Cerita Inspiratif UMKM Tekstil Ramah Lingkungan Asal Bekasi Bangkit dari Kegagalan Berkat BRI

Jumat, 07 November 2025 17:26 WIB

Penulis:Redaksi Daerah

Editor:Redaksi Daerah

Bangkit dari Kegagalan, Pelaku UMKM Tekstil Ramah Lingkungan Asal Bekasi Ini Kini Jadi Inspirasi Bersama BRI
Bangkit dari Kegagalan, Pelaku UMKM Tekstil Ramah Lingkungan Asal Bekasi Ini Kini Jadi Inspirasi Bersama BRI (BRI)

BEKASI - Tren usaha tekstil ramah lingkungan kian diminati oleh para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satu contohnya adalah Qaniacraft Ecoprint, milik Aminah Tri Astuti yang berlokasi di Kranggan Permai, Bekasi. Dengan mengusung prinsip sustainable fashion, Aminah menciptakan kain bermotif alami menggunakan dedaunan serta pewarna berbahan nabati.

Menariknya, ide usaha ini berawal dari hal sederhana. Aminah mengenal ecoprint secara tidak sengaja ketika membantu anaknya membuat tugas sekolah. “Anak saya waktu itu dapat tugas membuat shibori. Saat mencari referensi di internet, saya justru menemukan teknik ecoprint. Dari situ saya coba sendiri di rumah, meski percobaan pertama gagal karena saya salah pakai alat,” ujarnya.

Kegagalan tersebut justru membuatnya semakin tertarik. Saat pandemi berlangsung, ia memanfaatkan waktu di rumah untuk mempelajari teknik ecoprint lebih dalam melalui workshop daring dan komunitas sesama pengrajin.

Kini, Qaniacraft memproduksi berbagai jenis busana seperti pashmina, outer, vest, hingga busana modern. Produk berbahan kain alami ini dikerjakan secara manual dengan teknik yang memerlukan waktu dan ketelatenan tinggi.

UMKM binaan BRI, Qaniacraft Ecoprint memproduksi berbagai jenis busana seperti pashmina, outer, vest, hingga busana modern

Dalam proses produksinya, Qaniacraft Ecoprint menggunakan teknik pewarnaan alami yang seluruhnya dilakukan secara manual. Aminah menjelaskan bahwa ecoprint memiliki beberapa metode, seperti pounding (dipukul) dan steam (dikukus).

Teknik yang digunakan Qaniacraft membutuhkan waktu cukup lama, bisa mencapai dua hingga tiga minggu. Prosesnya dimulai dari kain putih yang dibersihkan terlebih dahulu melalui tahap scouring untuk menghilangkan sisa minyak pabrik. Setelah itu kain masuk ke tahap mordan, yaitu proses menyiapkan kain agar dapat menyerap warna alami dengan baik.

“Selama pandemi saya banyak belajar dari komunitas. Setelah situasi membaik, kami mulai belajar tatap muka dan ikut berbagai pelatihan, termasuk soal bisnis dan desain motif. Karena pandemi, saya banyak waktu di rumah untuk eksplorasi,” jelasnya.

Berbekal pengalaman di bidang butik yang telah dimilikinya sebelumnya, Aminah mulai mengembangkan Qaniacraft menjadi usaha yang lebih terarah. Ia juga aktif mengikuti berbagai pameran dan peragaan busana bersama rekan-rekan pengrajin.

Selain mengembangkan usahanya, Aminah juga membentuk komunitas Bekasi Ecoprint Club, yang kini beranggotakan 13 brand ecoprint yang saling belajar dan berkembang bersama. “Kami sering mengadakan kegiatan seperti ecopounding, fashion show di mal, dan pameran bersama. Lewat komunitas, kami bisa saling tukar pengalaman, belajar teknik baru, dan memperluas jaringan,” katanya.

Bagi Aminah, Qaniacraft bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tentang berbagi ilmu dan mengembangkan potensi kreatif bersama pelaku UMKM lainnya.

Untuk mengembangkan usahanya, Aminah bergabung dengan Rumah BUMN BRI Jakarta pada pertengahan 2025. Ia mengikuti program pelatihan dan inkubasi bisnis selama tiga bulan yang berfokus pada pengembangan pemasaran dan digitalisasi usaha.

Melalui program BRIncubator, Aminah mendapatkan kesempatan mempelajari bisnis secara lebih mendalam, khususnya dalam bidang pemasaran dan pengembangan produk.

“Saya ikut pelatihan intensif selama tiga bulan, fokusnya di strategi marketing. Banyak hal baru yang saya pelajari, mulai dari cara menentukan target pasar hingga membuat promosi yang efektif,” ungkapnya.

Selama mengikuti berbagai program pembinaan di Rumah BUMN BRI, Aminah mengaku merasakan dampak nyata terhadap perkembangan bisnisnya. “Pembinaan BRI ini sangat bermanfaat. Banyak ilmu baru yang out of the box, wawasan, hingga insight yang sebelumnya tidak saya ketahui. Harapan saya, semoga pendampingan ini terus berkelanjutan dan semakin intensif, sehingga benar-benar memberikan manfaat bagi para pelaku UMKM,” tutupnya.

Pada kesempatan terpisah, Corporate Secretary BRI Dhanny menyampaikan bahwa BRIncubator merupakan program pelatihan dan pendampingan yang ditujukan bagi UMKM binaan Rumah BUMN yang telah melalui proses kurasi. Program ini berfokus pada peningkatan kapasitas dan kapabilitas pelaku usaha agar siap menembus pasar ekspor.

BRIncubator menjadi wujud nyata komitmen BRI dalam membantu UMKM untuk berkembang dan naik kelas. Melalui pendekatan pelatihan yang terarah dan sistematis serta pendampingan yang berkelanjutan, program ini dirancang agar UMKM dapat tumbuh secara berkelanjutan. 

Hingga saat ini Rumah BUMN BRI tercatat sebanyak 54 yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dan telah menggelar 17 ribu pelatihan. “Melalui peningkatan literasi, digitalisasi, dan kemudahan akses, UMKM didorong untuk memperkuat daya saing dan menghasilkan nilai tambah di pasar,” tegasnya.

Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Redaksi pada 07 Nov 2025