Satu porsi saja bisa mengandung lebih dari setengah asupan natrium harian yang direkomendasikan.
Menurut Journal of the American College of Cardiology, konsumsi natrium yang berlebihan terkait dengan kerusakan organ dan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit jantung, dan stroke.
“Bagi orang yang memiliki kondisi jantung atau rentan terhadap tekanan darah tinggi, konsumsi mie instan secara rutin dapat memperburuk kondisi tersebut dan menyebabkan komplikasi kardiovaskular yang serius,” jelas Ahli Gizi Saloni Arora.
Mi instan sebagian besar dibuat dari maida, yaitu tepung terigu putih yang sangat diproses. Dibandingkan dengan biji-bijian utuh, maida rendah serat dan nutrisi penting.
Mengonsumsi maida dalam jumlah besar dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah, sehingga sangat berisiko bagi penderita diabetes atau mereka yang memiliki resistensi insulin.
Selain itu, pola makan tinggi karbohidrat olahan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, sindrom metabolik, dan diabetes tipe 2.
Selain masalah nutrisi jangka pendek, konsumsi mi instan secara rutin juga berpotensi menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Nutrition Research and Practice menunjukkan sering mengonsumsi mi instan mungkin terkait dengan sindrom metabolik, suatu kondisi yang meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi (diabetes), penumpukan lemak di sekitar pinggang, serta kadar kolesterol yang tidak normal.
Penelitian lain yang diterbitkan di Journal of Korean Medical Science menemukan konsumsi mi instan secara rutin berkaitan dengan rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh.
Namun, kadar vitamin D yang rendah juga dapat disebabkan oleh kurangnya paparan sinar matahari dan pola makan yang kurang baik.
Mi instan biasanya digoreng menggunakan minyak kelapa sawit atau minyak tidak sehat lainnya saat proses produksinya.
Hal ini membuat mi instan tinggi lemak jenuh dan lemak trans, yang diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (jahat) sekaligus menurunkan kolesterol HDL (baik).
“Pola makan tinggi lemak ini dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu kondisi penumpukan lemak di arteri, yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke,” ujar Aurora.
Selain itu, konsumsi lemak jenuh dan lemak trans yang berlebihan dikaitkan dengan obesitas, penyakit hati, dan berbagai kondisi kesehatan kronis lainnya.
Untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga rasa, mi instan mengandung pengawet seperti Tertiary Butylhydroquinone (TBHQ) dan Butylated Hydroxyanisole (BHA).
Meski bahan kimia ini aman jika dikonsumsi dalam jumlah kecil, konsumsi jangka panjang dapat berbahaya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Iranian Journal of Basic Medical Sciences mengaitkan paparan TBHQ kronis dengan kerusakan neurologis, peningkatan risiko limfoma, dan pembesaran hati.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 28 Sep 2025