Teliti Supervitamin E Berbahan Minyak Sawit untuk Imunoterapi Kanker, ini Penjelasan BRIN

Teliti Supervitamin E Berbahan Minyak Sawit untuk Imunoterapi Kanker, ini Penjelasan BRIN (brin.go.id)

BANDUNG - Upaya mengoptimalkan pemanfaat minyak sawit dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang kali melakukan  penelitian unyuk pengembangan supervitamin E.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Vaksin dan Obat - BRIN, Asep Bayu mengungkapkan minyak sawit kaya tokotrienol yang dibutuhkan untuk berfungsi sebagai imunoterapi pada kanker.

"Selama ini produk samping asam lemak dari minyak sawit, atau yang disebut Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) baru digunakan untuk sabun dan biodiesel. Padahal kandungan tokotrienol tertinggi dibandingkan distilat asam lemak minyak nabati lainnya. Tokotrienol memiliki nilai ekonomi sangat tinggi karena aktivitas biologisnya dua kali lipat lebih baik dibandingkan tokoferol,” kata Asep, pada Monitoring dan Evaluasi Grant Riset Sawit dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit, di Kawasan Kerja Bersama Tamansari BRIN, Bandung, mengutip laman resmi BRIN, Senin (15/1/2024).

Baca Juga:

Ia menjelaskan tahapan riset yang dilakukan. Diantaranya melalui teknik ekstraksi tokotrienol dari PFAD, diberikan pelarut Deep Eutectic Solvents (DES), penambahan metanol, sehingga meningkatkan transfer massa komponen-komponen vitamin selama proses ekstraksi.

“Dari riset tahun pertama ini, didapatkan hasil bahwa PFAD memiliki aktivitas antioksidan 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan tokotrienol bebas. Nanoemulsi tokotrienol juga menunjukkan aktivitas sitotoksik dalam melawan sel kanker payudara dan paru-paru pada rentang konsentrasi 50-200 ppm,” ujarnya.

Selanjutnya, Asep dan kelompok risetnya berencana melanjutkan penelitian untuk mendapatkan kondisi optimum dalam proses ekstraksi tokotrienol menggunakan pelarut DES ChCl golongan fenolik atau betaine monohidrat - asam propanoat dan pembuatan formula NANOVITE.

Sebagai informasi, Indonesia merupakan produsen utama minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di dunia. Pada 2020, total produksi sebesar 44,76 juta ton. Meskipun masa pandemi Covid-19, nilai ekspor CPO meningkat sebesar 18,43 persen, dan menjadi komoditas ekspor nonmigas tertinggi (13,50 persen) di Indonesia.(*)


Related Stories