Ekspor Kerupuk Ikan hingga Taiwan, Perajin Kecil Palembang masih Terkendala Modal Bank

Sejumlah pekerja sedang membuat kerupuk ikan di rumah Sarnati (Foto WongKito.co/Jupio Dwi Prananda)

SEJAK pagi sejumlah orang tampak sibuk di sebuah rumah sederhana, di Lorong Tangga Raja, Kelurahan Dua Ulu, Kecamatan Seberang Ulu Satu,  Palembang,  Sumatera Selatan. Aktivitas produksi kerupuk ikan terus berlangsung  hingga siang. Di tempat inilah  Sarnati (39),  pelaku usaha mikro, menggerakkan roda ekonomi keluarganya sekaligus membuka lapangan kerja bagi warga sekitar.

Tak banyak yang menduga, dari usaha rumahan yang masih mengandalkan alat-alat sederhana ini, produk kerupuk ikan buatan Sarnati telah menembus pasar ekspor hingga Malaysia dan Taiwan. Namun di balik capaian tersebut, keterbatasan akses permodalan perbankan masih menjadi tantangan utama untuk mendorong usaha naik kelas.

Ekspor perdana, kerupuk produksi Sarnati, secara resmi dilepas pada Rabu (24/9/2025). Satu kontainer kerupuk dengan berat 17 ton 160 kilogram senilai Rp562,9 juta dikirim ke Taiwan.

Baca Juga:

Sarnati bercerita usaha kerupuk ikan ini berawal dari bisnis keluarga yang telah dirintis sang ibu sejak awal 2000-an. Pada  tahun 2013, Ia bersama suaminya memutuskan membuka usaha sendiri di rumah dengan modal terbatas. Seluruh proses produksi dilakukan secara mandiri, mulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan, hingga pemasaran ke pasar dan warung-warung.

“Awalnya produksi kecil, sekitar 15 kilogram per minggu. Kami jual sendiri ke pasar dan warung,” kata Sarnati, Kamis (9/10/2025).

Permintaan Meningkat

Seiring waktu, permintaan terus meningkat. Saat ini, kapasitas produksi mencapai 25 kilogram per hari untuk kerupuk kering dan 10 kilogram kerupuk goreng.

Jenis produk pun semakin beragam, mulai dari kerupuk ikan hingga kerupuk saten janggit yang menjadi andalan. Usaha tersebut kini telah dibantu tiga karyawan tetap, serta tenaga tambahan saat pesanan meningkat.

Meski telah memiliki pasar hingga luar negeri, proses produksi masih dilakukan secara manual dan sangat bergantung pada kondisi cuaca, tambah Sarnati didampingi suaminya. Saat hujan, proses pengeringan kerap terhambat sehingga berpotensi mengganggu kualitas dan jumlah produksi.

Kondisi tersebut membuat Sarnati berharap bisa memperoleh akses pembiayaan dari perbankan, khususnya untuk pengadaan mesin pembuat kerupuk dan mesin pengering. Menurutnya, modernisasi alat produksi merupakan kebutuhan mendesak agar usaha seperti miliknya mampu memenuhi permintaan pasar secara berkelanjutan.

“Kalau ada mesin dan alat pengering, produksi bisa lebih stabil. Tidak tergantung cuaca, kualitas juga lebih bagus merata,” ujarnya.

Dari sisi bahan baku, Sarnati mengaku tidak mengalami kendala. Ikan segar tersedia setiap hari dari pasar, dengan standar kualitas yang ketat.

Sedangkan dari penjualan, ia mengungkapkan pernah menerima pesanan hingga   2 ton kerupuk untuk dikirim ke Bengkulu dan Lahat. Selain itu, pengiriman rutin ke luar negeri masih berlangsung hingga kini.

Namun, keterbatasan modal membuat pengembangan usaha berjalan lebih lambat dari potensi yang ada. Hingga kini, Sarnati mengaku belum pernah mengakses kredit perbankan  secara optimal.

"Memang sih pernah ada bantuan modal, tapi sekali saja saat pandemi COVID-19," tutur dia.

Ke depan, Sarnati berharap  perbankan dan pemerintah daerah dapat membuka akses pembiayaan yang lebih ramah bagi UMKM, baik melalui kredit usaha rakyat (KUR) maupun skema pembiayaan lain yang mudah dijangkau pelaku usaha kecil.

"Saya optimistis bisa meningkatkan kapasitas produksi, memperluas pasar, serta menyerap lebih banyak tenaga kerja. Kalau ada akses modal dari bank, kami bisa beli mesin, produksi lebih banyak, dan usaha bisa naik kelas,” tutupnya.

BRI Komitmen Dukung Pelaku Usaha Mikro

Sarnati dan pelaku usaha mikro lainnya di Kota Palembang hingga kini belum mendapatkan kesempatan akses permodalan di perbankan.

Namun, di sisi lain BRI Region 4 Palembang sampai Oktober 2025 telah berperan dalam mendorong ekonomi kerakyatan melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Total KUR yang telah disalurkan mencapai Rp6,9 triliun.

Adapun wilayah kerja BRI Region 4 Palembang meliputi Sumatera Selatan, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung.

Dalam siaran pers beberapa waktu lalu, Regional CEO BRI Region 4 Palembang, Luthfi Iskandar, menjelaskan  penyaluran KUR didominasi sektor produktif dengan nilai Rp4,65 triliun atau 67,41% dari total realisasi.

Sektor tersebut meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan bagi pelaku usaha mikro yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat di daerah ini, kata dia.
 
Pada 2024, BRI Region 4 Palembang juga mencatat performa positif dengan penyaluran KUR mencapai Rp8,59 triliun, tumbuh 52% dari tahun sebelumnya.

Selain pembiayaan, BRI turut memberikan pendampingan usaha, pelatihan, dan edukasi keuangan agar pelaku UMKM dapat mengelola usaha secara berkelanjutan. Luthfi menegaskan bahwa penguatan kompetensi dan digitalisasi UMKM akan terus menjadi fokus BRI.

“Kami berkomitmen mendampingi pelaku UMKM, baik melalui pemberian modal, pelatihan, hingga edukasi digital, agar mereka mampu meningkatkan kapasitas usaha dan naik kelas,” tegasnya.(Nila Ertina FM)


Related Stories