BRIN
Rabu, 23 Februari 2022 18:26 WIB
Penulis:Nila Ertina
Editor:Nila Ertina
SUMATERA Selatan termasuk lima besar daerah dengan luas tutupan sawit terbesar di Indonesia. Data menunjukan Sumatera Selatan berada di posisi kelima dengan luas lahan perkebunan sawit lebih dari 1,5 juta hektare.
Sedangkan Provinsi Riau terluas yaitu mencapai 3,4 juta hektare, Sumatera Utara 2,1 juta hektare dan, Kalimantan Barat 1,8 juta hektare serta Kalimantan Tengah 1,7 juta hektare.
Namun, hingga kini kelangkaan minyak goreng masih terjadi meskipun bukan di Kota Palembang tetapi penduduk di 16 kabupaten dan kota lainnya di wilayah Sumatera Selatan hingga kini masih sulit mendapatkan minyak goreng.
"Dua hari ini, kami benar-benar tidak punya minyak goreng karena sudah mencari ke pasar tradisional dan retail modern tapi tak tersedia," kata Nur warga Kota Pagar Alam, Rabu (23/2/2022).
Biasanya dia mengungkapkan meskipun mahal Rp20 ribu per liter, ada yang jual di pasar tradisional.
"Kalau di mini market, meskipun harga per liter Rp14.000 tetapi barangnya jarang ada. Rak minyak goreng selalu tanpa kosong tetapi hanya menjual minyak goreng merek premium dengan harga Rp35 ribu per liter," ujar dia.
Baca Juga:
Kondisi tersebut, sebelumnya juga diawali warga Kota Palembang bahkan hingga kekinian masih saja ada yang sulit mendapatkan minyak goreng.
"Kalau minyak goreng dengan harga di atas ketentuan pemerintah sekarang sudah banyak ditemukan di warung atau toko sembako," ujar Wira.
"Saya biasa membeli di toko tetangga dengan harga Rp15 ribu per liter," kata dia lagi.
Dia mengakui meskipun lebih mahal Rp1.000 dari harga ketentuan pemerintah, paling tidak pihaknya masih bersyukur bisa membeli minyak goreng dengan mudah.
Sebelumnya, seliter minyak goreng dijual Rp20 ribu oleh pemilik warung atau toko sembako.
Densi salah seorang pemilik toko sembako belum lama ini mengungkapkan kalau terpaksa menjual minyak goreng dengan harga tinggi karena memang modalnya memang mahal.
"Kami menghabiskan dulu stok minyak goreng lama, selanjutnya menjual minyak goreng dengan harga lebih murah setelah membeli dengan modal lebih murah tentunya," kata dia.
Lebih dari sepekan ini, tambah dia pasokan minyak goreng cenderung lancar.
Harganya pun, masih bisa dijual Rp15 ribu per liter.
Produksi Sawit Jutaan Ton
Sebagai daerah dengan luas lahan kebun sawit nomor 5 di Indonesia, produksi kelapa sawit Sumatera Selatan tentunya juga tinggi.
Data BPS Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 menunjukan produksi kelapa sawit dari lahan seluas 1,5 juta hektare lebih tersebut mencapai 3,3 juta ton.
Baca juga:
Angka produksi kelapa sawit Sumatera Selatan tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 4,7 juta ton dan tahun 2019 3,8 juta ton.
Di sisi lain luas tutupan lahan kebun sawit di Sumatera Selatan selam 3 tahun mengalami peningkatan yaitu tahun 2018, 1,3 juta hektare dan 2019-2020 luasan lahannya sama yaitu 1,5 juta hektare.
Selain itu, sebanyak 10 pabrik CPO juga beroperasi di Sumatera Selatan.
Kepala Dinas Perdagangan Sumatera Selatan Ahmad Rizali mengungkapkan kalau kouta minyak goreng ditentukan pemerintah pusat.
"Kita tentunya tidak punya regulasi yang khusus terkait dengan distribusi minyak goreng meskipun sebagai salah satu daerah produsen terbesar," kata dia.
Dia mengungkapkan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat Sumatera Selatan mendapatkan minyak goreng mereka terus berkomunikasi dengan produsen atau distributor minyak goreng.
Selama ini, minyak sawit atau CPO yang diproduksi Sumatera Selatan mayoritas diekspor dan permintaan produk tersebut diketahui meningkat dampak dari program energi baru terbarukan (EBT) yang mulai banyak dilaksanakan negara-negara di dunia.
Sejauh ini, Sumsel jadi salah satu produsen yang mengekspor CPO ke sejumlah negara, yaitu Malaysia, Tiongkok dan Amerika Serikat.
Rizali mengatakan untuk program minyak goreng bersubsidi dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp14 ribu per liter, Sumatera Selatan mendapatkan jatah 26 juta liter.
Jika dibandingkan dengan produksi CPO yang mencapai 3,3 juta ton per tahun tentunya jatah dari pemerintah pusat tersebut masih tergolong sangat kecil.
Ditambah lagi, kekinian penduduk Sumatera Selatan bahkan mungkin petani sawit yang memiliki kebun pun kesulitan mendapatkan minyak goreng. Karena, komoditi yang mereka budidayakan dijual ke perusahaan-perusahaan sawit pemilik pabrik pengolahan minyak sawit.(Nila Ertina)