Cerita SSAC, Komunitas Pecinta Hewan yang juga Komitmen Edukasi Masyarakat

Selasa, 01 Oktober 2024 09:29 WIB

Penulis:Nila Ertina

Editor:Nila Ertina

Cerita SSAC, Komunitas Pecinta Hewan yang juga Komitmen Edukasi Masyarakat
Cerita SSAC, Komunitas Pecinta Hewan yang juga Komitmen Edukasi Masyarakat (Foto WongKito.co/Malik S)

PAGI itu, diakhir pekan penghujung September sejumlah anak didampingi orang tuanya, di kawasan Kambang Iwak (KI) Park tampak takut-takut tapi terlihat penasaran memegang ular yang melingkar pada salah seorang anggota komunitas pecinta hewan atau South Sumatra Animal Community (SSAC).

Tak hanya anak-anak yang penasaran ingin mendekati hewan milik anggota SSAC tetapi juga remaja, dan orang tua pun juga terlihat sangat antusias menyaksikan sejumlah hewan yang dipamerkan di taman tengah Kota Palembang tersebut.

SSAC saat ini terus berkembang menjadi komunitas lintas spesies yang fokus pada edukasi dan pelestarian berbagai jenis hewan, kata Ketua SSAC, Bintang, Senin malam (30/9/2024).

Tidak hanya terbatas pada reptil, komunitas ini juga beranggota beragam pecinta hewan, seperti unggas, mamalia, ikan, serangga, hingga hewan eksotis, seperti tarantula.

Baca Juga:

Bintang menjelaskan komunitas ini tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang memelihara hewan, tetapi terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar dan berbagi ilmu.

"Anggota kami tidak diwajibkan memiliki hewan peliharaan. Yang penting adalah kemauan untuk belajar dan berbagi terkait dengan hewan," ujarnya.

Bermarkas di Jl. Kol. H. Burlian Km 5,5, SSAC memiliki setidaknya ada 20 anggota aktif yang memelihara berbagai hewan atau juga penyayang hewan. Setiap Minggu pagi, komunitas ini mengadakan pertemuan, di mana para anggota saling bertukar pengalaman dan memamerkan hewan peliharaan mereka.

Komunitas ini menampung berbagai jenis hewan, dari ular, kadal, hingga burung dan ikan, termasuk beberapa spesies eksotis dari luar negeri.

Wakil Ketua Umum SSAC, Azham bercerita awalnya memelihara reptil sejak tahun 2022, hingga sekarang masih memelihara ular, gecko, dan katak.

Ia mengungkapkan bahwa pengalaman digigit oleh ular sudah pernah dialaminya, namun tidak berbahaya karena ular tersebut tidak berbisa.

"Gigitan ular yang tidak berbisa biasanya hanya meninggalkan bekas dari taringnya, tidak sampai terluka parah," kata dia.

Dalam hal perawatan, dia menjelaskan bahwa kebutuhan makanan setiap hewan berbeda-beda.

Ular biasanya diberi makan mamalia kecil, seperti tikus putih atau anak ayam/puyuh, sementara gecko diberi jangkrik dan serangga lain. Katak biasanya diberi makan ikan atau serangga.

SSAC juga menyambut anggota baru yang tertarik belajar lebih dalam tentang dunia hewan, meskipun mereka belum memelihara hewan sendiri. Salah satu anggota baru, Belva yang bergabung beberapa bulan lalu, berbagi pengalamannya.

"Saya baru bergabung beberapa bulan lalu, dan meskipun belum punya hewan peliharaan reptil, saya sangat tertarik untuk belajar. SSAC adalah tempat yang pas buat saya mengenal berbagai jenis hewan, terutama yang eksotis. Di sini, saya bisa belajar dari anggota lain yang sudah lebih berpengalaman," ujarnya.

Baca Juga:

Dengan berbagai divisi yang fokus pada spesies tertentu, seperti reptil, aves (burung), pisces (ikan), hingga mamalia dan serangga, SSAC berfungsi sebagai pusat edukasi yang kaya akan pengetahuan dan pengalaman.

Komunitas ini terus berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memahami dan merawat hewan dengan baik, serta menjaga keseimbangan ekosistem.

SSAC tidak hanya menjadi tempat berkumpulnya para pecinta hewan, tetapi juga menjadi sarana edukasi yang inklusif bagi masyarakat umum. Dengan dukungan anggotanya yang berdedikasi, komunitas ini diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi komunitas pecinta hewan lainnya di seluruh Indonesia.

SSAC didirikan pada tahun 2012 dan resmi berdiri pada 2013, dengan tujuan menjadi wadah edukasi bagi para pecinta hewan di Sumatera Selatan.(mlk)