Begini Jalan Ninja Anak Muda Hemat Biaya Hidup

Rabu, 25 Juni 2025 18:39 WIB

Penulis:Susilawati

Ilustrasi wanita sedang menyusun anggaran untuk gaya hidup hemat atau frugal living.
Ilustrasi wanita sedang menyusun anggaran untuk gaya hidup hemat atau frugal living. (Freepik/shurkin_son)

JAKARTA – Gaya hidup minimalis kini semakin menjadi pilihan generasi muda urban sebagai bentuk "perlawanan halus" terhadap tekanan sosial dan ekonomi yang makin menghimpit. 

Namun, minimalisme bukan sekadar estetika dinding putih atau rak kayu sederhana. Di baliknya, ada strategi pengelolaan keuangan yang matang, selektif, dan visioner.

Dalam kondisi ekonomi yang makin tidak ramah, dari inflasi makanan, harga sewa yang tinggi, hingga stagnasi upah, gaya hidup minimalis dan frugal living mulai dianggap sebagai strategi bertahan hidup yang realistis, terutama bagi Gen Z dan milenial mapan di kota-kota besar seperti Jakarta.

Berikut beberapa cara mereka menyiasati pengeluaran tanpa harus mengorbankan seluruh aspek gaya hidup:

Baca Juga: 

1. Belanja dengan Prinsip "One In, One Out"

Alih-alih mengikuti rumus klasik 50:30:20, banyak anak muda kini menyusun anggaran berdasarkan tujuan, seperti menyisihkan Rp5 juta untuk konser dan Rp3 juta untuk kebutuhan bulanan.

Selain itu, prinsip “satu masuk, satu keluar” juga mulai diterapkan. Misalnya, jika membeli satu pakaian baru, mereka akan menyumbangkan atau menjual satu barang lama. Tujuannya bukan sekadar hemat, tapi juga mengurangi pembelian impulsif dan barang menumpuk di rumah.

2. Kurangi Biaya Sosial, Bukan Sosialisasinya

Bersosialisasi tetap penting, tapi tidak harus mahal. Nongkrong di kafe dengan harga Rp150 ribu sekali duduk kini mulai tergantikan dengan potluck di rumah teman, piknik gratisan di taman kota, atau bahkan temu virtual sambil rebahan.

 

3. Pilih Produk Multifungsi dan Tahan Lama

Tren beralih ke produk yang versatile dan awet juga menguat. Misalnya penggunaan capsule wardrobe (koleksi pakaian yang bisa dipadupadankan dengan efisien), furnitur modular, hingga perangkat teknologi hybrid seperti laptop-tablet.

Hal ini mencerminkan pergeseran ke prinsip quality over quantity, seiring kesadaran bahwa konsumsi impulsif justru menambah stres dan menguras isi dompet pasca belanja.

Frugal Living Bukan Sekadar Tren

Bagi banyak anak muda, frugal living bukan sekadar gaya hidup kekinian. Ini adalah respons rasional terhadap harga rumah yang tak terjangkau, biaya hidup yang melonjak, dan pendapatan yang stagnan. Mereka menjalaninya bukan karena pelit, tapi karena ingin tetap waras secara finansial dan sosial.

Salah satunya Dianka (30), karyawan swasta di Jakarta Selatan. Ia memilih memaksimalkan pemakaian barang hingga benar-benar rusak, daripada buru-buru menggantinya hanya karena tren.

“Duitnya sih ada ya. Tapi aku lebih pilih alihkan dana ke hal lain yang lebih bertahan lama, atau yang menunjang kesehatan. Nggak ada embel-embel FOMO,” ujarnya.

Baginya, mengutamakan fungsi dibanding gengsi bukanlah bentuk pengorbanan. Justru itu bentuk kendali dan kesadaran finansial. “Hidup di Jakarta itu mahal banget. Jadi harus benar-benar tahu mana kebutuhan utama, mana yang cuma godaan sesaat.”

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Debrinata Rizky pada 25 Jun 2025