Selasa, 24 Desember 2024 19:41 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA - Merger dan akuisisi telah menjadi bagian integral dari industri otomotif dunia dalam beberapa dekade terakhir. Sejumlah merger besar yang terjadi telah memengaruhi peta persaingan global, menciptakan pemain-pemain besar dengan kapasitas produksi dan daya saing yang semakin kuat.
Langkah ini umumnya diambil untuk memperkuat posisi pasar, dengan tujuan menciptakan sinergi antara perusahaan-perusahaan yang bergabung, serta meningkatkan daya tawar mereka dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di pasar global.
Selain itu, merger dan akuisisi juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Dalam menghadapi perubahan besar, seperti transisi kendaraan listrik dan peningkatan kebutuhan teknologi canggih, perusahaan-perusahaan otomotif sering kali mencari cara untuk mengurangi biaya produksi dan memperluas jangkauan pasar. Dengan bergabung, mereka dapat berbagi sumber daya, memperkuat inovasi, serta mengatasi tantangan finansial yang mungkin timbul akibat persaingan yang semakin ketat.
Baca juga:
Berikut adalah lima merger besar dalam sejarah otomotif yang memberikan dampak signifikan bagi industri:
Toyota dan Daihatsu memulai aliansi mereka pada tahun 1967 melalui penandatanganan nota kesepahaman (MOU). Pada tahun 1988, Toyota meningkatkan kepemilikannya dengan menguasai 51% saham Daihatsu.
Kolaborasi ini terbukti sangat sukses, beragam produk strategis kini dilahirkan seperti Avanza-Xenia dan Agya-Ayla yang menjadi andalan di pasar otomotif Asia. Selain memperluas segmen kendaraan, aliansi ini juga mendukung penjualan global Toyota yang melampaui 10 juta unit pada tahun 2015.
Akuisisi ini diawali dengan rencana Porsche untuk membeli 75% saham Volkswagen. Namun, krisis keuangan akibat utang besar memaksa Porsche untuk mundur.
Pada akhirnya, Volkswagen mengambil alih 42% saham Porsche, menyelamatkan perusahaan tersebut dari kehancuran. Kini, Porsche bergabung dengan 10 merek lain di bawah Volkswagen Group, menjadikan Volkswagen salah satu grup otomotif terbesar di dunia, hanya berada di belakang Toyota.
Pada tahun 2009, Chrysler menghadapi kebangkrutan akibat krisis finansial global. Fiat mengambil langkah strategis dengan membeli 20% saham Chrysler untuk menyelamatkannya.
Proses akuisisi selesai pada tahun 2014 ketika Fiat menguasai 60% saham. Kombinasi ini memungkinkan operasi global yang lebih luas dengan merek-merek terkenal seperti Jeep, Dodge, Maserati, dan Ferrari. Langkah ini juga membawa kedua perusahaan kembali menghasilkan keuntungan.
Tata Motors membuat langkah besar pada tahun 2008 dengan membeli Jaguar Land Rover (JLR) dari Ford seharga US$2,3 miliar atau sekitar Rp37,28 triliun (kurs Rp16.210).
Akuisisi ini awalnya menimbulkan keraguan karena reputasi Tata di pasar kelas menengah. Namun, Tata berhasil mempertahankan identitas merek JLR, yang akhirnya berkembang pesat dengan meluncurkan produk-produk premium yang sangat kompetitif di pasar global.
Skandal manipulasi data efisiensi bahan bakar pada Mitsubishi memunculkan krisis besar, termasuk anjloknya saham hingga 40% dan pengunduran diri beberapa eksekutif. Pada tahun 2016, Nissan membeli 34% saham Mitsubishi senilai ¥237 miliar 24,45 triliun.
Dana segar tersebut memberikan dorongan penting bagi pemulihan Mitsubishi. Aliansi ini tidak hanya membantu Mitsubishi keluar dari krisis, tetapi juga memperkuat jaringan global Nissan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 24 Dec 2024